KASIH MENJADI LANDASAN DALAM MENGAJAR DI KELAS

Ayo Bagikan:

*Oleh Melda Jaya Saragih, M.Pd

 

Pendahuluan

 

Masalah di dalam pendidikan tidak ada habis-habisnya dan selalu datang silih berganti. Mulai dari masalah antar siswa, siswa dan guru. Hal tersebut perlu menjadi perhatian bagi para pelaku dan pemerhati pendidikan. Tentu saja masalah tersebut bukan hal yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat dan perlu perbaikan dalam berbagai aspek. Guru sebagai orang dewasa memegang peranan kunci dalam membangun hubungan yang baik terhadap siswa dan berperan dalam membangun karakter siswa untuk bisa menjaga hubungan baik dengan sesamanya.

Meskipun pendidikan pertama dimulai dari keluarga namun kenyataannya masih banyak orang tua yang tidak begitu memerhatikan betapa pentingnya pendidikan anak dalam keluarga (Tari, 2019). Sekalipun orang tua banyak yang berusaha mendidik anaknya dengan dalam keluarga, namun tidak ada keluarga yang ideal. Pola didik dalam keluarga bergantung pada budaya yang dianut orang tua maupun latar belakang keluarga. Cara mendidik anak tergantung budaya lokal yang dimiliki oleh setiap daerah (Pasuhuk, 2014). Selain pendidikan dan kasih dalam keluarga, guru harus memulai kasih dari kelas-kelas pengajaran di dalam kelas. Kasih menjadi jawaban dari setiap persoalan yang ada. Perselisihan terjadi akibat orang lebih mementingkan ego dari pada membuang ego dan mendahulukan kasih. Praktek kasih perlu dikembangkan dalam kelas sebagai tempat pendidikan bagi anak setelah di dalam keluarga. Menyatakan kasih lewat penguatan dan dukungan anak untuk dapat belajar dan mengetahui serta mengembangkan potensi dalam dirinya perlu dimulai dari pembelajaran di sekolah.

 

Memulai kasih dalam kelas pengajaran dengan memandang siswa sebagai image of god dan hidup dalam kuasa kebangkitan kristus.

Guru perlu memandang siswa sebagaimana Allah memandang siswa. Allah memandang mereka penuh dengan kasih. Kasih seharusnya menjadi fondasi bagi guru untuk berjalan melakukan tugasnya sebagai guru. Sehingga melalui kasih yang dinyatakan guru kepada siswa, menjadi kesempatan bagi siswa untuk dapat melihat bahwa ada kasih Allah lewat hidup guru, kasih tidak memandang orang apakah siswa baik atau menyenangkan, apakah siswa menyulitkan atau tidak menerima guru karena kasih adalah Allah sendiri (1 Yoh 4:16). Tuhan mengasihi setiap pribadi, sehingga Yesus rela mati di kayu salib karena begitu besarnya kasihNya untuk setiap pribadi (Yoh 3:16). Namun banyak orang yang berhenti hanya sampai melihat Yesus mati di kayu salib karena kasihNya, namun ada kuasa kemenangan yang jauh lebih besar dinyatakan dalam kebangkitan Yesus. Seharusnyaa itulah yang harus dihidupi orang percaya, tidak terkecuali guru Kristen.

Ketika anak bersalah, guru perlu menegur dengan kasih. Bolehkah memberi hukuman kepada siswa? Boleh.  Tuhan juga memberikan hukuman sebagai konsekuensi atas ketidaktaatan kita. Tapi kasih Allah melebihi setiap hukuman itu, sehingga Allah menebus kita. Semuanya untuk kita dapat merasakan Kasih Allah yang sesungguhnya. Tentunya dengan meresponinya dengan benar, sesuai dengan keinginan Allah. Setiap siswa pasti pernah bersalah dan melakukan dosa. Guru Kristen perlu menyikapinya sebagaimana yang Tuhan inginkan. Tuhan ingin setiap orang berbalik kepadanya. Setiap kali anak bersalah, maka guru perlu menegurnya karena Tuhan mengasihi anak tersebut, dan Tuhan ingin kembali ke jalannya Tuhan. Bagian guru adalah menyatakan itu kepada anak. Guru menegur siswa melalui perkataan yang membangun, bukan meruntuhkan. Setiap orang berdosa, tetapi Tuhan tidak menginginkan anaknya hidup dalam keberdosaan. Guru perlu membawa setiap anak kepada Tuhan dengan mengasihinya terlebih dahulu dengan kasih yang penuh ketulusan dan kemurnian.

