JAKARTA, MAJALAHGAHARU.COM ― Setiap manusia tidak ada yang ingin diabaikan apalagi terabaikan. Hidup ini memang keras dan penuh perjuangan. Sangat sedikit kita temukan manusia mau berjalan di kerikil-kerikil tajam yang dapat melukai kakinya dibandingkan manusia yang selalu mencari jalan pintas untuk meraih keberhasilan dalam hidupnya.
Menjawab tantangan hidup yang keras dan kejam tersebut, Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (Pewarna ID) Wilayah Jawa Barat bekerjasama dengan Yayasan Karmel Ministri Indonesia (YKMI) menyelenggarakan Talk Show dan Diskusi Interaktif pada Sabtu (3/2/2018) di Taman Bunga Wiladatika, Cibubur, Jakarta. Hadir sebagai pemantik diskusi adalah Pdt Osil Totongan, M.Min (Ketua YKMI), Dr dr Ampera Matippana, MH (Kepala Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan), dan Ir Soleman Matippana (Direktur PT Rande Buana Teknik).
Ketiga pemantik diskusi ini menyampaikan pokok pikiran yang berbeda-beda, tetapi saling melengkapi. Dengan cerdas dan terampil, Daniel Tanamal sebagai moderator memandu diskusi menjadi hidup.
Pemantik pertama, Pdt Osil Totongan dari YKMI memaparkan pelayanan YKMI secara khusus kepada para narapidana di beberapa Rumah Tahanan (Rutan ) dan Lapas (Lembaga Pemasyarakatan), seperti Rutan Depok, Rutan Gunung Sindur, Lapas Kelas II A Pondok Rajek – Cibinong, dan Lapas Paledang. YKMI juga melayani mereka yang terabaikan di antaranya: anak-anak Panti Asuhan Yayasan Kami Satu, Panti Werdha Kasih Karunia, dan PAUD Bunga Pala.
Dalam usaha dan upaya memberdayakan mereka yang terabaikan, YKMI membuat usaha industri rumahan (home industry) Konveksi Karmel. Konveksi ini membuat pakaian yang dikerjakan para mantan narapidana yang dibina untuk menjadi pekerja dan pengusaha.
Pemantik kedua, Ampera Matippana, menyoroti bagaimana perlakuan masyarakat yang cenderung memandang rendah mereka yang terabaikan seperti narapidana, pecandu narkoba, orang yang terpapar HIV, penyandang disabilitas, dan sebagainya. Perlakuan tersebut berbeda jika orang-orang berhadapan dengan para pejabat dan orang terhormat.
“Kita harus ubah paradigma kita dalam memperlakukan mereka yang terabaikan. Kita harus menerima dengan kasih, meskipun mereka mantan narapidana, pecandu narkoba, orang yang terpapar HIV, penyandang disabilitas, dan sebagainya. Mereka perlu mendapatkan sentuhan kasih Tuhan melalui kita karena mereka juga berharga di mata Tuhan,” ujar Ampera Matippana.
Pada umumnya mereka merasa terabaikan, lanjut Ampera Matippana, karena mereka kurang percaya diri, rendah diri, memandang orang lain curiga, iri hati, punya potensi merugikan orang lain, dan lain-lain. Akibatnya cukup banyak di antara mereka terjerumus ke kegelapan karena mereka merasa terabaikan sejak dari lingkungan keluarga.
Karena itu, mereka juga punya hak untuk menerima kasih karunia. Sekecil apapun yang kita bisa lakukan, mari kita lakukan. Sebagai contoh, kita dapat memberikan keterampilan sebagai modal dasar mereka berusaha dan bekerja. Dengan demikian kita mampu memberdayakan mereka yang terabaikan.
Terakhir pemantik ketiga, Ir Soleman Matippana menguraikan siapa yang terabaikan itu? Beberapa ciri-cirinya adalah yang tidak punya uang, tidak punya keluarga (terpisah), tidak percaya diri, pasrah nasib dan keadaan, serta rentan berbuat kriminal.
“Orang-orang yang terabaikan tersebut perlu dukungan keluarga, sahabat, gereja, dan lingkungan sekitar,” tegas Soleman Matippana. Seperti pemantik sebelumnya, lagi-lagi pola pikir kita harus diubah dalam menghadapi mereka.
Menurut Soleman bahwa memang tidak mudah menerima mereka karena pasti terbentur yang menyangkut soal kepercayaan dalam memberdayakan atau mempekerjakan mereka. “Saya sendiri masih berpikir merekrut mereka dalam bekerja,” jelasnya.
Selain pola pikir kita yang harus diubah, kita juga perlu mengubah pola pikir mereka yang terabaikan. Ada timbal-balik dua arah yang saling membangun kepercayaan dan kejujuran.
Memberdayakan mereka dengan cara berwirausaha adalah solusi terbaik. Dalam berwirausaha tidak selalu modal yang menjadi hal utama, tetapi juga bagaimana kita menunjukkan perilaku yang baik untuk berubah (dapat dipercaya) dan menjalan relasi,” saran Soleman di akhir diskusinya. (BTS)