Jakarta, majalahgaharu.com Helatan akbar pemilihan Ketua sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI) dilaksanakan empat tahun sekali. Dan tahun ini sidang itu akan di gelar 27-30 Agustus 2019, bertempat di SICC Sentul Jawa Barat. Empat kandidat hasil dari pemilihan tingkat BPD, siap merebut kursi GBI satu, antaranya Pdt. Dr Japarlin Marbun (petahana), Pdt. Dr Jacob Nahuway, Pdt. Ferry Haurisa dan Pdt Dr. Rubin Adi Abraham. “Menjadi calon ketua itu dipilih, sekalipun ada kemauan dan niat besar menjadi ketua umum, selama tak dipilih atau dimajukan oleh BPD tidak bisa”, ungkap Rubin Adi yang ditemui di sela Seminar Pentakosta di Gedung AXXA Tower, Jakarta, Sabtu 24/9/19 yang lalu.
Sebetulnya di periode-periode sebelumnya, dirinyapun dicalonkan menjadi ketua umum, tetapi mengundurkan diri, namun kali ini, Pdt. Rubin Adi menyatakan siap maju dan tidak akan mengundurkan diri. Kemantabannya maju menjadi calon ketua umum tersebut, didapatkan setelah berdoa dan minta pertimbangan dari isteri, anak dan orang tua.
Meskipun begitu Rubin benar-benar menyerahkan diri pada kehendakNya, tak ada niat ngotot sedikitpun. “Ada beberapa yang menghubunginya, kalau mau memberikan ongkos akan memilih saya. Tetapi dengan tegas saya katakan tidak, karena tak mau money politik seperti itu’, ujar ketua STT Kharisma Bandung ini.
Sikapnya jelas, jika Tuhan menghedaki dirinya memimpin GBI, justru uang honornya akan dialokasikan kepada pelayanan di daerah. Sekali lagi ini menyangkut dirinya, kalau memang ada orang lain yang mengambil honor itu hak mereka. “Kan kasihan juga kalau nanti ada pengurus berikutnya tidak menerima honor, karena ini lebih pada komitmen pribadi saja, karena selama ini Tuhan sudah memberkati melalui gereja lokal, sekolah teologi di Bandung, Australia dan Belanda dan sebagainya”, tukasnya serius.
Penggembalaannya yang cukup banyak, di Bandung, Taksimalaya, Jakarta dan Bekasi lalu ada pertanyaan bagaimana membagi waktunya. Namun kalau niatnya maju menjadi ketua umum itu semata karena panggilan jiwa. Rubin memastikan, kalau nanti dipercaya menjadi ketua umum Sinode GBI, pasti akan dilakukan dengan sepenuh tanggung jawab, namun kalaupun tidak, aku ora popo.
Kembali kepada kesibukan pelayanan, Rubin memberikan jawaban bahwa waktu selama 24 jam, tinggal bagaimana prioritas kita. Seperti selama ini banyak diminta pelayanan di gereja-gereja non GBI maupun ke luar negeri, kedepan ini akan dibatasi dalam pelayanannya dan lebih memberikan prioritaskan ke GBI. Tentu sibuknya masih sama dengan sekarang, tinggal focus orientasinya diubah saja, itu kalau memang dipercaya menahkodai Gereja paling besar di Indonesia ini.
Tentang pengalaman berorganisasi, saya bukan orang yang ingin masuk di berbagai organisasi, tetapi ketika dipercayakan akan focus dan komitmen, dibanding mengambil beberapa organisasi cuma numpang nama doang tetapi hasilnya tidak maksimal. Tetapi kalau berbicara di organisasi GBI sendiri, Rubin pernah menjadi ketua Departemen Pemuda dan Anak (DPA) dua periode, lalu Ketua Bidang Teologia dan Pendidikan selain itu menjadi Ketua BPH GBI Bidang Teologi dan Diklat. Kalau ditingkar aras dirinya pernah menjadi pengurus besar PGLII di era Pdt Nus Reimas. Saat ini benar-benar memfocuskan ke GBI, intinya hanya ingin melihat GBI lebih maju, dan dirinya tak melihat diantara empat kandidat itu ada pertentangan karena semua itu kawan sekerja.
