BOGOR, MAJALAHGAHARY.COM — Didorong dengan tekad kuatnya ingin menjadi pendeta membuat orang tua terutama ayahnya yang semula ragu menjadi yakin, tutur Pdt. Dr. Djoice Karundeng – Rantung MTh mengenang kisah masa lalunya dalam menapaki sekolah teologi di Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT). Maklum sebagai bungsu dari 7 bersaudara keinginannya menjadi hamba Tuhan dan jauh dari tempat tinggalnya di Manado menjadi alasan keluarganya sempat tak mengijinkan dan mengabulkan permintaannya. Apalagi ia sudah diterima di fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado melalui jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) dan sudah mendaftar. Berdasarkan jalur penerimaan ini, menjadi alasan kuat ayahnya agar si bungsu selalu dekat dengan orang tua dan kakak-kakaknya. Kepada Yusuf dan Ronaldy dari Gaharu pendeta bersuamikan Nahkoda Kapal menuturkannya di bilangan asri Cibubur.
Lalu, dia memberanikan diri untuk berkata sama ayahnya, bahwa dia ingin
kuliah di Tomohon, ayah dan keluarganya kaget, dan kemudian mereka memanggilnya. Karena kebiasaan di keluarganya, jika ada apa-apa suka kumpul, panggil nasehati, lalu mereka bilang apa sudah betul-betul mau kuliah di Tomohon, lalu dia menjawab ya pingin kuliah di Tomohon, lalu mereka tidak yakin akan jawaban saya, apalagi menjadi pendeta, karena pendeta itu harus kuat, jadi orang tua saya tahu tentang saya, sedangkan saya anak yang paling cengeng, lalu saya yakinkan orang tua saya, bahwa saya akan berubah dan ingin ke kuliah di Tomohon, dan dengan tekad saya itu orang tua dan kakaknya mengijinkan untuk kuliah di Tomohon, saya pergi dengan kakak saya pergi untuk antar mendaftar, ucapnya meyakinkan pada orangtuanya.
Walaupun di keluarga saya tidak ada yang menjadi pendeta, tapi opa dan oma dari pihak mamanya adalah pelayan Tuhan sebagai majelis gereja yang cikal bakal menjadi GMIM Karombasan – Manado, ditambah lagi jiwa pelayannanNya melekat padanya, sebagai guru sekolah minggu, dan koordinator pemuda, jadi cikal bakal untuk menjadi pelayan Tuhan itu sebenarnya sudah ada, jelasnya lagi.
Jadilah dia kuliah di UKIT Tomohon dengan mengambil fakultas teologi jurusan kependetaan, dan awalnya dia kuliah di Tomohon membuat kaget dirinya, karena pikirnya seperti di jemaat, berbeda memang tapi bisa dijalani, akhirnya dengan mengikuti perkuliahan sampai selesai memang banyak sih tantangan tapi bisa dilaluinya, kemudian setelah lulus terbaik tahun 1992, dengan judul skripsinya Pastoral Bagi Narapidana Wanita, dan melayani pelayanan di penjara khusus wanita.
Kemudian Oomnya mengusulkan untuk bekerja di kementrian agama sebagai PNS dan diterima pada tahun 1993, sambil bekerja kepala bidangnya di Kemenag menganjurkan untuk menjadi pendeta, lalu dia sebagai vikaris di GMIM Bukit Moria Winangun selama 1 tahun, dan diteguhkan sebagai pendeta tahun 1994, selanjutnya pada tahun 1997 dia menikah dan menetap di Jakarta dan pada tahun 1997 itu juga dia menjadi pelayan GPIB Trinitas Kota Wisata Cibubur. Namun menjadi pelayahn Tuhan di Manado dan Jakarta nampaknya agak berbeda, jika di Mando lebih bebas tanpa harus melapor, sedanagkan di Jakarta melapor.
Pada tahun 1998 Djoice melahirkan anak pertamanya perempuan dan tahun 2000 lahirlah anak keduanya laki-laki. Sibuk dengan anak-anaknya, mulai merawat dan membesarkan anak-anaknya menjadi rutinitas keseharian sang Djoice, tapi jiwa pelayanannya semakin kuat dan memantapkan diri untuk mengambil S2 itupun setelah berunding dengan suaminya karena waktu di Manado juga saya sudah ambil S2 dan suami mengijinkan untuk sekolah lagi dan saya ambil S2 di UKI bagian Pendidikan Agama Kristen (PAK) masuk tahun 2007 lulus tahun 2009, kemudian ditawari untuk mengajar di UKI dan UI, dan mulai ada kesibukan lagi, juga diminta oleh GMIM sebagai tenaga utusan Ketua II GPI 2010 -2015 dan sampai sekarang masih ada ikatan kependetaan dengan GMIM, belum lagi kesibukan sebagai panitia di acara-acara PGI, wakil ketua panitia pentahbisan Graha Oikumene PGI, ketua panitia HUT PGI, dan Ketua panitia peneguhan MPH PGI, serta Ketua Panitia Konas Perempuan PGI di Kupang.
Mengajar di UKI tentu harus ada peningkatan kualitas dosen, tidak mungkin S2 mengajar S2, kemudian pdt Sam Haq dari PGI bilang sama saya Djoice kamu ambil saja S3 kebetulan lagi buka kerjasama antara Kementrian Agama dengan STT Cipanas, kemudian dia tanya lagi ke Pak Sam Haq apakah dirinya mampu, S3 kan berat gak sembarang juga, kemudian Pdt Sam itu menjawab, belum dicoba sudah bilang begitu.
Puji Tuhan tahun 2012 saya masuk kuliah S3 dan tahun 2016 bulan Maret kemarin saya lulus, adapun judul disertasinya Pendidkan Perdamaian dengan kasus resolusi konflik UKIT, tutupnya mengakhiri perbincangan.
thanks for sharing your website 🙂