Jakarta majalahgaharu.com Perjalanan bangsa Indonesia yang sebentar lagi di bulan Agustus 2022 ini diperingati HUT ke 77 tahun, di usianya yang masih relative muda ini, tentu saja sudah banyak mengalami kemajuan yang lebih baik. Seperti persoalan kebangsaan kita, diakui Dating Palembangan tokoh muda yang pernah menjabat ketua umum Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) melihat bahwa para pemimpin-pemimpin bangsa ini tak perlu lagi diragukan kebangsaannya.
Makanya menurut Dating perlu kehati hatian dalam mengelolah Pilpres serta tetap menjaga agar masyarakat tetap kondusif walau berbeda pilihan, sehingga yang terpilih nanti melalui mekanisme demokrasi sesuai kearifan nusantara serta setia merawat Bhineka Tunggal Ika.
Lebih lanjut Dating yang belum lama ini berkesempatan berdiskusi panjang dengan M Qodari direktur Indobarometer menegaskan mereka yang muncul di permukaan tersebut semua asset bangsa, pada hakekatnya mereka sangat mencintai negara kesatuan republic Indonesia
Persoalnya di banyak suksesi kepemimpinan terkadang banyak simpatisan ataupun para pendukungnya melakukan ekploitasi-ekploitasi polisasi politik identitas seperti politisasi agama misalnya. Kemudian mereka para pendukung ini menghadirkan intrik-intrik untuk meraih kemenangan mereka yang didukungnya.
Disini lanjut Dating harusnya para kandidat persiden menghindatkan politik-politik yang mengedepankan politisasi identitas tersebut. Diharapkan dengan kedewasaan para capres ini membuat kondisi bangsa ini tetap kondusif aman dan damai, sehingga memiliki pemimpin yang bisa membawa kedamaian bagi bangsa dan Negara.
Sedangkan bagi mereka atau calon presiden yang memang belum terpilih masih menjadi bagian bangsa Indonesia yang sangat dibutuhkan banyak pihak untuk membangun demi kemajuan bangsa dan Negara tercinta.
Tentang adanya pembelahan di tengah bangsa, menurut Dating yang juga aktivis gereja ini berdasarkan apa yang dirasakan dan diamati di tengah-tengah masyarakat, jika dikatakan selama ini ada pembelahan itu dirasa tidak ada, buktinya masyarakat masih bisa berjalan bersama-sama.
“Memang berdasarkan informasi dan berita-berita saat dilaksanakan pemilihan kepala daerah ada saja yang menggunakan politisasi identitas seperti menggunakan issue agama”, tukas sosok yang dekat dengan para aktivis muda ini.
Kemudian bicara pilpres ke depan, Masyarakat sendiri belum tahu persis siapa calon presiden ke depan sekalipun sudah muncul beberapa nama, namun secara sah kan belum ada yang ditetapkan.
Mengenai kapasitas para tokoh yang muncul dipermukaan yang di gadang menjadi presiden ke depan, Dating melihat mereka semua memiliki kapasitas untuk memimpin bangsa ini, permasalahan ketika nanti dilaksanakan peilpres justru akar rumput ini yang perlu dijaga jangan sampai menggunakan polisasi agama untuk meraih kemenangan.
Karena jika itu yang terjadi akan menimbulkan persoalan di tengah-tengah masyarakat dan itu susah dikendalikan. Tentu ini seiring pandangan M Qodari saat berdiskusi jika terjadi politisasi agama dan muncul pergolakan di tengah masyarakat ini sangat susah di kendalikan jika terjadi saat Pilpres.
Makanya menurut Dating perlu kehati-hatian dalam menentukan pilihan serta tetap menjaga agar masyarakat kondusif, sehingga yang terpilih nanti tetap tokoh yang mengedepankan wawasan kebangsaan dan mereka yang berkualitas terbaik, pungkasnya.
Mengomentari pemikiran M Qodari, Dating memberikan apresiasi bahwa M Qodari memang sosok yang memberikan pemikiran yang lain daripada yang lain, artinya dalam memberikan analisa dan pandangannya tentang kepemipinan dan Pilpres ini sangat bernas, karena berdasarkan data dan fakta di lapangan.
Apalagi seorang surveyor sehingga apa yang disampaikan pasti tidak jauh dari apa yang bakal terjadi nanti. Makanya apa yang menjadi gagasan dan keprihatinnya itu perlu dilontarkan ke masyarakat.
Kalau dikatakan saat Pipres nanti ada ancaman pembelahan itu tidak ada, namun kalau ada masyarakat yang terpola karena dukungan politik itu mungkin ada, tutup pria yang ramah ini. Ym,