Majalahgaharu Jakarta Persembahan do’a dan syair ayat-ayat Bhuana yang dilantunkan 20 jam non stop oleh tokoh spiritual Nusantara, Sri Eko Sriyanto Galgendu, pada 2-3 Agustus 2025 di Gedung Antara Heritage Center Pasar Baru, Jakarta terbilang sukses dalam khazanah pemanggungan ternama di Indonesia, bahkan di dunia. Karena dalam seni pemanggungan tak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia paling lama waktu ya hanya 3 jam saja. Sementara acara pembacaan do’a dalam bentuk karya sastra Bhuana bahasa bumi yang dihajatkan hendak diterbitkan dalam bentuk Alkitab “MA HA IS MAYA” yang diperkirakan dapat mencapai 300-an halaman ini diharap bisa segera beredar dan dapat dijadikan kekayaan kepustakaan di Indonesia yang semakin ditinggalkan bintang orang.
Isi Alkitab MA HA IS MAYA” itu sendiri akan memiliki keinginan tersendiri. Karena isinya justru hasil dari bacaan do’a yang dilantunkan Sri Eko Sriyanto Galgendu yang lebih dikenal sebagai Pemimpin Spiritual Nusantara sekaligus penggerak Forum. Negarawan, komunitas lintas agama dan pengurus Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia yang dua fisika bersama Gus Dur dan Paku Buwono XII serta Dr. (HC), Drs. KH. Muhammad Habib Khirzin serta tokoh Indonesia lainnya.
Dari perspektif seni pertunjukan atau pemanggungan, pembacaan dilakukan do’a untuk 79 tokoh termasuk yang telah almarhum dan almarhumah yang memiliki kedekatan khusus dengan dirinya selama 30 tahun lebih mengelola di jagat spiritual dia ekpresikan dalam bentuk do’a sekaligus sebagai ujud terima kasih serta penghormatannya kepada 79 tokoh tersebut dengan cara membacakan do’a dalam bahasa bumi atau bahasa langit dalam versi Prof. Dr. David Karsidi untuk sejumlah tokoh pilihannya dalam termin acara yang perdana ini. Sebab untuk termin berikutnya sudah diancang-ancang untuk segera menyusul di Jawa Tengah. Hingga seusai termin ketiga Sri Eko Sriyanto Galgendu akan menyambangi para pemimpin spiritual di berbagai negara guna menggalang dukungan gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual untuk dimulai dari Indonesia sebagai pusat gerakan kebangkitan kesadaran spiritual dunia.
Pembacaan karya sastra bhuana dalam bahasa bumi yang muncul berdasarkan dari pengalaman batin yang terjalin dengan para tokoh yang mendapat do’a persembahan spesial ini tanpa teks, dan muncul spontan dari memori kiwari di dalam hati, menjadi bahasa ucap hingga bahasa tulis. Karenanya, sangat mungkin akan banyak kekurangan dan kesalahan dalam dalam teknis editing maupun layanan out dari kitab yang dimaksud dari MA HA IS MAYA itu nanti. Sebab dalam proses cetak mencetak pun memiliki tata urutan dan aturan yang tidak kalah rumit, dan tidak bisa dianggap enteng.
Menulis Kitab MA HA IS MAYA sungguh telah lama direncanakan sejak setahun silam (2024) sehingga telah menjadi topik bahasan disela perjalanan ziarah ke berbagai tempat di Indonesia. Dan sejak tiga bulan terakhir masuk dalam kalender program GMRI untuk diwujudkan dengan target utama menjadi Alkitab — sebagai bagian dari penuntun gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual untuk menuntun segenap aktivitas yang berpegang pada nilai-nilai spiritual yang menjaga etika, moral dan akhlak manusia yang mulia dihadapan Sang Pencipta dan Penguasa Jagat Raya ini.
Dari perspektif spiritual pun, acara pembacaan do’a dalam bentuk karya sastra bhuana bahasa bumi ini, merupakan bagian dari tonggak sejarah perjalanan spiritual Sri Eko Sriyanto Galgendu yang telah mencapai etape tertentu, untuk selanjutnya melesat memasuki pase berikutnya semacam tahapan dalam hakikat dan ma’rifat, kendati di dalam perjalanan spiritual itu sendiri sesungguhnya tidak berujung, karena titik terakhirnya hanya ada di liang kubur.
Agaknya, seperti itulah unik dan menariknya spiritual, penuh misteri seperti kelahiran dan kematian yang tidak bisa dipilih semacam kodrat dan iradat yang harus diterima tanpa pilihan alternatif hingga berakhir di hilir, memasuki jagat yang lebih besar penuh misteri seperti kemampuan membacakan do’a selama 20 jam non stop dalam kondisi ekonomi dunia yang semakin getir, pahit !
Realitasnya pilihan acara yang tidak kecil biaya dan tenaga yang terkuras untuk pemanggungan yang kini sudah dapat dikatakan sekejap itu karena sudah bisa ditaklukkan oleh Sri Eko Sriyanto Galgendu dalam waktu 20 jam ini membuktikan bahwa di dalam yang baru masih ada yang terbaru. Andai, tak bisa dikatakan bila di atas langit masih ada langit. Setidaknya, dari acara gila-gilaan serupa ini, nilai-nilai material masih bisa diabaikan, tidak seperti nilai-nilai spiritual. Kendati lelah fisik telah mampu diobati dengan capaian penemuan model terapi spiritual yang membahagiakan.
Intinya, pembacaan karya sastra Bhuana Dalam Bahasa Bumi telah dilakukan Sri Eko Sriyanto Galgendu dalam 20 jam non stop sebagai do’a persembahan kepada 79 tokoh, sudah dilakukan dengan sukses, untuk kemudian akan segera menyusul putaran berikutnya dalam upaya membangun percepatan gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual guna membentuk karakter bangsa yang beretika, bermoral dan berakhlak mulia, sebagaimana makhluk ciptaan Tahun di bumi.
Boleh jadi semacam kebetulan, acara yang dimulai pada pukul 09.00 pagi hari Sabtu, 2 Agustus 2025 berakhir pada pukul 06.00 pagi hari Minggu, 3 Agustus 2025, hanya rehat pada waktu sholat zuhur, ashar, maqrif dan isha hingga menjelang sholat subuh. Artinya, sudah bisa disebut sdgari-semalam penuh bila mengacu pada waktu sholat. Lantas, adakah makna spiritual dari bilangan waktu yang terus berputar dalam misterinya tentang hari esok yang mungkin tidak lagi ajan diberikan oleh Tuhan kepada kita.
Ps. Baru 3 Juli 2025