JAKARTA, MAJALAHGAHARU.COM –Sejak lulus sekolah dasar sudah meninggalkan orang tuanya lalu merantau ke kota lain dengan menumpang di rumah kerabatntya. Makanya SMP dan SMA diselesaikan malah hingga kuliah dirampungkan dikerabatnya tersebut. Tak heran karena lama berpisah dengan orang tuanya maka orang tua tidak begitu mengenal siapa itu dirinya.
Heden Lubis adalah sosok ayah dari dua anak yang beristerikan boru Jawa, yang saat ini getol dalam pelayanan Persekutuan Advokat Oikumene Indonesia (PAOI) berkisah bagaimana dari hidupnya yang susah tetapi Tuhan angkat tinggi, setelah terlebih dulu melayani untuk mencari kerajaanNya. Lebih lanjut Heden mengatakan menjadi pengacara itu bukanlah cita-cita awal, karena justru waktu kecil ingin jadi pelaut. Pikirnya dengan menjadi pelaut bisa berlayar bebas kemana saja. Namun Tuhan ubah jalan hidupnya justru menjadi pengacara/lawyer. Gelar sarjana hukumnya di dapatkan dari fakultas hukum di Universitas Lampung, lepas tahun 90-an.
Dengan menyandang gelar sarjana hukum, Heden berjanji tak akan meminta uang dari orang tuanya. Memang benar sebagai anak Tuhan seringkali mendengar bahkan diberitakan bahwa carilah dahulu kerajaan Sorga dan kemulianNya barulah akan ditambahkan yang lain-lain. Diakuinya enak sekali mendengarnya namun sangat susah untuk melakukan apa itu firman.
Kembali pada kisah hidupnya walaupun sudah menyandang gelar sarjana ternyata tak semudah yang ia bayangkan kalau sudah sarjana akan mudah cari kerja. “Saya malah bingung sendiri mau makan apa, gelar sarjana tetapi pengangguran, mau minta uang orang tua kadung janji,” saksinya mengenang. Jalan yang ditempuh akhirnya demi memenuhi kebutuhan hidup dia memutuskan untuk jadi kernet angkot di Lampung sekedar untuk bisa makan dan bertahan.
Menjadi kernet angkot yang identik dengan kerasnya hidup anak jalanan, membuatnya seringkali mendapat perlakuan yang tak adil. “Badan saya waktu itu kecil, jadi seringkali mendapat perlakuan kekerasan dan tidak dianggap, terutama saat mencari penumpang dari pasar,’ ujarnya serius.
Merasa mendapat perlakuan yang kasar itu makanya Heden berupaya mencari jimat agar memiliki ilmu kebal. Benar saja ada salah satu temen yang menunjukan tempat di mana ada orang yang bisa memberikan ilmu kebal. Pikirnya dengan ilmu itu kalau ada orang yang akan mengganggunya bisa dibalas. Saat mencari ilmu itu memang banyak syarat yang harus dilakukan termasuk harus menghabiskan makan yang cukup banyak 5kilo beras yang di masak nasi.
Setelah mengikuti beberapa persyaratan itu lalu diuji dengan di tebas pakai parang. Percobaan awal parang untuk menebas pohon sekali tebas langsung putus, nah parang yang sama itulah dipakai untuk menebas tubuhnya. “Ngeri juga awalnya, bener ngga ini kebal,” kata Henden yang juga saat ini dipercaya sebagai Laywer kelompok Media group milik Surya Paloh tersebut.
Diakui sejak memiliki ilmu kebal memang tak ada yang mengganggunya lagi, namun dipihak lain dengan ilmu itu banyak sekali pantangan yang harus diikutinya sehingga membuat hidupnya tak bebas dan tidak sejahtera.
Lolos Dari Maut
Sementara firman Tuhan tentang carilah kerajaan sorga terlebih dahulu itu selalu diingatnya. Hingga suatu hari ada pelayanan anak-anak muda dari gereja Maranatha yang mengajaknya untuk ikut pelayanan. Dan ketika itu Heden sudah punta temen dekat seorang gadis yang kini menjadi isterinya.
Ada kisah yang hingga saat ini sangat membekas dalam hidupnya, bagaimana tidak saat itu diajak berkunjung ke orang tua sang pacar bersama dengan kakak pacar serta keponakannya. peristiwa yang miris itu saat mobil meluncur deras terjadilah kecelakaan. Di mana Heden kebagian memangku kedua ponakkan sang pacar, namun apa yang terjadi ke dua anak kecil yang dibangku itu dua-duanya menjadi korban kecelakaan hingga meninggal tragis. “Saya tak kuasa menceritakan peristiwa itu karena sangat ngeri sekali,” saksinya berkaca-kaca. Sementara dua anak itu meninggal kakak sang pacar dan pacarnya koma. Untuk mengatasi tersebut sang pacar ketika itu diterbangkan ke Jakarta untuk mendapatkan perawatan karena luka pada kepala dan wajahnya sangat berat.
Demikian pula dengan dirinya ketika terjadi kecelakaan kakinya patah dan luka serius. Malah akibat luka kaki yang berat itu, pihak rumah sakit meminta untuk diamputasi saja. Bersyukur sekarang kalau hal itu terjadi, karena ketika diminta persetujuan untuk tanda tangan tidak ada yang mau. Rupanya semua itu disadari ada rencana Tuhan atas hidupnya, karena kakinya bisa sembuh sekalipun diakui tidak seratus persen.
Peristiwa itulah akhirnya cukup inten dalam berpaaran karena harus ikut menunggu dan membantu merawat saat calon isterinya sakit. Dan terbukti setelah pulih akhirnya menikah. Ekonomi belum juga stabil karena belum dapat pekerjaan. Tetapi sudah mulai pelayanan hingga akhirnya ada teman yang memberitahukan ada lowongan pekerjaan dari media group menjadi perwakilan di Lampung.
Jujur gajinya sangat pas-pasan, hingga ada tawaran pekerjaan dari sebuah bank dengan gaji yang cukup menjanjikan. “Saya tertarik juga tawaran itu, tetapi sebelum menerima tawaran, berunding dulu dengan isteri,” terangnya senyum. Ternyata isteri memberi saran agar menekuni pekerjaan yang sudah ada saja. Saran isteri itu di kemudian hari benar, karena Bank itu setahun kemudian terkena likuidasi dan tutup.
Banyak kisah unik yang dialami lelaki lima puluhan tahun ini, namun kesemuanya kalau akhirnya hingga menikmati berkat Tuhan diakuinya itu semata komitmen memegang prinsip tekun dan jujur, dan buahnya hidup tak pernah kekurangan. Dampak dari prinsip yang selalu dianutnya itu kini pihak perusahaan di mana dia bekerja semakin mempercayainya bahkan kini menjadi salah satu tim elit yang mengani bidang legal di perusahaan media tersebut. Heden berpesan ketika orang itu benar mencari kerajaan sorga, Tuhan akan tambahkan berkat-berkatnya.
Memang tak mudah menghadapi tawaran-tawaran menggiurkan, apalagi kalau ada kesempatan untuk melakukan. seperti beberapa tahun yang lalu diminta bertanggung jawab atas suatu proyek. Ada salah satu pihak agar bisa kerjasama, dengan tawaran menggiurkan mau mobil mewah apa uang tinggal minta. “Puji Tuhan saya bisa melewati iming-iming itu, hingga saat ini saya tetap kekeuh menjaga integritas, bukan semata kepada pimpinan perusahaan tetapi juga dihadapan Tuhan,” saksinya tuntas.