PROKLAMASI DAN PIKIRAN JENIUS PENDIRI INDONESIA~

Ayo Bagikan:

Oleh Yudhie Haryono

Majalahgaharu Jakarta Merdeka untuk apa? Ini pertanyaan proyektif yang perlu kita ajukan. Sebab, mengingat proklamasi dan Bung Karno itu mengeja kemerdekaan. Dan, dengan berefleksi itu ternyata kemerdekaan baru menghasilkan kepiluan dan kelucuan. Kepiluan apa? Adalah terhadirkannya kemerdekaan sebagai cara lain agar orang asing cepat kaya tanpa perang. Mereka merampok via MoU dengan begundal lokal tapi dipuja pribumi sontoloyo bermental penjilat. Tak percaya? Lihat index kemiskinan dan ketimpangan serta oligarki di sekitar kita.

Agustus. Tentu saja, ini bulan yang tepat untuk mendiskusikan makna proklamasi, kemerdekaan dan kedaulatan serta ide para pahlawan pendiri republik. Karena alasan itu, lembaga Nusantara Centre dan Pusaka Indonesia akan mengadakan program kelas online bertema “Pikiran Jenius Para Pendiri Bangsa.” Acara yang dikemas dalam dialog interaktif, dari tanggal 17/8 sampai dengan 14/9 yang dilaksanakan tiap Kamis jam 19.00wib.

Program ziarah pemikiran dahsyat ini bertujuan untuk mengingat kembali, meneguhkan iman dan kecerdasan atau menyambungkan pemikiran kita ke pikiran para pahlawan Indonesia. Sebab, merekalah kreator hadir dan lahirnya Indonesia di semesta. Merekalah para jenius bangsa.

Secara etimologi, kata ziarah berasal dari bahasa arab yaitu dari wazan زَارَ – يَزُوْرُ yang bermakna “berkunjung menengok dengan rindu yang menggebu.” So, kerinduan itu kita buka kembali dengan pertanyaan serius, “apa sih pikiran mereka, apa motif mereka ingin merdeka, mereka mau apa jika sudah merdeka, bagaimana mereka merealisasikan cita dan mimpi itu?” Acara ini pasti enigmatik dan menarik.

Kita akan membahas 5 pemain utama para pendiri Indonesia: Soekarno, Hatta, Sjahrir, Soedirman, dan Tan Malaka. Karena keterbatasan banyak hal, artikel ini khusus akan membahas pikiran-pikiran Soekarno. Setelah itu secara berurut ke tokoh lainnya.

Apa ide dan gagasan besar Soekarno? Tentu ada banyak jawaban. Tapi, saya akan tulis lima hal dahulu: pancasila, marhaenisme, kultur hibrida, demokrasi terpimpin dan trisakti. Ide dan pikiran lainnya bisa kita diskusikan di kelas nantinya.

Pertama dan yang utama tentu saja pancasila. Apa itu pancasila? Baginya, ia diletakkan sebagai dasar negara Indonesia. Pancasila terdiri dari dua suku kata. Ia berasal dari bahasa Sanskerta: पञ्च “pañca” berarti lima dan शीला “śīla” berarti asas, dasar dan prinsip. Soekarno merumuskannya sebagai cita-cita, tujuan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi Indonesia. Ia menaruhnya sebagai meja statis dan sumber bagi lahirnya konstitusi, UU dan peraturan di bawahnya. Ialah inspirasi revolusi, simbol persatuan-kesatuan dan alat sakti perjuangan yang bersumber dari pikiran, pergulatan dan semesta.

Kedua adalah marhaenisme. Bagi Soekarno, konstruksi marhaenisme adalah ideologi yang menentang kapitalis kolonial, di mana faktor-faktor yang menyangkut produksi dan pasar dikuasai oleh penjajah. Tentu, marhaen tidak hanya melambangkan sebuah perwakilan kelas bawah tetapi juga rakyat kecil, melarat, miskin, ditindas sehingga hidupnya termarjinalkan, tetapi juga perlawanan dan kemerdekaan karena senasib sepenanggungan.

Yang ketiga adalah kultur hibrida. Bagi Soekarno, Indonesia merupakan pertemuan banyak ras, suku, budaya, agama, iptek dan bahkan ideologi. Dus, negara ini merupakan ruang bagi setiap entitas untuk bertemu dan memberikan ciri baru atas pertemuan dan persetubuhan itu sendiri. Kultur bhineka ini pada awalnya berkembang dengan pesat di Jawa kemudian merambah dengan cepat di pulau lainnya. Pola ini menghasilkan generasi baru hasil persilangan antara dua atau lebih entitas yang berbeda, baik fenotipe maupun genotipenya. Ciri utamanya adalah kalimat bhineka tunggal ika tan hana dharma mangrwa: beraneka yang satu dan satu yang beraneka, tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap satu kesatuan.

Keempat adalah demokrasi terpimpin. Bagi Soekarno, pelaksanaan demokrasi kita harus mengutamakan azas musyawarah-mufakat untuk kepentingan bersama secara hikmat dan bijaksana bagi seluruh rakyat yang bersumber pada kepribadian dan juga falsafah hidup bangsa Indonesia. Semua diputuskan oleh lembaga majlis (MPR) sebagai pengejawantahan unsur-unsur rakyat Indonesia (pasar, utusan daerah dan utusan golongan/fungsional). Soekarno yakin bahwa demokrasi khas Indonesia ini dipastikan mampu mencegah hadirnya krisis apa saja yang berkepanjangan dan menghancurkan kita semua.

Kelima adalah trisakti. Bagi Soekarno, proklamasi kita tak akan sepenuhnya berhasil kecuali diiringi oleh tiga hal: berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, berkepribadian dalam kebudayaan. Tentu saja, ini merupakan antitesa dari kolonialisme, imperialisme dan feodalisme. Pikiran Soekarno tentang revolusi, proklamasi, pancasila dan konstitusi adalah suatu keadaan jiwa-raga yang hidup, imajinatif, bersifat dinamis dan berdiri di atas kaki sendiri. Dalam aspek eksistensial, gagasan ini lahir dari kesadaran masa lalu Soekarno terhadap penolakan penjajahan yang jahat, rakus, anti Tuhan, anti sesama dan menghisap.

Lima ide dan gagasan inilah yang menjadi mimpi, imaji sekaligus pijakan Soekarno dalam hidupnya. Hasilnya, kita bukan hanya merdeka tapi juga menginspirasi negara lainnya untuk merdeka. Soal kini meredup, program kelas ini ingin terinspirasi dan mereplikasi dengan jenius agar negara dan warga kita, raya dan jaya. Semoga.(*)

Penulis Rektor Universitas Nusantara

Facebook Comments Box
Ayo Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

PGLII Mendesak Hentikan Kekerasan Di Papua Kepada Masyarakat Sipil

Wed Aug 9 , 2023
Majalahgaharu Jakarta Papua Tanah Injil, Papua Tanah Damai, tetapi hingga saat ini di berbagai wilayah pegunungan Tanah Papua masih terjadi konflik kekerasan bersenjata, yang gilirannya menyasar korban masyarakat sipil di Tanah Papua yang tidak berdosa. Menurut Ronny Mandang Ketua Umum Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) dalam siaran persnnya […]

You May Like