Sabam Sirait Mengajarkan Politik sebagai Alat Perjuangan untuk Melakukan Perubahan

Ayo Bagikan:

MajalahGaharu.com, Jakarta – Sabam Sirait mengajarkan kita tentang kejujuran, konsistensi dan selalu menunjukkan kesantunan dalam semua hal. Hidupnya, sejak muda sudah menunjukan seorang negarawan sejati  dan politisi ulung, yang disegani kawan maupun lawan. Walau berbeda pandangan tetap dia selalu   bersahabat. Itu nilai yang kita bisa teladani dari sosok Sabam Sirait.

Demikian diungkapkan Prof. Yasonna H. Laoly dalam  Webiner in Memoriam: Sabam Sirait di Mata Pemuda yang diselenggarakan GAMKI dengan pemateri selain Prof. Yasonna Laoly (Menteri Hukum dan HAM RI) juga menghadirkan  Raja Juli Antoni (Wakil Menteri ATR/BPN RI), Sunanto (Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah), Stefanus Asat Gusma (Ketua Umum Pemuda Katolik), Ahmad Nawawi (Ketua Umum Gema Metlaul Anwar) dan Hanta Yuda (Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia), Kamis malam, 13/10/2022.

“Saya apresiasi kepada GAMKI yang memprakarsai acara webinar in memorial Bang Sabam di mata pemuda. Saya mengenal beliau sudah lama sejak mahasiswa sekitar tahun 1970 an. Bang Sabam adalah guru dan mentor saya disamping Mas Taupik Keamas. Dia mengajarkan kepada kami, politik sebagai perjuangan. Polotik itu  suci dan  tidak ada salah dalam politik, yang salah orangnya,” ujar Yasonna.

Masa mudanya Sabam Sirait, dari zaman Orde Lama,  Orde Baru hingga Orde Reformasi.  konsistens di PDI saat itu, berani interupsi ke partai korupsi. Yang mustahil dilakukan di saat itu. Meski demikian yang membuat kita kagum, cara menyampaikan tetap dengan cara yang elegan. Karena itu adek-adek  GAMKI harus meneladani nilai perjuangan, value sebagai politisi atau senior GMKI.

“Secara pribadi saya banyak dibantu beliau dalam artian karir politik. Saya mengawali anggota DPRD Sumut saat masih dosen di Univ HKBP Nommensen. Sebagai akademisi dan politisi,  kader perjuangan. Sewaktu mahasiwa, teman-teman GMKI di Medan dan orang-orang lain  mengikuti Bang Sabam  kampanye dari partai PDI,” beber pria yang sebelum menteri dua periode menjabat anggota DPR RI.

Ia pernah mencalonkan  dari Sumut, secara poltik ditekan, ditindas  dan dikerdilkan, namun Bang Sabam terus berjuang keras untuk nilai-nilai keadilan  dan partainya. Orang lain bisa tergoda tawaran kekuasaan dari  pemrintah namun itu tidak berlaku baginya.

“Waktu itu saya kader muda partai bersama Pak Lumban Gaol. Periode berikutnya saya ingin maju ke DPR, ya naik  pentas ke politik nasional.  Saya minta dukungan  dari Bang Sabam. Saya akui  ia berperan besar dalam karir politik saya,” jelasnya.

Sabam Sirait mengajarkan nilai kristiani, dengan berpegang teguh iman, memiliki prinsip dan penuh  kesopansantunan. “Di forum ini saya lihat  ada adek saya Ara, saya selalu bilang kau harus ikutan seperti Bang Sabam. Meski demikian orang punya jalan sendiri, Ara sukses sebagai  businessman. Peran Bang Sabam dalam konstelasi politik nasional sangat diperhitungkan  kawan dan lawan. Ini harus diteladi generasi muda,” imbuhnya.

Lebih jauh, kata Yasonna,  kontribusi Bang Sabam  mulai dari Orde Lama,  Orde Baru dan Orde Reformasi. Terakhir berada di posisi sentral, ikut membangun PDI P bersama dengan Megawati Soekarnoputri.

“Saya mengucapkan terimakasih pada Bang Sabam sebagai kolega saya, guru dan anak didiknya. Maka adik-adik di  GAMKI, GMKI dan PIKI harus ikut meneladani tokoh nasional dan  negarawan ini. Bahwa Bang Sabam tidak  hanya milik kita, milik GMKI, GAMKI atau Kristen  tapi milik  bangsa ini,” pungkasnya.

