Jakarta, majalahgaharu.com : VoxPoint Indonesia kembali menggelar kegiatan diskusi publik “Menakar Kekuatan Koalisi Pemerintah Pasca Pilkada Serentak” yang di adakan di Sekretariat VoxPoint Indonesia, di bilangan Jalan Pasar Baru, Jakarta Pusat. Narasumber yang dihadirkan adalah Suhadi Wiyanto, anggota DPR-RI dari Partai Gerindra, Andreas Pareira, anggota DPR-RI dari Partai PDI-Perjuangan, dan Direktur Eksekutif SMRC (Saiful Mujani Research and Consulting) Djajadi Hanan.
Suhadi Wiyanto menilai ada beberapa faktor politik yang dapat mempengaruhi peta politik di pilpres 2019, harus diperhitungkan kuantitatif dan kualitatif. Penggunaan symbol-simbol agama menrupakan hal biasa. Adalah wajar bila Partai Gerindra yang nasionalis religious kemudian berkoalisi dengan partai PK yang religius nasionalis.
Andreas Parera mengaku belum memiliki peta baru untuk menakar kekuatan koalisi pemerintah. Pilkada serentak yang baru berlalu juga tidak bisa dijadikan acuan untuk menakar kekuatan partai. Andreas memberikan contoh bagaimana kekuatan koalisi parati oposisi melakukan penguatan didetik terakhir, “Ini yang terjadi di Jabar, Jateng, dan Sumut.” Menurutnya, figur sangat menentukan. “Lihat saja di Sulsel, ada kekuatan di figur disana.”
Menurut direktur Eksekutif SMRC Djajadi Hanan, ”Mesin partai politik tidak terpengaruh malah justru sosok atau figurlah yang sangat berpengaruh dalam pemilihan khususnya pemilihan kepala daerah,,” hal ini sepemikiran dengan Andreas Parera. Di Pilkada, menurut Djajadi, “Mesin partai herus beriringan dengan ketokohan figur, dan dukungan logistik” Dan hasil Pilkada Serentak kemarin tidak bsia dijadikan indikator kekuatan partai koalisi di Pilpres 2019.
Ketua Umum VoxPoint Indonesia Yohanes Handojo Budhisedjati menyampaikan bahwa VoxPoint Indonesia akan secara rutin mengadakan diskusi publik sebagai bagian penting mencerdaskan bangsa dalam berpolitik, khususnya terhadap generasi muda. [RA]