Festival Bondo Memperkuat Wisata Religi

festival Bondo
Ayo Bagikan:

Oleh Yusuf Mujiono

Majalahgaharu.com Jakarta Religi menurut KBBI adalah bersifat keagamaan sedangkan religius adalah sikap yang kuat untuk memeluk dan menjalankan ajaran agama, serta menjadi cerminan atas ketaatan dari keyakinan agamanya dikutip dari respobility dari IAN Tulung Agung.

Disini kita bisa melihat jika suatu kawasan di katakan kawasan relegi ini menunjukan dari  cerminan dari ketaatan dan keyakinan agama. Sedangkan di dalam kekristenan antara Katolik dan Protestan menurut kajian Sartono Kartodirdjo, Ben Anderson dan Cliffort Greertz  ada perbedaan mendasar menyangkut pandangan tentang relegiuitas terhadap budaya lokal. Hal ini berdasarkan teologi yang berbeda. Roma sejak konseli Vatikan II melihat antara relegi dan budaya lokal sebagai tradisi yang eksis.

Sedangkan Protestan melihat eksistensi religi dan budaya lokal adalah sesuatu yang eksis tetapi ambigu. Ambigiutas itu terletak pada posisinya. Disisi lain budaya dan jalan hidup seseorang harus dihormati eksistensinya, namun di lain pihak dorongan teologis Kristiani yang harus memberitakan Injil pada tiap orang. Akhirnya antara Katolik dan Prostestan didasarkan saja dengan consensus teologinya.

Gereja GITJ Bondo yang juga dikenal Gereja Tunggul Wulung

Pandangan tersebut memungkinkan ada beberapa gereja yang tumbuh dan berdiri di suatu tempat berbeda-beda dalam menjalankan ritual ajaran agamanya, terkhusus Kristen.

Bondo misalnya sebuah desa yang terletak di kecamatan Bangsri, Jepara Jawa Tengah dalam proses penginjilan di tanah Jawa bagian Utara ada dua penginjil antara Kyai Tunggul Wulung dan  Pieter Jansz.

Di mana dalam kontek pekabaran Injil, sekalipun tempatnya berdekatan antara desa Bondo dan Margakerto tetapi mereka berbeda. Kyai Ibrahim Tunggul Wulung (KITW) dengan cara menyedirikan atau mengumpulkan mereka yang sudah percaya Yesus di suatu desa (homogen). Sedangkan Pieter Janz berbeda, di mana orang Kristen harus berbaur (heterogen) di tengah keperbedaan agar fungsi menjadi garam dan terang itu terasa.

Namun demikian mereka bertumbuh bersama dengan caranya masing-masing. Melihat cara mereka dalam mewartaakan Injil ketika itu, tentu saja bisa dimaknai dalam menjalankan tata cara peribadatan sebagai adat kebiasaan akan berbeda.

Jika melongok ke belakang KITW ini adalah murid dari Coolen yang identic dengan penginjilan dengan budaya Jawa. Sehingga dalam kiprahnya KITW tak lepas dari cara-cara tersebut yang menginjil dengan menggunakan sarana adat Jawa atau kebiasaan orang-orang Jawa pada umumnya.

Seperti dalam tulisan-tulisan tentang KITW, di mana metode jagongan semacam mendongeng itu yang dipakai KITW saat mewartakan Injil kepada orang yang ditemuinya. Selain itu dengan model dialogis saling menguji keilmuan mereka, namun dengan cara dewasa dan bertanggung jawab. Bukan seperti sekarang masing-masing memegang pembenarannya sendiri tanpa mau mendegar kebeneran bersama. KITW yakin sebagai orang Jawa ada kebiasaan orang Jawa lebih suka mendengar dongeng atau cerita ketimbang mendengarkan ceramah ala barat.

Dalam perkembangannya Desa Bondo kini memang bukan saja homogen yang ditinggali satu kelompok umat Kristen saja, namun Bondo sudah di huni berbagai kelompok (keniscayaan kampung Kristen di tengah keberagaman) bahkan kini Bondo disebut wisata Tri Religi artinya ada tiga kebiasaan beragama dan tata cara penerapan ibadah di desa Bondo tersebut.

Untuk itu warna dari tiga religi harusnya diperjelas sehingga tri religi itu bukan hanya sebatas karena ada makam para tokoh agama saat itu, tetapi tata cara dan perilaku para tokohnya itu bisa dihidupkan kembali.

Terkait dengan memperkuat wisata religi inilah, dari perspekti Nasrani Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA) mendukung ataupun mendorong umat Kristen Bondo dan sekitarnya menggelar festival Bondo. Tujuannya mendudah kembali tradisi keagamaan yang sudah diajarkan baik KITW maupun Piter Janz dalam menerapkan kehidupan dengan nilai-nilai Kekristenan di Bondo.

Budaya Jagongan, tembang pujian dan tradisi-tradisi ketika itu perlu dihidupkan, semangat Kristus yang mengajarkan agar orang percaya menjadi berkat itu penting. Disisi lain cinta kasih dan saling berbagi saling memperhatikan kalau istilah sekarang semangat gotong royong perlu ditunjukan kembali, ditengah bangsa yang prakmatis yang selalu mendewakan materi dan uang.

Bondo harus menjadi berkat bagi daerah di mana berada, cahaya Kristus tetap terpancar agar cahayanya  memberikan penerang bagi Jepara bahkan seluruh bangsa.

Bondo dengan pantai dan beberapa peninggalannya tentu menjadi aset untuk semakin mempermudah Bondo menjadi wisata religi namun yang lebih dari itu bagaimana Bondo menjadi berkat bagi kota dan bangsa Indonesia.

Penulis adalah Pemimpin Majalah Gaharu

 

 

 

Facebook Comments Box
Ayo Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

DPP Forum Komunikasi Santri Indonesia Tegaskan Dukung Pasangan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024

Wed Oct 25 , 2023
Jakatata, MajalahGaharu- Dewan Pimpinan Pusat  (DPP) Forum Komunikasi Santri Indonesia  akan  membacakan Surat Keputusan yang melibatkan fungsionaris  sebanyak 25 wilayah di Indonesia  sepakat mendukung Mas Gibran. Dukungan yang sama dinyatakan ribuan anggota DPP FOKSI  yang juga sepakat mendukung Mas Gibran sebagai cawapres mendapingi Prabowo Subianto. Pembacaan surat keputusan dan deklarasi […]

You May Like