Wakil Menteri ATR/BPN RI mengungkapkan dengan terus terang bahwa satu hal  yang dia sesali   dalam hidupnya tidak punya interaksi dekat  dengan Sabam Sirait, tokoh yang sangat istimewa baginya. Meski demikian, dirinya mengaku mengikuti  dari jauh tokoh nasional ini.

“Tahun 2016 Bapak Sabam Sirait menerima Bintang Mahaputera dari Negara  bersama dengan  Buya Syafi Maarif dan Frans Magnis Suseno. Ini menunjukkan secara jelas bahwa Sabam Sirait tokoh nasional yang sekelas dan sama dengan Buya Syafi Maarif,” tutur mantan Sekjen PSI ini.

Meski klasik dan  tetap relevan malam ini, pepatah;  gajah mati meninggalkan gading dan harimau mati meninggalkann belang,  dan manusia mati meninggalkan  nama. “Bang Sabam memang mati secara fisik dan jasad, tetapi ide dan inspirasi hidup di Indonesia selamanya,” cetusnya.

Menengok jauh ke belakang, Bang Sabam dalam usia belia, tepatnya 25 tahun sudah terlibat politik. Persoalan demokrasi di Indonesia  saat ini bahwa elit-elit politik saat ini dikuasai orang tua yang uzur. Sekali lagi Bang Sabam menjadi inspirasi  kita bahwa  kondisi seperti ini sudah dijawab sejak tahuan 1960-an saat  Sabam muda terlibat Partai Politik.

“Dalam dialog imejiner saya, kenapa beliau terjun sejak dini? Kuncinya karena politik itu suci. Di mata Pak Sabam politik bukan soal kekuasaan atau bagi-bagi kekuasaan. Politik bagi dia seni melakukan perubahan kehidupan,” katanya.

Semua profesi sama baiknya apakah seorang pengacara, hakim, kyai, pendeta, romo dan lainnya semua profesi yang  mulia asal dikerjakan dengan baik. Sebagai politisi pun itu sangat mulia. Posisi politik mengerti dan memahami rakyat,  berpihak kepada rakyat dan memperjuangkan kebenaran dan keadilan.

Ketika para imam kotbah di mimbar, itu hanya saran dan pesan moral.  Namun bila suatu saat seseorang menjadi  Ketua DPR atau  katakan Ketua DPRD maka dengan satu ketukan palu UU atau Perda itu akan memiliki konsekuensi perubahan kebijakan. Disana sudah menyangkut ada anggaran dll, sampai ada punishment yang tidak mau mengikuti aturan. Ketukan palu sidang seorang politisi mengubah nasib rakyat secara berkelanjutan.

“Saya setuju dengan ajaran politik itu suci. Sebab nasib orang banyak, diputuskan di ruang sidang. Bisa juga hasil ketuk palu  dibenci rakyat tetapi pada prinsipnya politisi yang berjuang untuk rakyat akan mengahasilkan perubahan,” kata Raja sembari mengingatkan hasil penelitian bahwa hanya 9 persen orang yang percaya politik.  Ini akibat buruknya partai politik dan politisi. Mereka berpandangan bahwa politik itu korup, ruang tipu-tipu, intoleransi dan sebagainya, sehingga orang menjauh dari politik.

“Spirit Bang Sabam masih ada di kita. Ini saatnya anak muda mengambil peluang  kekuasaan dengan tujuan tidak semata-mata  mengambil jabatan atau bagi-bagi kekuasaan. Semua harus memperbaiki dan memperbaharui bangsa kita,” tutup.

Senada dengan itu, Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Sunanto menegaskan bahwa Sabam Sirait memperjuangkan pluralisme, gotong royong, kemanusian dan  kesatuan dalam bingkai Pancasila. Pak Sabam selalu konsisten menggeluti karir politiknya sejak muda hingga purna. Tetap konsisten, dengan karya nyata dan kemamfaatan. Di samping mendapatkan Bintang Mahaputera, beliau tokoh politik yang bermetamorfoses menjadi negarawan.

