Jakarta, Majalahgaharu.com Kondisi Indonesia yang rawan bencana karena berada di tiga lempengan dunia diapit dua samudera dan juga benua, Dalam rentang setahun ini saja bencana alam terjadi di beberapa daerah yang terbaru di Maluku terjadi gempa bumi. Kondisi alam yang seperti inilah gereja dan lembaga Kristen terpanggil untuk bersepakat dan bekerjasama dalam penanggulan bencana.
Enam tahun sudah wadah yang kemudian dinamai dengan Jaringan Komunitas Kristen untuk Penanggulangan Risiko Bencana (Jakomkris PB) berkiprah. Siang itu di Grha Oikumene Jalan Salemba 10 Jakarta, Jakomkris menggelar kongres ke duanya serta mengadakan komprensi pers Kamis 10/10/19 di Lt 3 bersama tujuh Badan Pengarah .
Dalam pernyataannya yang diwakili Efendi Aritonang menegaskan bahwa Jakomkris PB di Indonesia menyatakan Fokus pada Penguatan Jemaat Pasca Bencana. Sementara kongres II di Graha Oikumene,Subagio dari GKJ ini mengatakan bahwa tujuan utama Jamkomkris PB adalah dalam koordinasi antara gereja dan lembaga untuk penanggulangan bencana. Juga dalam upaya membangun kerjasama dengan pemerintah dan masyarakat yang terkena bencana. Kemudian menyelenggaeakan sistem informasi bencana.
“Dalam Kongres II ini sudah berusaha menyempurnakan badan hukum, dan memantapkan kerja-kerja di lapangan. Kemudian meningkat informasi di antara gereja-gereja anggota. Selama tiga tahun kita sudah punya pengalaman di lapangan. Dilakukan perubahan statuta dan menerima pertanggun jawaban pengurus selama tiga tahun sekaligus membuat rencana tiga tahun ke depan terkait dengan pengurangan resiko bencana,” paparnya.
Eliakim Sitorus salah satu anggota Badan Pengarah bahwa PGI mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap bencana di Indonesia dengan 90 sinode gereja anggota. “Gereja selama ini sangat tanggao bencana alam dan bencana kemanusian. Karena itu PGI membuat penanggulangan bencana dengan mengkoordinir gereja-gereja anggota,” tegasnya.
Khusus untuk peningkatan capacity building maka PGI perlu meningkatkan kerjasama dengan semua pihak baik gereja, masyarakat dan pemerintah yang sifatnya koordinasi. Sekali lagi PGI dan anggota peduli bencana.
Kemudian Pdt Agustinus Purba (GBKP) mengatakan keberadaan Jakomkris PB sangat penting dan berdampak kepada masyarakat yang tertimpa bencana.
“Pengalaman kami di korban Gunung Sinabung membuktikan bahwa Jakomkris PB penting. Terjadi peningkatan kapasitas dalam segala hal,” ujarnya.
Bahwa Gereja dan komunitas Kristen, penting untuk menggerakkan jemaat untuk kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana. Jakomkris PB lebih fokus ke penguatan jemaat pada pasca bencana. “Dalam konteks respon kami dukung dari belakang jemaat di depan. Kita juga merumuskan bahwa Jakomkris akan bekerja dengan berdasarkan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.”
Selama kurang lebih enam tahun Jakomkris PB telah hadir di bencana alam Sinabung, Gempa bumi Lombok, Tsunami Palu, Tsunami Selat Sunda dan beberapa daerah lainnya. Sampai berita ini diturunkan Badan Pengarah yang beranggotakan 7 orang belum menetapkan ketua Jakomkris PB yang akan datang.
Kongres juga menyetujui sekretariat Jakomkris PB sendiri yang tadinya berkantor di PGI sudah dipindahkan ke Yogyakarta. Saat komprensi pers berlangsung belum ditunjuk siapa yang akan menjadi komandan Jakomkris PB untuk tiga tahun kedepan.