Jakarta majalahgaharu Bumi Indonesia cukup luas, dan di sini hidup manusia Indonesia bersama hewan, tumbuhan dan mikro organisme. Manusia Indonesia bertugas menatalayani bumi Indonesia bersama isinya, untuk mewujudkan hidup damai berkecukupan bagi segala mahluk. Kita telah melakukan tugas tersebut, tetapi masing sangat sedikit. Polusi terjadi di mana-mana, di tanah, air dan udara; hutan banyak yang rusak, dan lahan kritis bermunculan; hewan dan tumbuhan banyak yang punah.
Semua ini menggambarkan, bahwa kita manusia Indonesia, mahluk berpikir yang cerdas ini, ternyata belum berbuat cukup terhadap mahluk lain, dan juga terhadap bumi. Kita manusia tropis ini, tampaknya belum bisa membarui diri menjadi manusia pekerja keras dan pemikir kreatif. Kalau mengikuti logika teori Tantangan dan Jawabannya Arnold Toynbee, kita ini masih suka bermanja-manja, seperti remaja kolot yang tidak pernah dewasa. Kita terlalu sering menghindar dari tantangan berat, dan hanya menjawab tantangan yang ringan-ringan, dan hasilnya seperti sekarang ini, peradaban kita, yaitu Peradaban Gotongroyong masih kelas ringan.
Kita sebagai suatu bangsa masih sering hidup seperti remaja bingung tanpa tujuan jelas; ya, seperti remaja kolot. Padahal, kita telah sepakat menjadi satu bangsa sejak 28 Oktober 1928; dan kemudian menjadi bangsa merdeka sejak 17 Agustus 1945; selanjutnya mendirikan negara-bangsa Republik Indonesia; dan sekarang menjadi negara demokrasi terbesar ketiga setelah India dan Amerika Serikat.
Mempelajari keberadaaan kita ini, saya menawarkan gagasan yang agak aneh, tetapi saya pikir tepat, untuk mengubah pola pikir dan perilaku kita yang kekanak-kanakan ini dengan menciptakan tantangan buatan, yang besar dan berat, dan selanjutnya memberi jawaban yang setimpal terhadap tantangan buatan itu. Saya menawarkan gagasan mengubah Laut Jawa menjadi dataran rendah, yang akan kita jadikan tempat hidup yang damai berkecukupan bagi manusia dan mahluk hidup lainnya.
Laut Jawa ini dangkal, dan pada Zaman Es sekitar 12.000 tahun lalu, Laut Jawa ini muncul menjadi daratan, karena permukaan Laut Jawa turun sekitar 100 M. Artinya, kerja mengubah Laut Jawa menjadi dataran rendah adalah kerja besar yang sangat berat, tetapi bukan sesuatu yang tidak mungkin. Kerja Besar ini kita jalankan dengan bergotongroyong; dijalankan dengan menggunakan banyak peralatan, antara lain, pompa; mesin pembangkit listrik, antara lain pembangkit listrik tenaga angin, tenaga surya, tenaga gelombang laut, tenaga biodiesel; berbagai peralatan berat, seperti traktor, doser, truk, kapal, alat transportasi lainnya; dan sebagainya.
Kerja besar ini dimulai dengan penyiapan tenaga dan peralatan kerja; dan semua ini membutuhkan peningkatan penguasaan ilmu dan teknologi. Artinya, kita harus berubah dari manusia perusak fasilitas umum yang terlalu banyak omong dan setengah liar, menjadi manusia pekerja keras sekaligus pemikir kreatif dan berdisiplin tinggi. Kerja Besar ini akan menjadi Kawah Chandradimuka tempat berlatih para pemuda kita, agar berubah dari pemuda manja-egois-hedonis, menjadi manusia dewasa muda yang rasional, pemikir kreatif dan pekerja keras; patriot bangsa seumur hidup; memperkuat penguasaan ilmu, teknologi dan seni; meningkatkan kemajuan dan kekuatan bangsa; dan menjunjung tinggi kehormatan bangsa.
Saudaraku, sekarang kita mulai bermain angka-angka, sebagai kelanjutan dari permainan kata-kata, yang kita lakukan sejak beberapa hari lalu. Luas wilayah Indonesia sekitar 5,1 juta KM2, terdiri dari daratan 1,9 juta KM2 dan laut 3,2 juta KM2. Luas Laut Jawa sekitar 310.000 KM2; dan katakanlah yang akan kita ubah menjadi Dataran Rendah Gotongroyong sekitar 200.000 KM2.
Selanjutnya, katakanlah Kerja Besar ini akan kita jalankan dalam 20 tahun; dan untuk itu saya perkirakan dibutuhkan sekitar 20 juta tenaga kerja setiap hari. Sepuluh % dari tenaga kerja ini bekerja di pabrik, membuat semua alat yang digunakan. Kita harus mampu membuat semua alat yang kita butuhkan, karena Kerja Besar ini juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi. Dua puluh juta tenaga kerja ini, tdd 10 % tenaga profesional dan 90 % tenaga Semi Relawan. Kerja Besar ini juga bertujuan mejadi Kawah Chandradimuka; dan motivasi orang kerja disini bukan sekedar cari uang, tetapi lebih dari itu, untuk berubah dari masyarakat emosional berorientasi status menjadi masyarakat rasional berorientasi prestasi dan kehormatan bangsa. Kita semua memang butuh uang, tetapi kemajuan, kekuatan, dan kehormatan bangsa, adalah keharusan bagi keberadaan Indonesia.
Saudaraku, Dataran Rendah Gotongroyong ini akan kita jadikan tempat hidup bersama yang damai berkecukupan, bagi manusia, hewan, tumbuhan, dan mikro organisme. Dan untuk itu, sekarang, kita mulai membagi penggunaannya. Tanggul alam 10 %; tanggul alam ini pembuatannya lebih banyak menggunakan tenaga manusia, dan bisa digunakan untuk berbagai fungsi lain, seperti tempat berdirinya puluhan ribu pembangki listrik.
Tangul Alam Luar, yaitu tanggul yang menghadap ke laut, lebarnya sekitar 10 KM, sedangkan tanggul alam dalam lebarnya sekitar 1 KM; dan tinggi semua tanggul dari 0 sd sekitar 100 M. Untuk prasarana dan sarana umum 10 %; lahan pertanian 20 %; tempat tinggal manusia 10 %; perairan tawar seperti sungai dan danau 10 %; hutan pohon besar 20 %, semak belukar 10 %; dan lainnya 10 %. Tinggi dataran rendah ini berkisar antara 500 M di bawah permukaan laut sd 500 M di atas permukaan laut.
Ditulis dan disebarluaskan, sebagai tantangan buatan untuk meminta jawaban kepada masyarakat Indonesia, demi Indonesia Maju, Mandiri, dan Kuat. Penulis buku Peradaban Gotongroyong dan Revolusi Indonesia Menuntaskan Sejarahnya.