JAKARTA, Sahat Sinurat Ketua Umum PP GMKI menggelar dengan tema orang muda bicara Pancasila. dalam diskusi yang menghadirkan sembilan narasumber yang merupakan mantan-mantan ketua umum Organisasi kepemudaan acara ini Mereka yang menjadi narasumber antara lain, Addin Jauharudin Ketua Umum PB PMII 2011-2014, Ayub Pongrekun Ketua Umum PP GMKI 2014-2016, Twedy Noviady Ginting Ketua Umum PP GMNI 2011-2015, Noer Fajriansyah Ketua PB HMI 2010-2012, Lydia Natalia Sartono Ketua Umum PP PMKRI 2013-2015, I Made Bawa Yasa Ketua Umum PP KMHDI 2012-2014, Andriyana Ketua Umum PP KAMMI 2013-2015, Suparjo Ketua Umum PP HIKABUDHI dan Jihadul Mubarak Ketua Umum DPP IMM 2012-2014.
Lebih lanjut Sahat yang ditemui depan tempat acara Kantor Yayasan Komunikasi Indonesia (Yakum) menfatakan bahwa acara ini sengaja digelar agar orang muda mau bicara Pancasila yang memang sedang marak dibicarakan di Indonesia. Menurutnya saatnya juga perlu didengar bagaimana pandangan anak muda terhadap Pancasila.
“Kita ingin bicara Pancasila bukan hanya sekadar bicara intoleransi saja tetapi banyak hal seperti ngomongin korupsi, kesenjangan sosial dan masalah lainnya. Jadi harus menyentih sisi kehidupan riil Indonesia. Untuk itu forum ini jadi forum anak muda bicara ke-Indonesian,” tutur Sahat P Sinurat yang menjadi tuan rumah dari diskusi ini.
Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PP GMKI) kembali menggelar diskusi menarik dengan tema; Orang Muda Bicara Pancasila di Kantor Yayasan Komunikasi Indonesia, Jalan Matraman 10, Selasa (7/06/2017). Sesuai dengan tema, PP GMKI mengundang 9 tokoh muda yang pernah memimpin ormas pemuda di Indonesia.
Menurut Twedy Ginting, Pancasila itu harus dioperasikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. “Bagaimana hukum yang Pancasila kayak apa? Terus yang ekonomi Pancasila kayak apa? Itu yang tidak ada. Apakah pembuat UU di DPR sudah menjadikan Pancasila menjadi tolak ukur dalam setiap pembahasan UU,” kritiknya tajam.
Bagaimanapun, kata Twedy Pancasila harus diinternalisasi ke semua peraturan negara, kemudian juga ke etos kerja negara dan berikutnya ke etos kerja masyarakat.
“Sistem negara kita adalah kapitalis liberalis bukan Pancasila. Ada nilai-nila luhur nenek moyang yang kita bisa terapkan karena sudah teruji. Sehingga perbedaan lahirian kita bisa bersatu,” papar Ketua Umum PP GMNI 2014-2016 ini.
Sementara Jihad Mubarak mengakui bahwa karena posisi Muhammadyah di tengah sepertinya kadang diragukan. Namun sebagai eksponem IMM dan Muhammadyah bahwa Pancasila itu sudah harga mati. Itu selalu kita perjuangkan dan itu dibuktikan dengan sejarah.
“Pancasila tidak bertentangan dengan Islam dan organisasi Muhammadyah karena itu tidak ada alasan untuk menggantinya. Dalam sebuah survey baru-baru ini juga bahwa 90 persen responden masih mendukung Pancasila. Jadi pandangan kami di Muhammadyah harga mati,” tegasnya.
Diskusi yang membahas Pancasila ini menjadi ajang reuni juga bagi 9 pimpinan ormas pemuda dan mahasiswa yang ada di Indonesia. Pertemuan seperti ini akan berdampak semakin solitnya Pancasila sebagai falsafah negara.