Jakarta, majalahgaharu.com-Merphin Panjaitan pengamat politik dan mantan dosen yang penggagas dan pendorong untuk diadakannya Focus Group Discussion (FGD) bersama tiga lembaga Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA), Asosiasi Pendeta Indonesia (API) dan Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) ini, tegas pemimpin nasionalis perlu dipersiapkan dan peran pemimpin perempuan agar dimunculkan, mengingat jumlah perempuan yang begitu signifikan tentu bisa menjadi alternative tersendiri untuk pemimpin ke depan.
“Saya usulkan lima kali berturut-turut pimpinan perempuan untuk Indonesia ke depan”, tegasnya.
Alasan kenapa perempuan selain bicara jumlah pemilih, tetapi perempuan dengan sifatnya yang teliti dan perhatian akan mampu menjadi pemimpin yang bisa memberikan rasa aman dan sejuk. Selain itu dengan pemimpin perempuan akan menaikkan derajad dan cara berpikir mereka, sehingga perempuan tidak mudah dipengaruhi apalagi diduakan yang selama ini sering menimpa perempuan.
Tentang pemimpin perempuan juga disambut salah satu narasumber yang satu-satunya perempuan dalam FGD siang itu, Lidya Natalia Sartono mantan Ketua Umum PMKRI yang juga mantan sekjend Vox Point Indonesia. Lydia mengusulkan bahwa perempuan-perempuan Indonesia saat ini patut diperhitungkan, jangan hanya dianggap pelengkap saja. Karena perempuan dengan sifatnya yang sejuk dan membawa damai itu seringkali perannya sangat dibutuhkan.
Tetapi Lydia juga berpikir realitis tentang pemimpin perempuan, kalau untuk nomor satu masih banyak tantangan, untuk itu sudah sepatutnya perempuan bisa dimajukan untuk orang ke duanya, bebernya mantab.
Menarik FGD dengan tema menimang calon pemimpin 2024 bersama generasi muda ini dihadiri dari berbagai anak muda baik dari ormas, lembaga dan aktivis ini, memunculkan banyak masukan untuk pemimpin ke depan walaupun ada juga wacana pemimpin 2024 terlalu dini dimunculkan, takutnya justru menimbulkan keraguan terhadap kepemimpinan presiden Jokowi, mengingat belum ada setahun di periode dua ini, tetapi juga terlalu lama ditakutkan kehabisan energy dalam kegiatan semacam ini, hal ini seperti yang diungkapkan Dickson Ringgo aktifis muda dan Hendrik Yance Udam Ketua Umum GERCIN.
Namun tak sedikit yang setuju mengingat proses pemimpin itu dibutuhkan waktu panjang, apalagi ini bicara pimpinan nasional jadi perlu dipersiapkan yang matang, karena hal ini juga dilakukan komunitas lainya juga, sehingga kita jangan sampai baru ramai setelah mendekati pemilihan, seperti yang diungkapkan Albert Siagian, Rinto Wrdana, Fedrick Pinakunary, Alan Singkali dan Arbie Haman.
FGD berlangsung seru, muncul berbagai pandangan selain pemimpin perempuan, juga Jawa abangan, tetapi juga pemimpin yang pluralis dan mampu menerima keberagaman, nasionalis yang bukan sekedar nasionalis saja tetapi juga mampu menjaga kesetaraan. Usulan itu lebih pada kreteria dari seorang pemimpin.
Kemudian muncul wacana menyebut nama seperti yang disampaikan Djasermen Purba Ketua Umum MUKI dengan mengutip hasil survey salah satunya memunculkan Sandiaga Uno, tentu ini perlu dicermati dan kalau perlu forum ini bisa bertemu dengan sosok tersebut untuk mengetahui seperti apa pandangannya ke depan dan sikapnya dalam melihat Indonesia yang beragam.
Selain Sandiaga muncul juga nama-nama seperti Puan Maharani yang konon sudah dipersiapkan PDI Perjuangan, Kofifah Indarparawangsa Gubernur Jatim, Tri Rismamaharini walikota Surabaya dan muncul juga nama Sri Mulyani menteri kabinet Jokowi. Selain nama seperti Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo juga dimunculkan.
Namun terlepas dari sosok-sosok tersebut ada benang merah yang dapat diambil dari FGD kali ini, adanya pemikiran bagaimana peran umat Nasrani dalam turut mewarnai bangsa terlepas menjadi apa di bangsa ini, agar Indonesia yang terbentuk hasil kesepakatan ini tetap menjadi negara yang menghargai keberagaman dan menerima semua komponen anak bangsa tanpa adanya diskriminasi dan keberpihakan pada satu kelompok.
Sekalipun belum bisa menjadi pemimpin nomor satu, tetapi umat Nasrani bisa memainkan perannya dalam tataran turut mengambil kebijakan di bangsa ini.