“Saya sebagai anak muda, mendukung bahwa  beliau sangat layak mendapatkan Pahlawan Nasional,” tegas Cak Nanto. Diakui Cak Nanto bahwa secara literasi hubungan dengan Muhammadyah  tidak banyak, tetapi Cak Nanto meyakini  bahwa hubungan Sabam Sirait dengan Buya Maarif, AM Fatwa dan para ketua Muhammadyah sangat dekat. Ia politisi yang melampaui nasionalisme yakni politik kemanusian.

“Saya pahami, beliau sangat pluralis. Pak Sabam adalah politikus menjadi politik sebagai panggilan hidup. Bukan menjadikan politik sampingan  tetapi pekerjaan utama. Maka ia jadi contoh bagi generasi muda.  Saya membayangkan  pakar politik dunia Max Waber yang juga menjadikan  politik sebagai panggilan. Profesi itu konsisten dengan kemamfaatan bagi rakyat,” tegasnya.

Tidak jauh berbeda, Ketua Umum Pemuda Katolik Stefanus Asat Gusma mengatakan bahwa jalan Pak Sabam meyakini politik itu suci meski klise  bahwa politik memang identik dengan melakukan perubahan. Dalam bahasa IJ Kasimo tokoh Katolik sama jalan keadaban politik.

“Saya tidak bisa klaim dekat dengan Pak Sabam.  Saya mengenal beliau karena dikenalkan Bang Ara sekitar tahun 2012-2014. Pandangan saya  Pak Sabam sangat sederhana. Suaranya berkharisma, candaan khas ala politisi senior kayak Gus Dur, Hasym Mujadi dan tokoh lainnya. Joke-joke yang disampaikan menempel erat dengan peristiwa di jaman itu,” bebernya.

Sabam Sirait mengabdi di masa tujuh presiden, eksis dan kontribusinya besar dalam pandangan atau pemikiran langsung maupun tulisan. Ia selalu menjaga kesehatan sehingga  konsisten bertahan, walau sudah purna tetap berkontribusi kepada bangsa ini hingga akhir hayatnya.

Baginya, politik senantiasa untuk kemaslahatan umat, tidak selalu di politik praktis penguasa, bisa juga mengambil jalan sunyi. “Saya kira Pak Sabam harus diteladani para  pemuda Kristen, Katolik, Muhammadyah dan lainnya, hubungan dengan lintas agama  tidak sekedar lintas organisasi. Generasi muda adalah bibit politik masa depan dan menjadi tumpuan bangsa ke depan,” ucapnya.

Terbukti saat wafat setahun lalu, sangat  luar biasa, semua memberikan penghormatan terakhir baik lintas iman, lintas sektor dan  semua merasa kehilangan. Politik jalan pengabdiannya  dari zaman Bung Karno hingga Jokowi.   Banyak pemikiran dan masukan dan asupan kepada Presiden Jokowi yang tidak terekspos. Ia konsisten politik yang melayani untuk masyarakat.

“Semoga satu api semangat buat kita organisasi pemuda dan kemahasiswaan dari teladan Pak Sabam Sirait.”

Sementara bicara Sabam Sirait menurut Ketua Umum Gema Metlaul Anwar   Ahmad Nawawi yang mengetahui kisah perjalanan di politik sebagai politisi dan negarawan selalu konsisten  berbuat baik.

“Kita memiliki tanggung jawab menjaga spirit kebangsaan yang dicontohkan Bapak Sabam Sirait. Anak muda memiliki tanggung jawab dalam peran memastikan kerukunan  dan menjaga toleransi. Kita tidak tahu nasib Indonesia ke depan kalau semangat kebersamaan ini tidak dijaga,” ujarnya mengingatkan.

Menurutnya, apalagi kondisi sekarang marak politik identitas agama. Sembilan organisasi pemuda agama (Kelompok Cipayung) harus bisa merawatnya. Sabam Sirait mengajarkan keberpihakan keadilan tanpa batas, meski  dia seorang Nasrani tetapi konsisten menolak penjajahan Israel atas Palestina. Dulu ia ikut juga menolak sebuah film yang mendeskreditkan umat Islam. Artinya tidak hanya membela Kristen tapi juga Muslim dan lainnya.

Menghargai Yang Muda

Sementara Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda dengan terus terang mengatakan bahwa baginya Sabam Sirait bukan saja tokoh penting dan tokoh besar, tetapi seorang tokoh luar biasa.   Poinnya adalah dia fenomenal dalam perjuangan, kiprah, pemikiran dan keteladanan. Dalam bukunya  “Politik itu Suci” hampir separuh lebih menggambarkan dirinya.

