Majalahgaharu.com Jakarta, (12/12/2024) – Forum think tank global yang diselenggarakan oleh Center for China and Globalization (CCG) mengundang perwakilan organisasi internasional, pejabat pemerintah, akademisi, lembaga penelitian, lembaga think tank dan pemimpin muda dari seluruh dunia untuk ambil bagian dalam agenda flagship (utama) CCG. Agenda tersebut yakni 9th China Think Tank Innovation Forum di Hotel Grand Millennium Beijing, Tiongkok pada tanggal 4 Desember 2024.
Harsen Roy Tampomuri menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia pada dua agenda global tersebut. Harsen merupakan Tokoh Muda Indonesia dari Sulawesi Utara yang orang tuanya berasal dari Langowan, Tombatu dan Tomohon. Dia merupakan dosen yang kini menjabat sebagai Direktur Eksekutif Pusat Studi Geopolitik dan Global Universitas Bung Karno (UBK) Jakarta dengan segudang prestasi dibidang akademik sejak studi S1-S3 serta pengalaman dan pengabdian dibidang sosial dan kepemudaan.
Harsen yang juga Tenaga Ahli (Advisor) Kantor Staf Presiden 2019-2024 terundang bersama Magdalena Rakovec dari Slovenia mewakili para pemimpin muda dunia dari forum Global Young Leaders Dialogue (GYLD) sebagai pembicara pada sesi panel pembukaan forum think tank global tersebut. Harsen mengikuti seluruh rangkaian agenda ke Tiongkok pada tanggal 3-9 Desember 2024 baik 9th China Global Think Tank Innovation Forum, Global Young Leaders Forum maupun agenda bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing dan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok.
Dalam pembukaan forum, hadir sejumlah tokoh yang beberapa diantaranya membawakan sambutan yakni Siddharth Chatterjee, United Nations Resident Coordinator in China; Jorge Toledo Albinana, Head of the European Union Delegation to China; JIANG Jianguo, Member of the Standing Committee of the CPPCC National Committee, Deputy Director of the Ethnic and Religious Affairs; YANG Wanming, President, The Chinese People’s Association for Friendship with Foreign Countries (CPAFFC) dan Henry Huiyao Wang sebagai Founder dan Presiden dari CCG yang juga former counselor China State Council.
Forum ini mendiskusikan banyak isu strategis seperti tata kelola pemerintahan global, kerja sama global, hubungan Tiongkok-AS pasca pemilu AS, tata kelola kecerdasan buatan (AI) secara global, agenda pembangunan berkelanjutan dari PBB, dan Hak Asasi Manusia. Forum ini merupakan forum terbesar dari CCG yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan kehadiran kurang lebih 90 lembaga think tank dari seluruh dunia dan peserta dari hampir 50 negara antara lain Amerika Serikat, Inggris, Italia, Selandia Baru, Kanada, Spanyol, India, Indonesia, Prancis, Jerman, Honduras, Norwegia, Georgia, Mesir, Yordania, Kuwait, Turki, Maroko , Iran, Lebanon, Finlandia, Pakistan, Belgia, Korea Selatan, Singapura, Swiss, Ukraina, Kuba, Botswana, Belanda, Rumania, Singapura, Slovenia, Azerbaijan, dll.
Mabel Lu Miao, Sekretaris Jenderal CCG dan penggagas forum GYLD, bertindak sebagai moderator. Mabel secara khusus menjelaskan bahwa forum ini mengadopsi model baru yang menggabungkan pakar senior Tiongkok dan asing dengan perwakilan pemimpin muda internasional untuk menstimulasi konsensus kerja sama serta mendorong pertukaran gagasan antar negara dan antar generasi.
Dalam pidato pembukaannya, Henry Huiyao Wang, Founder dan Presiden CCG serta mantan Penasihat China State Council, mengatakan bahwa dunia saat ini sedang mengalami perubahan besar, globalisasi, konflik geopolitik dan perbedaan ideologi semakin meningkat, serta tata kelola global menghadapi tantangan yang semakin besar.
“Negara-negara harus melampaui batas-batas nasional dan perbedaan ideologi untuk mendorong pembangunan berkelanjutan dan stabilitas serta mencapai keharmonisan dan kemakmuran. Kiranya semua pihak ambil bagian untuk meningkatkan pemahaman dan kerja sama melalui dialog dan bersama-sama mendorong dunia yang stabil dan inklusif,” ungkap Wang.
