Jakarta, majalahgaharu.com- Gereja Tiberias Indonesia (GTI) kembali merayakan natal secara akbar untuk yang ke-18 kalinya. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya pada perayaan natal kali ini ratusan ribu jemaat GTI yang datang dari sejumlah wilayah di Indonesia kembali berpartisipasi dalam natal yang dihelat di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK).
Sebelumnya dilaporkan oleh Kepala Humas GTI Pdt. Gideon Simanjuntak SH., M.Th, pada perayaan kali ini sedikitnya 200 ribu jemaat dari Jabodetabek dan beberapa kota yang terletak di pulau Jawa maupun dari luar pulau dipastikan hadir.
“Tahun lalu menurut data yang kami cek, itu kurang lebih 200 ribu orang yang hadir. Beberapa sampai di luar (stadion utama). Tahun ini kita berharap 250 ribu yang hadir,” ujar Pdt. Gideon saat sesi konferensi pers, Sabtu sore (07/12/2019).
Dari pantauan majalahgaharu.com, sedari sore jemaat GTI nampak berdatangan dari segala penjuru kawasan GBK. Banyak dari antara mereka datang menggunakan ratusan bus yang secara khusus disediakan oleh GTI, selain menggunakan transportasi umum maupun pribadi.
“Kami juga menyediakan ratusan bus. Dari Bogor, Bekasi, Tangerang, Bandung dan sekitarnya, bus gratis untuk para jemaat datang ke tempat ini. Dan beberapa cabang kami di Manado, Medan, Semarang dan Surabaya, tadi malam mereka mengarah ke Jakarta,” imbuhnya.
Perayaan natal Tiberias mengangkat tema “ Semua yang menerima-Nya diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah”. Tema ini diambil dari kitab Yohanes 1:12. Gideon lalu menambahkan, melalui perayaan natalk kali ini terdapat dua pesan yang ingin disampaikan oleh Gembala Sidang GTI, Pdt. Dr. Yesaya Pariadji.
“Pesan yang pertama, dalam penginjilan, bahwa natal adalah kesempatan untuk kita menyatakan bahwa ada Juruselamat datang ke dunia namanya Yesus. Jadi mengapa kita merayakan secara besar-besaran? Agar dunia, khususnya Jakarta, mengetahui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan,” kata Gideon.
Sedangkan pesan yang kedua dari Pdt. Pariadji, tambahnya, adalah terkait pentingnya jemaat dalam meneladani karakter Kristus, secara khusus dalam menyongsong akhir zaman.
“Jadi pak Pariadji selalu menyampaikan pesan kepada jemaat, agar suci pikiran, perkataan dan perbuatan,” katanya lagi.
Pada malam harinya, area tribun utara, timur dan barat stadion utama GBK nampak sesak dipadati jemaat GTI. Jemaat juga membanjiri area lapangan sepakbola yang berada di bibir panggung perayaan. Mereka larut dalam puji-pujian dan penyembahan yang dipandu oleh 7.117 orang choir GTI. Gemuruh puji-pujian juga terasa hingga ke luar kawasan stadion utama.
Perayaan juga diisi dengan malam terang lilin dan khotbah yang dibawakan oleh Pdt. Pariadji, dengan didampingi oleh Pdt. Dr. Darniaty Pariadji. Di penghujung acara, panitia menutup rangkaian perayaan dengan pesta kembang api. Selama 10 menit sebanyak 8.000 tembakan kembang api menerangi langit kawasan GBK.
Visi untuk Memberkati
Sejak tahun 2000 GTI telah merayakan natal secara besar-besaran di Jakarta. Semua tak lepas dari visi Pdt. Dr. Yesaya Pariadji.
Visi merayakan natal secara besar-besaran didapat oleh Pdt. Pariadji ketika mengalami percakapan pribadinya dengan Tuhan, sepulang dari perayaan natal yang digelar di sejumlah desa di Solo, Jawa Tengah.
Menurut penjelasan Gideon, saat itu Pdt. Pariadji bersaksi mendapatkan perintah dari Tuhan untuk merayakan natal di Gelora Bung Karno, di tahun berikutnya. Kegundahan memang sempat menyelimuti hati Pdt. Pariadji, yang saat itu kebingungan karena harus melakukan perayaan di GBK.
“Beliau berkata, ‘Tuhan bagaimana mungkin memenuhi Gelora Bung Karno dengan umat yang begitu besar? Bagaimana mungkin?’,” ungkap Gideon menirukan penuturan kesaksian dari Pdt. Pariadji.
Akhirnya perayaan natal secara besar-besaran pun dilakukan secara perdana di tahun 2000, dan berlangsung hingga ke-18 kalinya di tahun 2019 ini.
“Seharusnya sudah 20 kali perayaan, namun selama 2 tahun GBK sempat tidak bisa digunakan karena sedang direnovasi,” papar Gideon.
Lebih jauh Gideon menjelaskan, Pdt. Pariadji menjelaskan tentang kisah orang Majus dari Timur. Kedatangan mereka dilakukan sebagai bentuk sukacita dalam menyambut sang Juruselamat. Bahkan, tambahnya, orang Majus rela mempersembahkan segala sesuatu yang mereka miliki bagi Sang Mesias.
“Beliau mengambil ayat ketika ada orang mengorbankan upah satu tahun , minyak narwastu yang sangat mahal harganya, dan juga ketika orang Majus yang datang dari Timur jauh memberi emas, kemenyan dan mur untuk menyambut kelahiran Tuhan Yesus. Jadi beliau berkata kepada jemaat, kalau Tuhan saja mau mati buat kita, kalau datang, lahir untuk mati, maka kita umatnya harus menyambut kelahirannya yang datang sebagai seorang bayi. Menyambut dalam hati dan pikiran kita dengan secara besar-besaran,” pungkasnya.