“Saya kira dengan membaca bukunya, sangat penting buat setiap anak muda Indonesia, tidak saja mereka yang mau terjun politik tetapi bisa inspirasi setiap orang.”

Biasanya, persepsi nyemplung ke politik itu identik dengan mengotori diri karena terjebak dalam  ruang gelap dan identik licik, namun ternyata oleh Sabam Sirait  menjadikan teladan mempraktekkan sejatinya politik itu suci sama dengan  profesi yang lain.

Ia mengagumi Bung Karno yang pernah mengatakan bahwa politik dalam arti memperjuangkan kemerdekaan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan maka politik itu jadi suci.  Selama perjalan hidup dia selama 85 tahun ini diterapkan dalam hidupnya.

Sabam Sirait bukan orang biasa, jejak pemikiran dan perjuangan menginspirasi Indonesia, tidak hanya putranya saja tapi bagi bangsa Indonesia, khususnya anak-anak muda. Dinamika politik yang dijalani sejak muda menjadikannya teguh berpijak dan konsisten.

“Saya punya kesan,  beliau sangat menghargai yang muda, tidak sungkan bertanya ke saya yang  masih junior,” ujarnya kagum. Jejak politiknya  paripurna.  Sekarang banyak politisi karbitan namun Pak Sabam paripurna dari berbagai jaman dan fase.  Teladan dan melahirkan pemikiran konkrit. Meski menempuh jalan senyap, relatif senyap tapi membekas jalan politiknya.

Sabam Sirait  bukan orang biasa, dia salah satu orang yang membesarkan Jokowi.   Tidak hanya itu, tidak  cukup waktu interupsi sidang MPR, ia melakukan terobosan politik di era Orde Baru,yang kerap menantang dan  keberaniaanya memotivasi kita hari ini. Jejak pemikiran dan perjuangannya langka.

“Saya kira, sama seperti dikatakan Prof Yasonna, nilai-nilai yang ditinggalkan Bang Sabam ini merasuk ke politisi bangsa ini, terutama anak muda yang memiliki misi politik. Pak Sabam jadi guru kita, meski relative senyap tapi meninggalkan  jejak perjuangan yang luar biasa. Ia inspirator bagi kita semua,” pujinya.

Kata Hanta Yuda, tokoh ini memang beda, selain mengabdi bersama 7 presiden,  pemikirannya konsisten, bahkan dipercaya mengemban berbagai jabatan sejak mahasiswa. Teman-teman muda berkiprah mungkin  sudah mengikuti jejaknya tinggal mengikuti endingnya.  Saat terakhirnya pun masih  pejabat negara. Ia berkarakter kuat, orangnya tenang dan pikirannya selalu tajam.

“Saya pernah duduk satu forum di salah satu stasiun tv sebagai narasumber.  Orangnya tenang, tapi penyampaiannya tajam. Teguh dengan kebenaran yang diyakini. Tidak gentar  berdebat dengan siapapun. Tak dapat dipungkiri, Pak Sabam punya kontribusi besar dalam politik itu suci, satu  panduan satu kompas perjalanan  politik ke depan,” imbuhnya.

Sabam Sirait mencintai tanah air sama seperti Bung Karno. Dirinya selalu mengutamakan bangsa di atas kepentingan kelompok maupun kepentingan pribadi, Pak Sabam menjejakkan membuat sejarah. Sampai akhir terus memotivasi untuk kemaslahatan umat. Amal baktinya akan mengalir terus.

Facebook Comments Box
Ayo Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

Akui Kredibilitas dan Kualitas Pendidikan, Bank SulutGo Jalin Kerja Sama dengan UPH

Sat Oct 15 , 2022
Tangerang majalahgaharu.com Kualitas pendidikan dan kredibilitas tenaga pendidik yang dimiliki oleh Universitas Pelita Harapan (UPH) telah dipercaya dan diakui oleh sektor industri di Indonesia, termasuk perbankan. Sebagai lembaga pendidikan, UPH terus memberikan kesempatan bagi para profesional atau praktisi untuk meningkatkan kompetensi melalui pendidikan tinggi. UPH percaya dengan adanya latar belakang […]

You May Like