Siddharth Chatterjee, United Nations Resident Coordinator in China, menyerukan kerja sama global untuk mengatasi tantangan, mendorong pembangunan berkelanjutan, dan memperhatikan transisi energi.
“Meskipun terdapat tantangan yang dihadapi oleh PBB, masih terdapat 154 inisiatif global yang sedang berjalan, meliputi perdamaian, stabilitas, keuangan, inovasi teknologi dan bidang lainnya. Kerja sama harus fokus pada pengembangan generasi muda, yang merupakan kunci kelangsungan hidup dan kesejahteraan di masa depan. Tiongkok telah mencapai kemajuan signifikan dalam pembangunan berkelanjutan dan membantu mengurangi kemiskinan global. Dunia perlu meningkatkan kerja sama guna menghadapi tantangan masa depan,” harap Siddharth.
Harsen Roy Tampomuri yang tampil disesi awal bersama para pakar dunia mewakili pemimpin muda menyampaikan pandangannya pada sesi yang membahas tema “Presaging the Future of Global Governance in the Trump 2.0 Era”. Menurutnya, kondisi dunia kini semakin kompleks dengan berbagai konflik yang seringkali tak terhindarkan dan dinamika lingkungan geopolitik yang multipolar.
“Negara-negara besar terus membentuk lingkungan operasi global secara mendalam sedangkan negara-negara lainnya juga bersekutu dengan kekuatan atau blok besar untuk mendapatkan pengaruh dalam agenda internasional. Kita perlu menjalin kerja sama untuk memitigasi risiko politik global yang berpotensi konflik destruktif dalam skala besar,” tegas Harsen.
Selanjutnya, bagi Harsen di era Trump 2.0 bersamaan dengan kompetisi dua kekuatan ekonomi dunia seyogyanya ada upaya bersama untuk menciptakan ruang kerja sama pemerintahan global dibanding perpecahan dan konflik komunitas global. Harsen juga yang diundang sebagai pembicara pada forum Global Young Leaders Dialogue pada sesi Inspiring worldwide support for young people menyampaikan gagasannya terkait tema “Navigating the Development of the Young Generation in the Era of AI/Artificial Intelligence“.
“AI merupakan alat yang sangat kuat dimana dapat membawa dampak positif maupun negatif bagi generasi muda di era digital. Namun dengan pemahaman yang sesuai serta pendekatan yang tepat maka generasi muda dapat memanfaatkan kemajuan teknologi AI untuk meningkatkan kualitas hidup. Perkembangan AI perlu diikuti juga dengan kemampuan dalam hal keterampilan digital, etika digital, keamanan digital dan budaya digital,” ucap Harsen yang juga pernah menjadi Tenaga Ahli MPR RI, (5/12/2024).
Menurut Harsen, semuanya perlu untuk sama-sama mendorong berbagai pihak mulai dari Academic, Business, Government, Community, sampai Media (ABG-CM) atau aktor penta helix dalam konteks kebijakan publik untuk bekerjasama menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan positif AI.
Dalam rangkaian kunjungan ke Tiongkok, Harsen juga berkesempatan mengikuti tour dan seminar dengan tema “Exploring Beijing Municipal Administrative Center and Tongzhou’s Modernization Along the Ancient Grand Canal”. Selain itu, Harsen juga menghadiri undangan CCG VIP Luncheon dengan dialog khusus bersama Prof. Gordon LIU dari Peking University Institute for Global Health and Development dan MA Jun, Founder and President of Institute of Finance and Sustainability (IFS).
Sebelum kembali ke Indonesia, Harsen juga bertemu dengan para pengurus dan anggota Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing. Dalam pertemuan tersebut Harsen dan PPI Tiongkok mendiskusikan banyak hal terkait peran pelajar dan pemuda Indonesia di Tiongkok menuju visi Indonesia Emas 2045.
“Saya senang bahwa Tokoh Muda Indonesia, saudara Harsen hadir dan berbicara di 9th China Global Think Tank Innovation Forum dan Global Young Leaders Dialogue. Kegiatan prestisius yang menghadirkan tokoh dan pakar dari berbagai negara,” ucap Duta Besar RI untuk RRT Merangkap Tiongkok, Djauhari Oratmangun, (12/12/2024).
Duta Besar Djauhari juga menyampaikan bahwa dengan kehadiran saudara Harsen sebagai pembicara mewakili pemimpin muda dunia bersama delegasi dari Slovenia dapat turut menunjukkan eksistensi dan kontribusi positif pemimpin muda Indonesia di kancah internasional. (gyld2024)