Lembaga sertifikasi global Re-Forma asal Afrika Selatan bekerja sama dengan Center for Kingdom Partnership (CKP) dari Indonesia menggelar Quality Assurance Training bagi kalangan Ketua Sinode Gereja di bawah naungan PGLII (Persekutuan Gereja Lembaga Injili Indonesia) di Convention Hall Novotel, Cikini, Jakarta. Acara ini berlangsung dari Senin-Kamis (1-4 September 2025). Sebelumnya, perhelaan yang sama telah sukses digelar di Medan, Sumatera Utara.
Dalam sambutan pembukaan Ps. Dr. Anton Tarigan selaku founder Center for Kingdom Partnership mengatakan bahwa forum ini adalah acara pelatihan bagi para hamba Tuhan untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas dalam memimpin dan melayani gereja. Ps. Anton mengutip, Wiston Churchill pernah mengatakan, “saya selalu senang belajar dan tidak senang digurui. Pagi ini kita semua suka belajar dari teman-teman Re-Forma. Mereka berinvestasi untuk kita, sehingga acara ini bisa dilangsungkan selama empat hari ke depan dan para pemimpin gereja bisa mengikuti dengan baik.
“Menurut data, di dunia ini pertumbuhan gereja sangat cepat. Banyak gereja dibuka di berbagai belahan dunia setiap hari namun sayangnya tidak lama banyak juga yang tutup lagi. Tentu banyak faktor yang mempengaruhi keadaan itu, tetapi satu faktor utama adalah pengajaran di tengah gereja sering tidak relevan di tengah masyarakat,” tutur Gembala Gereja JKI di Barastagi, Sumut ini.
Gereja mempersiapkan umat untuk kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kali. Dengan sama gereja yang diberikan Tuhan kepada kita, maka kita dituntut membawa dan menyatakan kerajaan Allah di bumi. Banyak pekerjaan yang dilakukan. Kehadiran Re-Forma diharapkan dapat menolong kita untuk membangun gerejanya.
“Forum ini sangat terbatas hanya diperuntukkan untuk lima puluh orang. Acara ini berlangsung berkat kerja sama dengan mitra di Indonesia yaitu Center for Kingdom Partnership. Kalau di Medan kemarin kebanyakan hadir dari pimpinan STT, kegiatan di Jakarta lebih banyak diikuti pimpinan sinode gereja,” kata Ps. Anton.
Acara ini dimulai dengan pemukulan gong oleh Dr. Reuben van Resburg selaku Direktur Re-Forma didampingi Ps. Dr. Anton Tarigan. Reuben yang berasal dari Johanes Burg, Afrika Selatan mengatakan kerjasama dengan Center for Kingdom Partnership disiapkan selama satu tahun. “Bersyukur bisa memukul gong ini sebagai pembukaan acara dan ini saya sudah nanti-nantikan lama,” ujarnya sembari bercanda.
Dalam paparannya, Dr. Reuben van Resburg menyampaikan dunia sangat membutuhkan pemimpin-pemimpin Kristen yang memahami Alkitab dengan cara efektif. Untuk itu Re-Forma hadir memberikan Sertifikat Pelatihan Alkitab. Dr. Reuben mengutip riset The Center for the Study of Global Christianity. Dari 2,2 juta hamba Tuhan Injili di seluruh dunia terbukti hanya 5 persen yang menerima pelatihan formal Alkitab. Ia juga mengutip Aliansi Global Pelipatgandaan Gereja bahwa satu gereja untuk 1.000 orang. Pada 2050 populasi dunia 9 milyar sehingga berdasarkan perbandingan itu ada 9 juta gereja di dunia.
“Di Brasil ada 17 gereja dibuka setiap hari dan tentu saja butuh banyak hamba Tuhan untuk memimpin dan melayani gereja tersebut. Kemudian di Kenya 75 persen hamba Tuhan tidak terlatih. Faktanya ada 50.000 orang dibaptis setiap orang. Mengingat kebutuhan besar pendeta ini maka Re-Forma hadir untuk membantu dengan standar pelayanan Alkitabiah sehingga menyelenggarakan training di berbagai negara,” bebernya sembari menambahkan bahwa visi Re-Forma adalah untuk melatih hamba Tuhan di seluruh dunia dengan standar global sehingga memiliki kompetensi.
Re-Forma hadir melayani pelatihan informal dan non formal di seluruh dunia dengan mengembankan sistem afirmasi. Ini bicara kompetensi sebagai hamba Tuhan. Setelah mengikuti training dan ujian maka Re-Forma mengeluarkan Certificate of Biblical Training for Ministry dari WEA (World Evangelical Alliance).
Sementara salah satu falilitator Re-Forma Ps. Paul Hemming mengungkapkan terkait training Re-Forma dibaratkan pengadaan standar global kompetensi pilot dalam menerbangkan pesawat. Tidak jauh beda Re-Forma memiliki standar membentuk hamba Tuhan yang memiliki kompetensi dan kulitas karakter Kristus dalam memimpin gereja.
“Standar baku yang diberlakukan Re-Forma dalam setiap training ada empat hal penting yakni pertama memimpin seperti Yesus, kedua mengelola firman, ketiga mencapai dan membentuk murid, dan terakhir keempat memimpin Umat Allah.”
Hari pertama usai pembukaan sesi pertama Dr. Reuben van Resburg membawa topik Apa itu Re-Forma dan sore dilanjutkan Ps. Paul Hemming dengan Hasil Pembelajaran dan Proses Re-Forma.
Ditambahkan Ps. Yospeph Tandia salah satu partnership di Indonesia kehadiran Re-Forma untuk memastikan pelayanan para hamba Tuhan di gereja Indonesia semakin memiliki kompetensi dan kualitas ini menyangkut kelangsung gereja di Indonesia.
“Kita hadir semacam airport yang menampung untuk tujuan pengembangan kualitas para hamba Tuhan. Tentu dengan mengedepankan program yang berkualitas sehingga berdampak bagi hamba Tuhan dan tentu juga terhadap umat.”
Ps. Dr. Anton Tarigan mengatakan kerja sama dengan Re-Forma sudah terjalin baik selama lima tahun. Center for Kingdom Partnership hanya memfasilitasi menyangkut program training tergantung dari mitra (Re-Forma) yang berasal dari Afrika Selatan.
“Training di Jakarta ini diminta menghadirkan 50 pastor senior. Ouput bisa berdampak langsung ke umat, menjadi terstruktur terkait kulitas geraja termasuk kesehatan umat. Peserta sekarang 60 persen adalah para ketua sinode. Melalui ketua sinode ini bisa intervensi ke bawah sehingga mengalami perubahan. Semua program diberikan Re-Forma,” urai Ps. Dr. Anton Tarigan sembari menambahkan training di Medan melibatkan 56 orang dan kebanyakan diikuti para ketua STT. Pelatihan ini melibatkan PGLII karena memang dibiayai World Evangelical Alliance. PS. Dr. Anton Tarigan selain seorang gembala sukses di Brastagi dikenal memiliki relasi yang kuat dengan jaringan internasional. September mendatang akan diselenggarakan juga acara dengan melibatkan 4 lembaga Internasional hadir di Indonesia.
“Harapannya kita mulai dimelekkan bagaimana kita membangun kualitas gereja masing-masing. Gereja tidak saja hari terkait ibadah hari minggu bicara kotbah, kolekte, liturgi, penyembahan dan lainnya. Tetapi penting juga dibicarakan apakah yang dikotbahkan yaitu kebenaran sejati yaitu Yesus Kristus. Dengan demikian akan terhindar dari ajaran sesat.