Seminar Nasional: Gelar Pahlawan Nasional Hak Sabam Sirait

Ayo Bagikan:

Jakarta, Majalahgaharu.com – Seminar Nasional yang diselenggarakan Yayasan Komunikasi Indonesia dan PGI  dengan Tema: Kepahlawanan dan Keteladanan Sabam Sirait dalam Pelayanan di bidang Politik di Aula PGI, Jumat 25 Maret 2022 berlangsung hibryd yakni online dan onsite.

Tampil mengawali acara dengan membawakan renungan, Ephorus HKBP Pdt. Dr. Robinson Butarbutar menyampaikan bahwa keteladanan seorang Sabam Sirait  yang merupakan cita-cita kita mengisi pembangunan Indonesia.

“Meneruskan keteladanan Pak Sabam Sirait  untuk generasi muda bisa bertumbuh. Kepahlawanan untuk memperjuangkan demokratis, itu sudah ditunjukkan sepanjang hidupnya,” katanya.

Lebih jauh pucuk pimpinan HKBP tersebut mengutip ucapan Presiden Jokowi dalam buku Sabam Sirait, keteladanan  dan ketokohan Sabam Sirait terutama integritas dan konsistensi, dalam lurus berkibar. Sebagaimana prinsip-prinsip  di pemerintahan. “Saya cocok dengan prinsip Sabam Sirait,”ujarnya mengutip ucapan Jokowi.

Mari mendoakan cita-cita harapan kita  semua agar Sabam Sirait menjadi pahlawan nasional, supaya kita bisa belajar dari darinya. Orang Kristen bisa berdamai dengan yang lain karena bisa belajar dari politik itu suci. Selama 64 tahun menjalani karir politik selalu memperjuangkan kebenaran dan keadilan.

“Semoga generasi muda dapat meniru dan meneladani, sehingga mendorong anak-anak bangsa, supaya damai bersama,” bersama.

Sementara itu Ketua Yayasan Komunikasi Indonesia Bernard Nainggolan menceritakan pengalamannya  bagaimana Sabam  Sirait memaksa jadi Ketua YKI saat berbicara di sebuah warung, dan tidak bisa menolak.

Karena itu, terimakasih untuk Tim Medan yang sudah menjadi inisiator dan motivator mengusulkan Sabam Sirait menjadi Pahlawan Nasional.

“Kepahlawanan Bang Sabam Sirait sudah tidak diragukan, ini sekedar formalitas legitimasi negara. Secara formalitas administratif kita perjuangkan,” tuturnya.

Ke depan, kita akan membangun diskusi terkait peran Sabam Sirait di diplomasi internasional, mungkin mengajak Deplu untuk bicara. “Bang Sabam Sirait tidak selalu kita kenal, banyak juga bergerak di balik layar.  Matraman 10 merupakan rumah kedua Bang Sabam,” tandas dosen Pasca Sarjana UKI ini.

“Ada satu kegelisahannya, yang disampaikan bahwa di banyak partai telah banyak bersarang orang-orang yang berusaha mengganti ideologi. Itu keresahan Bang Sabam. Banyak orang tahu pemikiran Bang Sabam tapi mungkin tidak banyak tahu perasaan,” imbuhnya.

Senada, Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom menegaskan bahwa secara kolektive pimpinan gereja di Indonesia mendukung Sabam Sirait  jadi Pahlawan Nasional.

Sebab, kata Gomar lagi, gereja-gereja di Indonesia beruntung memilikinya terutama mendukung Sabam Sirait. Kalau Pak Sim (Letjend TB Simatupang) menyatukan laskar-laskar maka Pak Sabam Sirait mempersatukan gereja-gereja, khususnya kepedulian dan kaderisasi. Karena itu Sabam Sirait menjadi Majelis Pertimbangan PGI.

Lebiha juah, gerakan oikumene tidak hadir di ruang hampa, tapi di sosial ekonomi budaya.

