Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia Gelar Webinar, Usung Refleksi dan Proyeksi Belajar Pemikiran Gus Dur

Ayo Bagikan:

Majalahgaharu Jakarta- Gerakan Moral Rekonsialisasi Indonesia (GMRI) menggelar diskusi secara daring  dengan tema “Belajar dari Pikiran dan Perjuangan KH Abdurrahman Wahid”, Jumat 30/12/2022. Dalam diskusi secara daring yang dipandu oleh Prof. Yudhie Haryono M.Si., Ph.D, sekaligus sebagai moderator menghadirkan para narasumber seperti Dr (HC) Habib Chirzin (Dewan Pendiri & Pembina GMRI); Dr. Zastrow Ngartawi (Budayawan Nahdilyn); Eko Sriyanto Galgendu (Dewan Pendiri & Ketua Umum GMRI); dan Dr. R Muryanto Amin, S.Sos., M.Si (Rektor Universitas Sumatera Utara). Sedangkan sebagai moderator adalah Prof. Yudhie Haryono M.Si Ph.D.

“Gus Dur ini memiliki pengetahuan yang sangat luas, saya pertama bertemu beliau tahun 1974 pada bulan puasa. Dalam sebuah diskusi di LP3, Gus Dur diminta bicara tentang teori ilmu sosial. Gus Dur kemudian bicara tentang 3 hal yang saling berhubungan antara sosial, budaya dan agama. Tiga hal itu saling berkelindan. Ini menarik pada saat itu karena tidak banyak yang membicarakan keterkaitannya,” terang DR (HC) Muhammad Habib Chirzin.

Lebih lanjut dikisahkan oleh Muhammad Habib Chirzin, bagaimana Gus Dur terlibat dalam kegiatan-kegiatan kerakyatan dan kebangsaan. Bersama-sama dengan para tokoh lintas iman, Gur Dur merawat keberagaman.

“Gus Dur merupakan pribadi yang sangat sederhana, multi talenta dan sangat berpengetahuan luas,” imbuhnya.

Ingatan yang paling terkesan bagi Chirzin akan sikap Gus Dur adalah kerelaan dan kerendahan hati mengantarkan dan sekaligus mengetikan formulir untuk ikut lomba arsitek yang diselenggarakan suatu lembaga luar negeri.

“Gus Dur adalah sosok ensiklopedik yang humble, multidemensi serta santun dan rendah hati. Dan gagasannya tentang  perubahan sosial berkelindang dengan agama dan budaya, kini terbukti,” kenangnya.

Sementara itu, Dr. R Muryanto Amin, S.Sos., M. Si, Rektor USU, menilai Gus Dur merupakan sosok yang humanis yang mengedepankan kemajemukan sebagai kekayaan bangsa. Namun ia mengaku prihatin dengan melihat tren yang terjadi pada mahasiswa generasi saat ini, secara khusus yang terjadi di Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Dirinya menilai ketertarikan untuk mengkaji pemikiran-pemikiran para tokoh bangsa seperti Gus Dur dan juga tokoh bangsa sangatlah minim. Padahal, pemikiran-pemikiran tersebut sangat baik untuk kemajuan bangsa dan negara.

Eko Sriyanto Galgendu menilai sosok Gus Dur sebagai “Manusia Setengah Dewa”.

“Gus Dur pernah mengkader sosok seperti Mahfud MD, Gus Ipul, Alwi Shihab, AS Hikam dan Muhaimin Iskandar. Hampir semua kader Gus Dur itu berhasil. Pernah saya mendengar, salah satu kader itu pernah diminta untuk menata sendal di sebuah acara yang digelar di Ciganjur. Ternyata menata sendal itu dimaksudkan agar mampu menata sebuah organisasi atau Negara,” kenang Eko Sriyanto Galgendu.

Ia menambahkan bahwa belajar dari sosok Gus Dur selain kesederhanaannya, sifat mengayomi namun juga diajarkan bagaimana merespon masa depan, Eko Sriyanto Galgendu bercerita bagaimana Gus Dur pernah mewacanakan tentang pembubaran Kementerian Agama, pembubaran DPR, dan masih banyak lagi lainnya di masanya. Ternyata hal itu bisa terlihat saat ini.

Sosok Gus Dur oleh Dr. Zastrow Ngartawi diibaratkan sebuah oase, yakni oase yang mempertemukan mata-mata air jernih yang bersumber dari kearifan lokal dan sebagainya. Gus Dur bukan saja bisa mengambil air jernihnya akan tetapi Gus Dur memiliki kemampuan untuk mengalirkannya kembali. Di mata Zastrow, Sejak kecil memang Gus Dur sering melakukan penjelajahan. Buah dari perjalanan itu lah kemudian direkonstruksi dan dialirkan oleh Gus Dur untuk kehidupan banyak orang.

Acara Refleksi dan Proyeksi ini merupakan rangkaian acara dari gerakan kesadaran dan pemahaman spiritual yang sudah digagas oleh sejumlah tokoh maupun pendiri GMRI yang juga digagas oleh Gus Dur bersana Susuhunan Paku Buwono XII serta Prof. Dr. Habib Chirzin, Eko Sriyanto Galgendu dan sejumlah tokoh nasional lain sejak 20 tahunan silam.

Sedangkan Posko Negarawan sendiri merupakan bagian pergerak gagasan serta beragam program dari GMRI untuk melahirkan sosok negarawan sejati untuk memimpin bangsa dan negara Indonesia pada masa depan yang lebih baik, lebih beradab dan lebih manusiawi yang adil dan makmur sesuai dengan cita-cita dari kemerdekaan bangsa Indonedia berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila.

Facebook Comments Box
Ayo Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

Paus Emeritus Benedictus XVI wafat, PGI Ucapkan Belasungkawa

Sat Dec 31 , 2022
Jakarta-Majalah Gaharu Paus Emeritus Benediktus XVI meninggal dunia di kediamannya di Vatikan’s Mater pada Sabtu (31/12) waktu setempat. Benediktus meninggal dunia di usia 95 tahun. Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), lewat keterangan tertulis dari Ketua Umumnya, Pdt. Gomar Gultom menyatakan duka yang mendalam. “Atas nama gereja-gereja di Indonesia, saya menyampaikan […]

You May Like