Majalahgaharu-Batam Peristiwa bom bunuh diri di gereja Katedral Makasar Sulawesi Selatan dan seorang yang diduga teroris sambil mengacungkan pistol mengancam polisi yang berjaga di Markas Besar Polri, kedua peristiwa itu melibatkan perempuan. Di Makasar perempuan yang merupakan pasangan bom bunuh diri juga turut jadi korban, demikian pula yang di Mabes Polri juga seorang perempuan yang melakukan tindakan tersebut. Lalu sebetulnya sedang terjadi apa dengan perempuan.
Harti Hartidjah SE., SH seorang pemerhati perempuan dan anak melihat dua peristiwa yang melibatkan perempuan tersebut berujar bahwa sesungguhnya mereka juga jad korban sekalipun memang jadi pelaku, ujarnya ketika di hubungi melalui sambungan telepon.
Harti yang juga getol membantu dalam pelayanan kesehatan masyarakat tersebut lebih lanjut kenapa mereka disebut korban karena sebagai perempuan itu kan sebagai tombak dari awal terbentuknya suatu karakter seseorang. Karenanya agar tidak terjadi seperti perempuan yang melakukan terror itu, perlu dilakukan pengawasan dini, di mana seorang ibu harusnya lebih selektif dalam mengawasi anak-anaknya dari hal lingkungan dan pendidikannya.
Jika peran perempuan dilakukan dengan memberikan pengawasan kepada anak-anak dalam rangja membentuk karakter yang baik, lantas dengan karakter yang baik inilah akan dibawanya hingga dewasa terutama anak-anak paham akan keberadaannya sebagai bagian bangsa yang beragam, peran inilah peran perempuan betul-betul jadi ujung tombaknya.
“Sekali lagi perempuan yang melakukan tindakan teror itu sebagai korban karena kurangnya pemahaman yang benar dari keluarga yang membentuknya”, tandas ibu yang aktif di berbagai organisasi ini.
Atas perilaku terror itu, Harti melihat apa yang dilakukan itu akibat pendidiknya atau yang mengajarinya, sekalipun memang tidak semua pendidik ya tetapi hanyalah oknum saja, imbuhnya.
Ada target yang dilakukan para dalang terror tersebut, bukan semata mengarah memecah antar umat beragama saja tetapi memang ingin menciptakan rasa kekuatiran atau was-was masyarakat luas, ini terbukti pengemboman atau terror bukan saja di gereja tetapi juga menyerang mabes polri dan beberapa tahun lalu di tempat umum seperti hotel dan coffee.
Mereka sengaja mengadu bagaimana Indonesia yang kaya akan keberagaman dan perbedaan suku, ras dan agama ini, dicoba untuk diobok-obok dan dibuat saling berantam.
Mabes Polri misalnya sebagai markas penjaga keamanan negara lalu disusupi terror dan mengancam semua itu jelas akan membuat rasa tidak aman. Dengan menyerang di jantung keamanan negara. Dengan tindakan yang mereka lakukan memang agar berkembang rasa kekuatiran masyarakat luas di negara ini, bukan sebatas umat beragama.
Pertumbuhan anak-anak harus tetap di awasi
Kembali pada peran perempuan Harti mengajak agar pertumbuhan anak-anak diawasi dengan benar dan diberikan ruang pendidikan yang betul-betul terarah sesuai dengan harapan berbangsa dan bernegara sehingga anak-anak tidak berpikiran yang sempit.
“Jangan pula berpikir apa yang dilakukan yang penting masuk sorga, itu kan pemikiran yang harus kita hilangkan dan fungsi pendidikanlah yang membentuk karakter anak dari awal jangan sampai salah ruang”, tukasnya serius.
Kembali kepada tindakan yang dilakukan para teroris ini jika dikaitkan dengan adanya kekosongan ideology khususnya Pancasila, Harti sangat setuju karena akibat ideology yang tak sesuai dengan kebangsaan yakni Pancasila. Maka tak heran kalau kemudian diisi dengan ideology atau ajaran yang lain, sehingga dengan ideology itu mereka membuat kekuatiran bagi bangsa, bukan hanya gereja saja tetapi pejabat negara atau polisipun akan menjadi ciut karena keberanian dari teroris ini.
