Kisah Perjalanan Kaum Sufi Menuju Rumah Tuhan Yang Mengasyikkan

Ayo Bagikan:

Banten majalahgaharu.com Ketika Tihan menumpahkan air berlebihan dari langit, bumi dibelah seperti buah srikaya yang masak, laut dikocok layak tulis kangkung dalam tempayan yang mendidih, lalu angin ditiupkan persis knalpot bocor yang berserakan sepanjang jalan, hingga kematian manusia yang tak wajar — meninggal sekeluarga, dan Menembak anak buah yang setia seperti istri yang memutilasi suami dan orang tua yang menggugah anak kandung sebdiri — bahkan harta kekayaan ditumpuk layak piramida seperti masa kerakusan Raja Fir’un, mungkinkah itu semua sebagai tanda-tanda waktu sedang berproses memasuki akhir jaman ?

Jika benar, lalu mengapa janji bohong masih diulang, hutan belum dibayar, bualan gede terus diumbar, sikap dengki terus ditebar, kesepakatan berbagi kembali ditunda, bual soal harapan tetap dihembuskan, hasrat berbagi jadi ditunda-tunda ?

Begitu juga nyinyir dan ceriwis tidak mau dihentikan ? Persis semacam hasrat berlomba untuk menggagahi yang lain. Terus pasang omong tiada pernah mau pasang telinga. Sehingga kejernihan hati menjadi keruh dan mampet, layak saluran yang meluap menggenangi jalan.

Situasi dan kondisi semacam itulah yang membujuk sepanjang jalan spiritual menuju rumah Tahun yang gelap tak terlihat. Waktu ibadah pun dinikmati layaknya parade senja pamer pakaian adat termewah. Persis semacam memilih sekolah atas dasar gengsi dan hasrat mendapatkan tempat dan habitat untuk bercampur-gaul penuh kebebasan.

Lalu sumpah dan janji ketika sukses merebut jabatan publik, cukup dicopy paste agar dapat segera duluan, sebab tujuan utama yang lebih penting bukan lagi pengabdian. Sebab sumpah dan janji sebagai abdi negara pun sekedar formalitas semata, seperti ijazah palsu yang bisa diperoleh dengan mudah.

Latak semboyan yang bisa dibuat mudah, mengapa harus dibuat susah. Artinya, ketika ijazah bisa diperoleh dengan gampang, apalah artinya wisuda, jika ijazah dan gelar palsu dapat diperoleh lebih gampang daripada ngejokrok serius di ruang kuliah.

Karena itu jalan pintas menuju rumah Tuhan pun sekarang banyak dipercaya oleh para pihak bisa ditempuh dengan menggunakan ojek online. Kapan pun bisa dilakukan sesuka hati. Sesuai selera dan mod untuk melakukannya. Toh, sampai ke rumah Tuhan itu sesungguhnya tidak lebih penting dari proses perjalanan berliku yang syahdu dan mengasyikkan itu. Sebab, boleh jadi saat perjalanan asyik menuju kd rumah Tuhan pun, kiamat kecil atau bahkan kiamat besar yang masih sering membuat keraguan dan kebimbangan hati dan kepercayaan diri kita sungguh terjadi di tengah perjalanan yang sungguh sangat mengasyikkan ini.

Kesaksian kaum sufi yang saya percaya begitulah adanya. Karena menurut mereka, di rumah Tuhan itu tidak lebih asyik dan nikmat dari dibanding suasana sepanjang jalan yang harus ditempuh menuju rumah Tuhan. Sebab di Rumah Tuhan pun tidak pasti mendapat suguhan makanan maupun minuman yang lezat.

 

Oleh : Jacob Ereste jurnalis sinior
Banten, 13 November 2022

Facebook Comments Box
Ayo Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

Rakerda PD Pewarna Banten Sukses Gandeng RS Bethsaida Hospital Gelar Pemeriksaan Gratis

Mon Nov 14 , 2022
Tangerang majalahgaharu.com Dalam rangka menyambut Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) Persatuan Wartawan Nasrani Indonesi  yang akan di laksanakan di Slemen Yogyakarta 29 November hingga 1 Desember 2022 maka Pengurus Daerah (PD) Provinsi Banten menyelenggarakan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) tahun 2022 di Auditorium Ballroom Bethsaida Hospital Gading Serpong, Sabtu 13-November 2022. Rakerda […]

You May Like