JAKARTA, majalahgaharu.com- Persoalan radikalisme dan intolaransi menjadi sorotan dalam perayaan Natal Pengurus Nasional Perkumpulan Senior Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PNPS GMKI) yang digelar dalam bentuk zoom meeting. Perayaan Natal bertajuk “Mereka akan menamakan-Nya Imanuel”, yang diambil dalam kitab Injil Matius 1: 23 itu, mengajak agar seluruh lapisan masyarakat untuk tetap menjunjung cita-cita Proklamasi dan ideologi Pancasila.
“Juga gerakan intoleransi dan radikalisme akhir-akhir ini menguat, dan ini adalah penggerusan ideologi bangsa. Namun, bagi PNPS GMKI Pancasila sudah final, dan tidak perlu diperdebatkan lagi. Gerakan intoleransi telah mengganggu Undang-Undang Dasar 1945 dan komitmen hidup berbangsa dan bernegara. Mereka yang melakukan gerakan tersebut adalah sudah mengingkari kesepakatan fauding Father dan mother (bapak dan ibu pendiri bangsa) yang telah disepakati,”tegas Ketua Umum PNPS Febri Calvin Tetelepta, Selasa (29/12/2020).
Perayaan Natal dihadiri 242 senior GMKI dari seluruh Indonesia. Hadir menghibur Penyanyi nasional asal Papua Edo Kondologit, dan penyanyi muda berbakat Kareen Pooroe. Saxopianist Julius Luis, Pianis Richar R, dan Steelist atau alat musik gitar kecil dipetik yeng diletakan seperti piano yang biasa dimainkan asal daerah Maluku dibawakan senior GMKI Salatiga Ted Weohau. Liturgis acara Natal dipimpin gereja GKST Pdt. Yuliani Tacoh yang juga senior GMKI Tumohon dan Pelayan Firman Tuhan dibawakan Pendeta BNKP yang juga senio GMKI Nias Pdt. Dr. Dorkas Daeli., M.Th mengatakan, Allah hadir dalam bentuk sebagai manusia dalam rupa Yesus adalah makna Allah mengasihi manusia yang berdosa dari murka Allah mewujudkan diri dalam rupa Yesus Kristus.
Lagu malam kudus dinyanyikan dengan menggunakan berbagai bahasa daerah oleh beberaoa senior GMKI.
Pendeta Dorkas mengajak para senior dan civitas GMKI di seluruh Indonesia untuk mewujudkan keadilan sosial, turut berpartisipasi mewujudkan hidup bijak sana dan tidak merugikan orang lain. Dengan melakukan tindakan korupsi. “Jangan Korupsi,”tegasnya.
Wakil Sekretaris Jenderal Dr (cand) Nikson Gans Lalu.MH di ruang Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mewakili para senior secara simbolis menyalahkan lilin Natal, sembari diiringi secara instrumental dengan alat musik pianis dan saxepone.
Febri mengemukakan, mengapresiasi apa yang dilakukan TNI/POLRI dalam menghadapi dan mengantisipasi gerakan radikalisme dan intoleransi yang dinilai tidak boleh dipandang sebelah mata. “Dengan apa yang dilakukan TNI/POLRI bahwa negara hadir dan tegas mengatasi persoalan gerakan intoleransi. Gerakan tersebut tidak boleh dibiarkan, dan harus didukung seluruh elemen masyarakat,”tambah Febri.
Febri juga mengapresiasi pesan Natal Menteri Agama Republik Indonesia Yaqut Cholil Qoumas yang menyebut agama adalah inspirasi, bukan aspirasi. Dia optimis bahwa Gus Yaqut tidak akan toleran dengan ormas-ormas radikal dan intoleran yang sangat menganggu kemajemukan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lebih lanjut, Febri mengakui, perayaan natal tahun ini berbeda dengan perayaan sebelumnya. Pasalnya digelar melalui daring akibat pandemi covid-19 yang mendera secara global. “Kita yang biasa merayakan ibadah natal di tempat dan berkumpul secara fisik, tapi suasana ibadah sekarang berbeda. Bahkan, melakukan aktifitas kerja lewat rumah (Work From Home). Namun, upaya Pemerintah dalam menstabilkan ekonomi di tengah pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen, sehingga daya beli ekonomi masyarakat masih terjaga, dan kita bersyukur akan hal itu. Pemerintah masih mampu menstabilkan persoalan ekonomi,”tambah Deputi I bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kepala Staff Presiden itu.
Lebih lanjut, menyangkut masalah Undang-Undang Cipta Kerja terjadi perbedaaan pandangan di antara masyarakat. Satu sisi dinilai merugikan bagi para tenaga kerja. Disisi lain, untuk mewujudkan pembangunan dan pemberdayakan masyarakat di berbagai bidang ekonomi.
“Tapi Yakinlah bahwa tidak ada pemerintah ingin mencelakai rakyatnya, “tukas Febri. (Ralian)