“Saya banyak beruntung berinteraksi Sabam Sirait. Dia selalu hadir dengan kerendahan hati dengan humor-humornya, tidak ada sedikit pun untuk menonjolkan diri, walau kiprahnya sudah menonjol. Penolakannya, jika identitasnya disembunyikan karena iman Kristen. Maka kesaksian iman terlalu luas, tidak bisa batasi tembok-tembok gereja. Dia pelintas batas, menjadi berkat bagi banyak orang. Dia bilang, orang Kristen harus bergerak di semua lini. Tidak usah menonjolkan diri atas perbuatan,” urai Gomar panjang lebar.

Oleh karena itu pantas, kalau gereja ikut memperjuangkan dan menyematkannya Pahlawan Nasional. WWala tidak perlu minta pengakuan dari gereja,masyarakat atau negara. Kalau dia masih hidup mungkin dia akan menertawakan kita semua.

Harus menjadi penyemangat angkatan muda melihat ketokohan dan keteladanan dalam profesi masing-masing. “Hari ini, bertepatan 53 tahun perkawinan Bang Sabam Sirait dan Kak Sondang Sidabutar. Penghargaan setinggi-ssetingginya bagi keluarga, mohon maaf kalau gereja dan  masyarakat “mencuri waktu” Sabam Sirait selama ini dari kuarga.

Sebagai pemateri dalam seminar,  Ir. Baktinendra Prawira mengaku mengenal Sabam Sirait  tahun 1973 meski melalui koran.

“Saya sering baca koran, Sabam Sirait selalu mengkritik TMII, ketimpangan sosial, tata tertib DPR dikritik dan lainnya. Saya tidak tahu berasal dari GMKI. Yang saya ingat, ia marah saat  terjadi penggusuran  sewenang-wenang. Pada 1982 pertama Pemilu, saya dkk terpengaruh memilih PDI,” jelasnya.

Bahkan, Bakti sampai mencari politisi   PDI, pertama ketemu Panda Nababan. Kemudian  Aberson Sihaloho. Kita malah banyak bicara Marhaenis yang membuatnya tidak sreg.

“Akhirnya, ayah saya (Radius Prawiro) kasih tahu teman senior GMKI yang beda partai yakni Sabam Sirait.  Kesan saya dengan beliau ia seolah menanggung beban berat. Ada saat tertawa dan saat sedih. Banyak hal yang dikritik sejak dulu, dan baru terlaksana di masa Jokowi,” ungkapnya.

Pada suatu saat, kalau menyaksikan sepak terjang Sabam Sirait dan keberpihakannya ke masyarakat tertindas, segala sesuatu  pada akhirnya terserah pemerintah.

Kritiknya ke PIKI, kalian intelenjensia Kristen, jangan sampai dibonsai dan membeo kepada pemerintah.

“Sabam Sirait seorang fenomenal dan pejuang sejati,  kalau pun dipaksa kalah, dia selalu bangun lagi. Never give up terutama isu-isu pembelaan masyarakat kecil,” paparnya.

Menaikkan presiden sekarang merupakan salah karya terbesar, apakah trik ini bisa diulang kembali, belum tentu bisa dijalankan orang lain.

Ketua Komisi Kejaksaan Dr. Barita Simanjuntak menegaskan bahwa Bang Sabam Sirait tidak saja wajib menjadi Pahlawan Nasional tetapi ia adalah anugerah terindah bagi bangsa Indonesia dari Tuhan yang Maha Kuasa. Dalam perjumpaan dengan Sabam Sirait selama ini belum  tergantikan bidang politik dan integritas.

“Ada catatan saya tentang Bang Sabam Sirait, cukup lama memberikan waktu mengkader saya, meski tidak secara  langsung tapi lewat diskusi, tidak menggurui kita harus secara cerdas memetik pemikiran beliau,” cetusnya.

Sabam Sirait seorang  pemberani, senior GMKI harus berani memberi kritik kepada pemerintah waktu itu. Ia juga selalu mengingatkan gereja harus melawan campur tangan penguasa.

Ada substansi yang tidak berubah, ada yang bisa. Soal sikap dan prinsip kristiani beliau tidak tergoyahkan. Ketika mahasiswa diperhadapkan pilihan sulit, Sabam Sirait datang ke Salemba untuk mengatakan jangan takut untuk terus bersuara. Ia selalu hadir jika GMKI mengalami kesulitan seperi Kongres di Pekanbaru.