Menurutnya kalau hal ini tidak segera teratasi kelumpuhan suatu negara akan terjadi karena tindakan teroris yang membuat kekacauan.
Sekali lagi sebagai perempuan yang tugasnya mengawasi dan memberikan pendidikan yang baik untuk berkembangnya anak hingga dewasa, sehingga mereka memiliki wawasan kebangsaan yang baik.
Disisi lain pemerintah juga harus melakukan tindakan atau kebijakan untuk memberikan kembali pendidikan budi pekerti di sekolah-sekolah agar segera diterapkan.
Sehingga dari pelajaran budi pekerti ini diajarkan bagaimana mengenalkan keberagaman, cinta kasih pada sesama serta cinta pada negara itu harus ada penekanan.
Tak dipungkiri tambah Harti bahwa perempuan dan anak-anak seringkali sebagai tameng para teroris untuk melakukan tindakannya. Kenapa, karena perempuan menurutnya lebih luwes, dan tak jarang menimbulkan rasa belas kasihan kepada perempuan.
Paham-Paham ( oknum ) Teroris Yang tidak bertanggung jawab ini akan memanfaatkan kelemahan perempuan sebagai object yang harus di Lindungi.
buktinya bagaimana perempuan yang mengacam dengan senjata itu bisa masuk ke mabes Polri, sementara pemeriksaan masuk di sana ketat sekali.
Ini Adalah Bukti Bagaimana Terorisme Bisa Merusak Apapun dengan berbagai cara. Dan Puji Syukur Aparat kita dapat menangani dengan Cepat Dan Tepat.
Agar perempuan tak menjadi korban maka sudah seharusnya mendapat ruang khusus untuk mendapatkan kesempatan berpikir untuk bangsa ini.
Kesempatan perempuan berkiprah dalam kebangsaan diakui Harti memang sudah ditangkap oleh pemerintah seperti memberikan ruang kuota 30 persen perempuan masuk menjadi calon legislative dan eksekutif.
Sekalipun begitu Harti menegaskan perlu ditambahkan lagi yaitu pendidikan yang dini di sekolah-sekolah dengan menerapkan kebangsaan dan keberagaman, demikian pula dalam pendidikan agamapun perlu diadakan pengawasan yang lebih lagi, karena saat orang mengikuti suatu aliran sudah cinta dengan ajarannya dia akan melakukan sesuatu yang menurut dia baik.
Berkaitan dengan bom dan terror yang acapkali berbarengan dengan hari raya
Kristen entah itu Natal, Paskah dan sebagainya, hal itu sambung Harti karena situasi itu yang paling rentan agar terpecah antar umat beragama itu tujuan terornya.
Karena yang sangat bisa memancing perpecahan adalah agama dan suku itu yang sangat menarik dan teroris melakukan tindakan semacam itu.
Berkaitan dengan peristiwa bom bunuh diri dan penembakan teroris di Mabes Polri bagi umat Kisten jangan sampai terpancing kondisi ini yang tujuannya untuk memprovokasi dan membangkitkan amarah kita umat Kristen, memang siapa yang tidak marah dan tidak sedih melihat situasi itu karena tempat ibadah diganggu. Kami merasakan Kesedihan tetap Kami juga Harus Bersikap Tenang Dan mengerti pola permasalahan Dan bagaimana solusinya. Kami ingin tetap menjaga kerumunan antar umat beragama.
Tetapi kita tetap yakin dan percaya dengan kasih harus menyikapinya, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan sekalipun mereka sebagai pelaku. Mari kita bersama-sama membantu pemerintah dalam menjaga keamanan, tetap waspada karena kapanpun bisa terjadi kembali.
Jadi hilangkan pemikiran-pemikiran yang provokatif dan kita harus terus menjalin dengan sesama anak bangsa dan dengan anak-anak ditanamkan dengan semangat cinta kasih.
Kalau ada yang mengkaitkan peristiwa ini dalam rangka menggoyang Kapolri yang Kristen, dalam hal ini Harti tak yakin kalau menjurus kesana. Tetapi terror ini dilakukan semata untuk memunculkan rasa kekuatiran masyarakat saja, tuntas. Dan saat nya kita Harus Bersinergi Dan Semakit Solid dalam menjaga stabilitas NKRI. YM