Keterangan: Dari kiri ke kanan, Tanto Sudiro, Suryo Susilo, Witjaksono Moewardi, R.M.E Tjokrosantoso alias Bung Tjokro,
Jakarta, majalahgaharu.com Di tengah perkembangan peradaban global dan pesatnya kemajuan teknologi informasi yang mempengaruhi budaya dan kepribadian suatu bangsa, maka bicara mengenai nasionalisme, sejarah kebangsaan dan nilai-nilai kepahlawanan, apalagi di kalangan generasi milenial bukanlah hal yang mudah dilakukan, namun kondisi tersebut justru menjadi pemicu munculnya komunitas anak-anak milenial yang terpanggil untuk terlibat aktif dalam menanamkan nasionalisme melalui berbagai kegiatan yang intinya adalah belajar sejarah kebangsaan dan menggali nilai-nilai kejuangan dari para pendiri bangsa dan tokoh pergerakan nasional.
Komunitas ini hadir untuk menjawab tantangan peradaban guna melestarikan nilai nilai kesejarahan, kepahlawanan dan ideologi Pancasila, inilah komitmen dasar dari berdirinya Studie Club Gerakan Revolusi Pemuda (GARUDA) dua tahun silam, demikian disampaikan R.M.E Tjokrosantoso alias Bung Tjokro, yang merupakan inisiator terbentuknya Studie Club GARUDA saat ditemui awak media di acara HUT Garuda ke 2 yang di gelar di Museum Dr.Moewardi di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, Kamis, 30/5/2019.
“Awalnya saya tidak menyangka,bahwa adik adik dari generasi milenial ini memiliki kepedulian dan bahkan antusias dengan masalah nasionalisme, sejarah, kepahlawanan dan juga soal ideologi Pancasila, tapi itulah realitasnya, mereka terpanggil untuk membentuk, bergabung, serta dengan sukarela mengelola Studie Club ini, dari awal pendirian yang hanya 10 Pemuda hingga di tahun kedua ini sudah ada 150 Pemuda yang aktif menjadi anggota,” tutur Bung Tjokro sebagai founder dan pembina Studie Club Garuda, yang merupakan putra dari Jojo Tjokrosantoso, tokoh pergerakan di era kemerdekaan dari Barisan Pelopor.
Sementara itu, di tempat yang sama, Fakhir Naufal yang di daulat rekan rekan nya sebagai Ketua Studie Club GARUDA, mengatakan bahwa semula dia bergabung di Studie Club GARUDA ini, dikarenakan adanya keinginan untuk mempelajari sejarah kepahlawanan bangsa Indonesia, dan masalah ideologi Pancasila secara mendalam dan lebih faktual dibandingkan pelajaran sejarah yang diperolehnya di bangku sekolah.
“Kalau di sekolah, kami hanya diajarkan soal sejarah tentang waktu, tempat kejadian dan tidak di ajarkan soal bagaimana maupun mengapa sejarah suatu peristiwa itu terjadi, sehingga pengetahuan kami terhenti di situ, sedangkan di Garuda ini, kami di ajak menggali lebih delam soal tersebut,” ungkapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa di usianya yang masih sangat muda ini, Studie Club GARUDA senantiasa memperteguh komitmen untuk menumbuhkembangkan kesadaran di kalangan generasi milenial agar peduli terhadap nilai-nilai sejarah, kepahlawanan, nasionalisme serta Ideologi Pancasila.
“Kalau Bukan kita siapa lagi ? Tekad kami mendidik generasi milenial agar berpartisipasi melestarikan Jiwa, Semangat & Nilai-Nilai sejarah berdirinya Republik ini” tukasnya.
Acara ini juga dihadiri Suryo Susilo Ketua Forum Silahturahmi Anak Bangsa, Witjaksono Moewardi (putra dari Pahlawan Nasional Dr.Moewardi [Ketua Barisan Pelopor, Penasehat Militer Panglima Besar Jenderal Sudirman]) dan Tanto Sudiro (putra dari Sudiro [Wakil Ketua Barisan Pelopor, Gubernur Sulawesi 1951–1953, Gubernur Jakarta 1953–1960]) serta sekitar 30 anggota Studie Club GARUDA dari angkatan 1 dan 2.
Dalam kesempatan ini, Suryo Susilo Ketua Forum Silahturahmi Anak Bangsa (FSAB), mengatakan sangat mengapresiasi kegiatan yang di selenggarakan Studie Club GARUDA, meskipun baru berusia 2 tahun, komunitas yang dikelola anak-anak milenial ini telah memberikan kontribusi yang nyata dan strategis dalam keberlangsungan dan pelestarian nasionalisme, nilai kesejarahan dan kepahlawanan. Apa yang dikerjakan Studie Club Garuda menumbuhkan harapan bagi generasi terdahulu bahwa ternyata masih ada generasi milenial yang peduli dengan nasionalisme, kesejarahan dan kepahlawanan, serta ideologi Pancasila. Studie Club Garuda dan FSAB memiliki komitmen yang sama dalam melakukan edukasi nasionalisme dan semangat kejuangan bagi generasi milenial.
Saat ini terjadi polarisasi yang cukup tajam di tengah masyarakat akibat kontestasi Pemilu 2019 yang berdampak pada semakin terbelahnya masyarakat, dan di bagian akhir dari proses Pemilu 2019, yaitu penetapan hasil Pemilu, telah muncul berbagai protes dan demo tidak saja di Jakarta tetapi juga di berbagai daerah, yang menunjukkan menurunnya kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara dan penyelenggaraan Pemilu 2019. Hal ini membuat generasi milenial semakin acuh tak acuh dan tidak menaruh minat dengan kehidupan politik dan nasionalisme, apalagi sangat sedikit Partai Politik yang memberikan pendidikan politik dan nasionalisme kepada generasi milenial.
“Dalam situasi politik seperti ini saya berharap para pengurus dan anggota Studie Club GARUDA tidak menjadi kendor semangatnya. Jangan pernah lelah untuk terus belajar, berinovasi dan berkarya, serta menanamkan nasionalisme dan semangat kejuangan kepada sesama generasi milenial, karena menyongsong 100 tahun kemerdekaan Indonesia, para generasi millenial saat ini lah yang nantinya akan menjadi pemimpin dan menentukan apakah Indonesia di masa depan akan menjadi bangsa pemenang atau pecundang” tukas Susilo.