“Ibarat nabi, Bang Sabam Sirait telah memberikan petunjuk ke pada mahasiswa terutama GMKI, pro kontra gerakan mahasiswa. Saya juga didukung studi, tanpa orang tahu. Pertama saya berangkat ke luar negeri, Kak Sondang memberikan dollar. Saya kira-kira tokoh Bang Sabam Sirait menginspirasi hidup bangsa.”

Berbeda dengan Pdt. Dr. Zakaria Ngelow yang mengaku tidak banyak mengetahui Sabam Sirait.

Suatu hari ketiak bertemu Bang Sabam, bertanya spontan Parkindo apa mati? Dia terkejut, lalu bilang Parkindo tidak mati karena fusi ke PDI.  Masa Orde Baru dimana Bang Sabam bergerak dunia baru. Politik dikebiri. Perasaan politik atau naluri Bang Sabam Sirait  lalu memilih mendukung Megawati.

Menarik politik itu suci Sabam Sirait  ini teologi Calvinis yang ddimainka. Lalu bagaimana teologia lutheran dari mana dia berasal.  Doktrin dua zaman. Melihat kiprahnya, tentu Pahlawan Nasional adalah hak bagi Almarhum Sabam Sirait.

Manatan Menteri Kawasan Indonesia Tertinggal Manuel Kaisepo  yang tampil lewat online memberikan kontek peran Sabam Sirait dalam politisi demokratis.  Nilai-nilai substantif apa yang bisa dipelajarin sekarang. Diskusi kita ini menceriminkan kerinduan seorang politisi berkualitas, integritas atau politisi negarawan.

“Akhir 1950-an  kita punya politisi berbobot, berkualitas dan terpanggil memberi diri tanpa pamarih. Termasuk Pak Sabam di dalamnya,” katanya.

Kalau generasi Machieveli mengatakan politik itu kotor, beda jauh dengan pandangan Sabam  Sirait bicara politik itu suci. Pemahaman politik mengandung politik spritualitas atau spritualitas politik.

“Generasi Pak Sabam dan sesudahnya, berkiprah dalam warna spritual politik. Generasi ideal yang lalu, yang nyaris hilang.  Kita tahu Pak Sabam representasi terakhir dari generasi ideal, kuat dalam ajaran agama. Paling tidak dimensi spritual politik,” ungkapnya.

Beruntung Sabam Sirait dikarunia usia panjang, aktif politik akhir 50 an, maka ia melewati era politik liberal, terpimpin, orde baru hingga sekarang. Meski di zaman berbeda tetap ia tampil eksis. Ia adalah representasi generasi politik yang beda.

Dulu Bung Karno suka  plesetan carilah dulu kerajaan politik maka semua ditambahkan blabla.. mengambil dari Kitab. P

Ciri lain generasi Sabam Sirait, ada keterkaitan dari pemikiran dan dunia politik praktis. Itu artinya berpolitik waktu itu sangat berbobot dan berkualitas.

“Sekali lagi Pak Sabam bagian dari generasi itu.Political of person, yang belum digali. Saya ingin usulkan, harus ada kajian konteks politik politisi ideal itu tumbuh, sebagai representatif kita. Mengapa tidak ada  studi Pak Sabam dengan persfektif budaya Batak? Misalnya sama yang sudah  dilakukan untuk Tan Malaka, Hatta, Syahrir dengan budaya Minang . Ada juga studi  tentang Bung Karno tentang budaya Jawa,” usulnya untuk memperkaya kajian terkait negarawan Sabam Sirait.

 

Facebook Comments Box
Ayo Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

SIARAN PERS Bersaudara dalam Kemanusiaan, Pelajaran Penting dari Tokoh Pendidikan Islam di Indonesia Timur

Sun Mar 27 , 2022
JAKARTA-MAJALAH GAHARU, 27 Maret 2022 – Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Alkhairaat, Ali Muhammad Aljufri, mengingatkan ajaran penting Al-Quran tentang bersaudara dalam kemanusiaan untuk membangun hubungan lintas agama. Prinsip itulah yang menjadi pegangan tokoh pendidikan Islam di Indonesia Timur, yaitu pendiri Alkhairaat, Idrus Bin Salim Aljufri (Guru Tua), dalam membesarkan […]

You May Like