Jakarta, majalahgaharu.com – Gelombang tsunami menerjang dan merusak bangunan hingga puluhan korban tewas di kawasan pantai Anyer, Banten dan Lampung. Duka mendalam kembali menyelimuti. Pdt. Gomar Gultom MTh (Sekum PGI) menyatakan dukacita mendalam atas korban tsunami akibat gempa dan gelombang pasang di Selat Sunda. Melalui laman facebook, Gomar mengunggah rasa kepeduliannya terhadap musibah yang terjadi di kawasan tersebut. Disebutkan, Belum sepenuhnya pulih dengan gempa Lombok, kita dikejutkan dengan bencana Sigi, Palu dan Donggala; dan kini dikejutkan lagi dengan tsunami di Lampung Selatan dan Anyer. Sebagaimana sering saya ungkapkan dalam berbagai kesempatan, hidup kita sekarang ini bagaikan “Lima Menit sebelum Pukul Duabelas”. Pukul duabelas yang saya maksud adalah pukul duabelas tengah malam, yang melambangkan kegelapan, ketakutan dan bahkan kematian. Dan kita, hanya berjarak lima menit saja ke sana.
Kehidupan kita di dunia ini sangat ringkih, ternyata. Kita seolah berada di balik bayang-bayang kegelapan dan kematian. Bencana alam dan bencana sosial begitu dekat dengan kita. Tsunami sesewaktu mengancam dari lautan, tapi juga tsunami sosial yang ada di sekitar kita. Tsunami sosial politik yang melanda Irak dan Suriah, kini juga begitu dekat dengan kita, yang tanda-tandanya sudah sangat kasat mata lewat kebohongan berbalut agama, ujar kebencian dan ragam aksi kekerasan atas nama agama.
Saat ini kita harus berhadapan dengan realita dimana ratusan orang sedang meregang nyawa, dan puluhan telah kehilangan nyawa. Semuanya karena terjangan tsunami yang tak seorang pun mengharapkannya. Betul manusia tak berdaya mengelakkan peristiwa alam seperti ini, karena belum mampu memprediksi gempa secara tepat. Meski demikian, selain oleh mekanisme tsunami early warning system, sesungguhnya dampak buruk tsunami bisa dikurangi, seandainya mangrove dan hutan payau masih terpelihara baik di pantai-pantai kita. Tapi oleh perlakuan kita yang buruk terhadap alam, seperti pencemaran, rekayasa pantai demi kepentingan wisata dan reklamasi, hutan-hutan payau dan mengrove semakin sirna. Padahal hutan payau dan manggrove ini sangat potensial untuk memecah kekuatan terjangan tsunami. Dalam suasana Advent ini, mari kita bahu membahu untuk menolong meringankan beban para korban. Dan pada saat sama, kita membaharui perlakuan kita terhadap alam lebih injili lagi. [RA]