 

Mengasihi siswa dengan penuh ketulusan dan kemurnian

Aktualisasi iman kristen dalam kehidupan adalah melakukan hidup seperti hidup Yesus (Hardiyanto, 2018). Seorang guru perlu meneladani hidup Yesus. Sekalipun Yesus yang adalah Allah tidak mengangggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, Yesus telah mengosongkan diriNya dan menjadi sama dengan manusia (Filipi 2:5-7). Yesus telah mengalami kehinaan hanya untuk menyelamatkan kita. Yesus tidak datang dengan ke Allahannya dan mempertahankan ego-Nya, namun kasih dengan ketulusan dan kemurniannya mengalahkan semua hinaan, cacian itu dan Dia dipermuliakan.

Tidak mungkin seseorang dapat mengasihi orang lain dengan tulus dan murni, kalau kasih Tuhan tidak memenuhi hati orang tersebut. Kita mampu mengasihi orang lain karena terlebih dahulu kita dikasih oleh Bapa. Namun tidak berhenti disitu saja, kita perlu menyatakan kasih itu buat orang lain, karena itulah perintah Tuhan (1 Yoh 4:7-12). Tuhan tidak hanya memberi amanat tapi Dia memperlengkapi kita dengan kasih dan kuasanya.

Seorang guru perlu menerima dan menghidupi kasih terlebih dahulu, agar dapat mengasihi siswa dengan kasih Tuhan yang penuh ketulusan dan kemurnian. Guru perlu memberi ruang untuk mengenal siswa dan memberi kerelaan diri untuk mengetahui mengapa siswa berperilaku demikian. Perlu mengetahui bahwa setiap manusia akan berespon dengan apa yang seperti apa yang diterimanya. Sehingga jika guru menemukan perilaku menyimpang, guru perlu memberikan waktu untuk mengenal siswa sehingga bisa menuntun mereka sesuai kebenaran firman Tuhan. Sepanjang mendidik siswa guru perlu melihat bahwa Allah penuh dengan kasih karunia dan belas kasihan. Kasih karunia disediakan Allah untuk semua orang yang percaya. Hikmat datangnya dari Tuhan. Ayub 28:28. Bahwa Tuhan memberikan talenta dan guru membimbing siswa untuk mengembangkan talentanya.

 

Pembahasan

Memandang siswa sebagai image of God tidak hanya berhenti disitu saja. Baik siswa dan guru adalah gambar dan rupa Allah. Guru perlu mengalami hidup baru didalam Tuhan terlebih dahulu. Seorang guru perlu terlebih dahulu dipulihkan dan cara pandang terhadap diri sendiri pulih terlebih dahulu. Kalau gambar diri belum pulih, maka bagaimana seorang guru memandang siswa dengan kasih?

Dalam pembelajaran di kelas, guru perlu mendorong siswa untuk mereka bisa melihat bahwa mereka adalah peserta didik yang memiliki potensi dan potensi itu perlu dikembangkan. Siswa perlu menyadari bahwa mereka dikaruniakan Tuhan dengan berbagi potensi dan bagian mereka adalah bertanggung jawab untuk mengembangkan/ melipat gandakan setiap talenta yang sudah Tuhan kasih melalui belajar dengan sungguh-sungguh. guru juga perlu menuntun mereka dengan tetap mendukung mereka dalam setiap tahapan pembelajaran yang dilalui siswa. Kepercayaan diri dalam siswa perlu dibangun, untuk mereka dapat melihat bahwa sumber hikmat adalah Tuhan sendiri. Takut akan Tuhan itulah permulaan hikmat dan pengetahuan (Amsal 3:3). Melalui perkataan guru menjadi pedang bermata dua bagi siswa. Perkataan guru bisas menjatuhkan siswa dan bisa juga membangun siswa.  Guru perlu membangun siswa melalui perkataan yang membangun. Mendukung mereka sekalipun mereka gagal dengan memandang kepada kasih Kristus. Bahwa Tuhan  bisa merubah setiap orang sesuai dengan kehendak Tuhan. Bagian guru adalah menjadi rekan sekerja Allah, menyatakan kasih bagi semua siswa melalui penemanan dan dukungan mereka dalam proses pembelajaran siswa.

Dukungan yang terus-menerus dari seorang guru kepada siswa dengan memiliki pandangan bahwa Tuhanlah yang memampukan seseorang untuk bisa berubah dan berbuat lebih baik akan tergambar dari setiap tindakan guru. Namun guru juga berpotensi menghalangi perkembangan siswa melalui sikap guru yang tidak membangun. guru perlu menghargai setiap pekerjaan siswa. Ketika guru memandang siswa sebagai pribadi yang Tuhan kasihi dan gambar diri seorang guru pulih, maka guru akan melihat siswa tidak ada yang bodoh. Guru dapat menghargai setiap pekerjaan dan perkembangan siswa. Tuhan tidak pernah menyerah untuk mengasihi saya, sekalipun saya tidak pernah taat, maka saya pun seharusnya tidak menyerah untuk mengasihi orang lain termasuk siswa. Pemimpin bukan untuk memimpin kepada kehendakNya sendiri, tetapi mengarahkan diri kepada tujuan kebenaran.