Kenapa, karena melihat kepemimpinan itu bak anak tangga, bahwa S. A sudah sampai disini, Si. B sudah sampai disana kepemimpinan berikutnya harus melanjutkan. Dengan demikian tak akan saling menyalahkan dan saat inipun tak ada rivalitas dalam pencalonannya.
Masing-masing orang ada kelebihan dan kekurangannya termasuk tentu dengan dirinya. Makanya kalau memang Tuhan percayakan memimpin GBI ke depan akan mengusung tagline GBI SEHATI. Dimana “S” yang merupakan singkatan dari “Sinergi potensi”. Maksudnya adalah GBI harus menekankan kesatuan hati antar semua gereja, gereja besar perlu mendukung dan mengayomi gereja kecil, tanpa harus menjadikannya sebagai cabang. Ada pembapaan rohani dan mentoring pelayanan gereja, agar semua gereja lokal untuk mendapat kesempatan maju bersama. Lebih lanjut dijelaskan, sinergi juga harus dilakukan dalam pelayanan masyarkat, khususnya pelayanan pendidikan dan lembaga kesehatan.
Sementara itu “E” berarti “Erat dengan Roh Kudus”. Di bawah kepemimpinannya GBI akan menekankan pengajaran Alkitabiah bercirikan Pentakosta berdasarkan pengajaran dari pendiri GBI, yakni Pdt. Dr. H.L. Senduk, atau yang lebih dikenal sebagai “om Ho”. Pengajaran relevan dengan kehidupan sehari-hari namun berpusat kepada Kristus dan kerajaan-Nya. Karya Roh Kudus harus nyata dan wujud karunia dan buah roh dalam hidup pribadi dan pelayanan gereja. Penekanan pada doa, pujian dan penyembahan.
Untuk “H” menurutnya adalah “Harmonisasi Pelayanan dan Keluarga”. Pada poin ini dia menghendaki GBI harus menjadikan keluarga sebagai basis kerohanian dan pelayanan, karena keluarga yang sehat akan menciptakan gereja dan masyarakat yang sehat. Perlu ada retreat dan pembinaan hamba Tuhan di berbagai daerah, pembinaan pria, wanita, pasangan suami istri, juga penerapan prinsip-prinsip penting kepada anak.
Potensi generasi muda gereja juga tak luput dari perhatiannya. Untuk itulah akronim huruf “A” memiliki pengertian “Aktivasi Pemimpin Muda”. Lebih lanjut dijelaskan GBI mendukung terjadinya kegerakan rohani (revival) pada generasi muda dan anak, dimotori oleh anak-anak pendeta GBI. Potensi ‘NEXT GENERATION’ harus dikembangkan sehingga mereka berdampak bagi gereja dan bangsa.
Di huruf “T” sendiri merupakan singkatan dari “Teknologi Terpadu dan Transparansi”. Dalam penjabarannya dikatakan GBI akan meningkat pelayanan online. Setiap BPD (Badan Pekerja Daerah) perlu ada kantor yang dilengkapi peralatan teleconference untuk rapat koordinasi dan Sekolah Tinggi online untuk para pejabat GBI. Peningkatan media juga radio antar GBI.
“Kita akan membuat saluran khusus Bethel TV sehingga semua kegiatan bisa diliput. Keuangan BPH akan dibuat transparan kepada MPL dan BPD menggunakan manajemen keuangan modern, dengan auditor sebagai pengawasnya. Jika saya terpilih sebagai ketua umum, maka honor saya akan dialokasikan mendukung ketua BPD yang belum menerima persembahan kasih, atau digunakan untuk mendukung GBI yang ada di daerah terpencil,” jelas Pdt. Rubin.
Sedangkan huruf terakhir “I” adalah singkatan dari “Implementasi Misi dan Pemuridan”. Misi dilakukan dengan beragam bentuk, misalnya: penanaman gereja (hingga tercapai target 10.000 gereja lokal), pelayanan masayarakat, penjangkauan orang di marketplace, termasuk training pengelolaan keuangan yang benar bagi semua anggota GBI, supaya mereka hidup dalam berkat dan menjadi berkat bagi orang lain.