Jakarta, MajalahGaharu.com – Seruan Tokoh-Tokoh Agama yang tergabung Forum Peduli Indonesia Damai (FPID) untuk ketiga kalinya, menyerukan dan mengajak wujudkan pemilu jujur, adil dan bermartabat. Hal disampaikan tokoh-tokoh lintas agama di Grha Oikumene PGI, Jl. Salemba Raya, Jakarta Pusat, Senin Sore (5/02/2023). FPID mengajak agar umat memilih sesuai hati nurani.
Adapun tokoh-tokoh agama yang tergabung di FPID antara lain K.H Masyudi Syuhud (Waketum MUI), Pdt. Gomar Gultom (Ketum PGI), Romo Kardinal Ignatius Suharyo (Kardinal), Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya (Ketum PHDI), Prof. Dr. Philip K. Wijaya (Ketum Permabudhi), Xueshi Budi Tanuwibowo (Ketum Matakin), Engkus Rahwana (Majelis Luhur Kepercayaan), Abdul Mukti (Sekum Muhammadyah) dan Sri Eko Sriyanto Galgendu (Pimpinan Spritual Nusantara).
Ada enam seruan yaitu pertama, menggunakan hak pilih secara bertanggung jawab. Kedua, menentukan pilihan dengan jiwa bebas merdeka sesuai hati nurani. Ketiga, ikut aktif menjaga dan mengawasi seluruh tahapan Pemilu agar Luber dan Jurdil. Empat, tajamkan nalar dan suara hati. Kelima, jaga dan jungjung tinggi persatuan di atas perbedaan pilihan. Terakhir, ingatkan seluruh keluarga, sanak saudara, kawan dan sahabat bahwa pemilu adalah momen penting bagi masa depan bangsa.
Seruan ini untuk menyikapi situasi terkini jelang Pemilu 2024.
Pada sesi tanya jawab, Ketua Umum PGI Gomar Gultom mengatakan bahwa yang kita dorong adalah ketika ada hak-hak masyarakat dirugikan kita dorong untuk menempuh jalur hukum ketimbang jalur kekacauan.
“Kita ingin hak-hak masyarakat tidak dirugikan dan kita dorong menempuh jalur hukum,” ujarnya.
K.H Masyudi Syuhud yang juga Wakil Ketua Unum MUI mengungkan bahwa tokoh agama akan memberikan penjelasan ke umatnya masing-masing.
“Sesama tokoh agama salim berjejaring. Meminta aparat tetap bijak menangani setiap masalah agar ada di jalur kedamaian dan jalur moral,” harapanya.
Ditambahkan Kardinal Ignatius, kata kunci diskusi hari ini adalah moral dan damai. Ibarat rumah Indonesia ini bisa indah, kuat tetapi bisa rapuh. Kelangsungan Indonesia ini terkait moral.
“Kami tokoh agama menyerukan moral. Siapapun pemimpin aparatur, termasuk umat masing-masing, perlu memberikan perhatian moral dan akhlak yang mulia itu,” paparnya.
Sementara Eko dari Pimpinan Spritual Nusantara mengingatkan kemulian dan kebesaran suatu bangsa karena persaudaraan yang dimiliki. Ketika ada adu domba dan konflik maka hilang kemulian dari bangsa ini.
“Pastinya kami bersama tidak mengharapkan dipecah belah dan adu domba oleh pihak menampun,” katanya.
Senada dengan itu, Ketua Umum Matakin Budi menambahkan kita (tokoh-tokoh agama) ingin berdiri di tengah agar tetap selalu damai.