Perubahan yang dimulai dari dalam guru merupakan langkah terbaik bagi Guru yang ingin memperbaiki pembelajarannya. Perubahan harus dimulai dari dalam diri terlebih dahulu. Banyak kondisi yang tidak ideal yang bisa kita responi dengan benar yaitu dengan menjaga respon kita dengan benar sesuai firman Tuhan. Kondisi yang kita alami tergantung dari respon kita. Sering sekali kita merasa orang lain yang membuat masalah, dan kita meresponi sesuai dengan kondisi. Artinya kondisi hati kita dipengaruhi oleh keadaan, mudah terombang ambing. Setiap orang perlu merasa bahwa masalah adalah didalam dirinya sendiri bukan pada orang lain. Sehingga yang perlu berubah dimulai diri sendiri, nanti orang lain akan berubah. Berubah atau tidak berubah bukan menjadi fokus kita,karena guru tidak bisa mengubah orang lain.hanya roh kudus yang dapat mengubah sesorang (Roma 12:1).

Demikian juga dengan guru memandang siswa. Siswa datang dengan berbagai latar belakang dan kondisi hati. Guru sebagai orang dewasa yang dapat melihat kondisi hati siswa. Ketika anak bertingkah tidak seperti yang tidak seharusnya, pasti ada penyebabnya. Kita tidak tau apa yang terjadi dalam kondisi hatinya. Ketika didalam hati guru ada kasih, maka guru dapat memandang siswa sebagai orang yang sudah jatuh kedalam dosa dan perlu ditolong. Guru perlu berespon dengan benar dan meminta pertolongan roh kudus pastinya, sehingga dapat menuntun siswa untuk bertindak benar. Guru perlu menjaga sikap hati untuk dapat berespon benar, sehingga kondisi dapat dikendalikan oleh kasih. Ketika guru dapat melihat tanpa mempertahankan egoisme maka guru dapat berespon benar. Yang berubah bukan siswa tetapi guru yang berubah ketika bisa mengalahkan egoisme dan berespon benar sesuai dengan Kehendak Tuhan. Karena Yesus sudah terlebih dahulu melakukannya dan Yesus menang dan kemenangan itu dianugrahkan untuk setiap kita yang percaya. Ketika guru memandang kepada salib Yesus, yang melaluinya semua dengan kasih tanpa cacat, maka banyak orang yang dimenangkan dan mendapatkan kemerdekaan sesungguhnya. Kehidupan Kristuslah yang seharusnya dihidupi oleh seorang guru Kristen. Dan Tuhan menganugerahkan kepada setiap orang percaya untuk menderita. Tuhan menyertai kita melalui roh Kudus.

 

 

Daftar Pustaka

 

Hardiyanto. S. (2018). Aktualisasi Iman dalam Perwujudan Kehidupan Demokrasi di Indonesia. Phronimos. Vol 1 No 1

Hatfield, Mary M., Edwards, Nancy T. and Bitter, Gary G. (2005). Mathematics Methods for Elementary and Middle School Teachers. USA: John Wiley & sons

Pasuhuk, N. (20140. Pendidikan Keluarga Yang Efektif, KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol 2, no. 1: 70–81

Reys, E. R., Suydam, M. N., & Lindquist, M. M. (2014). Helping children learn mathematics (11th ed.). Needham Heights, MA: Allyn & Bacon.

 

Tari, E, Tafonao, T. (2019). Pendidikan Anak dalam Keluarga Berdasarkan Kolose 3:21. KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen), Vol.5, No.1. (24-35)

Facebook Comments Box
Ayo Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

Universitas Kristen Maranatha Gelar Seminar Nasional “Aktualisasi Ekonomi Kebangsaan Dalam Mewujudkan Indonesia Emas”

Thu Jan 12 , 2023
Bandung, MajalahGaharu.com – Berbicara sebagai narasumber bersama Menteri Investasi/Kepala BPKM Bahlil Lahadalia di Seminar Nasional, “Aktualisasi Ekonomi Kebangsaan Dalam Mewujudkan Indonesia Emas” yang diselenggarakan Universitas Kristen Maranatha (UKM), Bandung pada Kamis, 12/01/ 2022, Ketua Umum Taruna Merah Putih Maruarar Sirait menegaskan agar setiap mahasiswa penting memiliki integritas dan value yang […]

You May Like