Jakarta, majalahgaharu.com. Hut Emas Perkawinan tokoh politisi sinior Sabam Sirait dan Sondang br Sidabutar dilaksanakan 25/03/19 bertempat di Balai Kartini Jalan Gatot Subroto Jakarta Selatan, Perhelatan akbar dihadiri para tokoh politik seperti Ketua DPR RI Bambang Soesatyo, Menteri Kemekum Ham Yasona Laoly, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo, Ketua Umum PGI Pdt Dr. Henriete Lebang, Pdt. Gomar Gultom Sekum PGI, serta dibuka dengan doa dua tokoh KH Choirul Anam, ulama asal Cianjur yang merupakan Ketua MUI dan Ketua PCNU Cianjur, Jawa Barat. Sementara dari tokoh agama Kristen dibacakan ephorus emeritus SAE Nababan yang juga mantan ketua umum Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia (PGI). Tentu saja Kehadiran dan pembacaan doa oleh KH Khoirul Anam membuktikan Indonesia tanpa perbedaan dan tanpa diskriminasi. Inilah menjadi kekuatan.
Menarik dalam HUT emasnya, Sabam Sirait meluncurkan buku dengan judul Sabam Sirait berpolitik bersama 7 presiden. Ada yang berbeda dengan buku sebelumnya di mana buku Sabam berpolitik bersama 7 presiden diawali dengan kata sambutan presiden Republic Indonesia ke 7 yakni Ir Joko Widodo. Di mana Jokowi memuji Pak Sabam yang memang pantas diteladani, terutama integritas dan konsistensi sikap dalam berpolitik. Dalam pandangan presiden Jokowi, keteladanan yang ditunjukan Pak Sabam dalam menjalankan prinsip-prinsip politik yang baik dan lurus sangatlah berarti banyak.
Jokowi juga mengaku beberapa kali mendapat nasihat bagaimana menerapkan prinsip prinsip politik tersebut dalam praktek di pemerintahan. Presiden Jokowi merasa cocok dengan pemikiran dan nasihat yang Pak Sabam sampaikan. Kecocokan tersebut karena kesesuaian pandangan dan prinsip-prinsip politik yang kami yakini, lagipula ada kesamaan sebagai pengagum berat Bung Karno. Oleh sebab itu Pak Sabam bukan saja sekedar politisi tetapi juga seorang negarawan.
Dalam buku yang dibagi beberapa bab yang semuanya menceritakan bagaimana Sabam Sirait mengalami perjumpaan dengan sang 7 presiden dalam endorsment yang tertera di sampul belakang diceritakan bahwa pidatonya saat mewakili Parkindo bersama ribuan mahasiswa mengadakan pertemuan di stadion Gelora Bung Karno, yang kemudian bung Karno memuji pidatonya sekalipun saat menyebut nama Sabam disebut Bambang Sirait.
Kemudian di masa presiden Soeharto, Sabam mengaku bahwa diantara 7 presiden di era Soehartolah interaksinya yang paling intens terutama sebagai lawan politiknya. Dan era Soeharto inilah Sabam dalam rapat sebagai anggota DPR RI di Senayan melakukan interupsi yang di masa itu sangat tabu dilakukan.
Lalu masa presiden BJ Habibie dengan kelugasan seorang Sabam, dia menemui BJ Habibie dan mengatakan bahwa tak cocok di bidang politik lalu menyarankan agar tak lagi mencalonkan diri menjadi presiden. Lain lagi dengan Gus Dur sekalipun diakui tak selalu sehaluan. Tetapi Sabam mengakui komitmen Gus dur terhadap demokrasi dan keadilan sosial tak pernah luntur, terutama soal pluralisme. Sabam sangat menghargai Gus Dur dalam membela keberagaman di negeri ini. Sementara masa presiden Megawati dengan tegas Sabam dalam pembicaraan empat mata Sabam bilang “Mega , dalam politik tidak semua yang harus kita kerjakan harus kita sukai. Bung Karno juga banyak melakukan kebijakan yang tak disukai.
Dengan Susilo Bambang Yudhoyono ditengah suhu politik yang panas tahun 2004, suatu hari Sabam mendapat telepon dari SBY, cukup lama menelepon hampir setengah jam rupanya berusaha menjelaskan keretakannya dengan Megawati, juga persoalannya mencalonkan sebagai presiden.
Saat presiden Jokowi Sabam meminta agar selalu mencintai Indonesia. Untuk mencintai dengan sepenuh hati, ia harus bisa merasakan detak kehidupan rakyat secara langsung. Untuk itu ia harus bekeliling ke seluruh negeri ini bertemu dangan rakyat dari ujung Barat hingga ujung Timur. Bila perlu ajak pimpinan partai-partai politik agar mereka bisa merasakan kehidupan masyarakat.
Menarik dan perlu generasi muda membaca buku tentang Sabam Sirait seorang tokoh politik yang konsisten dan berkomitmen dalam berjuang membela rakyat. Satu sosok yang mengatakan bahwa politik itu suci.