Pandeglang, majalahgaharu.com- Pdt. Dr John Weol sebagai pengawas Pewarna yang sekaligus turut mengawal sejak Pewarna berdiri, siang itu juga memberikan materi pembekalan dari perspektif spiritualistas jurnalistik. Menarik dalam paparan tersebut Jhon mengajak bahwa sebagai jurnalis Nasrani sudah sepatutnya selalu menjunjung kode etik jurnalistik,.
“Saya tak enak juga kalau ada teman Pendeta atau tokoh Kristen menanyakan kok jurnalis Pewarna memuat berita yang jelek dan mengangkat bukan berdasarkan fakta yang sesungguhnya”, tukasnya ketika itu.
Karena terang Jhon Weol yang juga ketua sinode GPdI ini, ketika jurnalis Nasrani memuat berita yang membangun dan memberikan perspektif baru bagi pembaca pasti akan mendapatkan dukungan. kemudian mengenai PEWARNA sendiri Jhon merasa bangga karena bisa tumbuh dan jelas pergerakannya, seperti sudah ada 14 daerah di mana Pewarna ada.
NamunĀ tak bisa dipungkiri kalau memperluas jaringan perlu dana, untuk itu dalam waktu dekat Jhon akan menggelar malam dana .
(Persatuan Wartawan Nasrani) sebagai wadah para jurnalis Nasrani diharapkant mampu membuat tulisan bernuansa spritual kekristenan, tentu saja juga mampu membuat berita-berita terkini secara nasional, sehingga dapat memberikan kesegaran rohani kepada para pembacanya, Lukman Pandji pembina Pewarna meyakini melalui karya jurnalistik kekristenan penulis akan diberkati didalam kehidupannya.
“Dasar kita sebagai jurnalis untuk membuat karya kekristenan ada didalam Habakuk 2-2 yang meminta agar kita menuliskan akan apa yang kita lihat bahkan diukir agar orang dalam era percepatan ini bisa membacanya,” kata Lukman Panji, Coconut Island, Pandeglang, Jumat (17/1/20).
“Dan saya percaya kalau karya tulisan kekristenan kita akan dapat mengubahkan mindset pembaca dalam lingkungan kita, karena itu kan kabar baik sehingga berkat Tuhan juga akan menyertai kehidupan kita,” imbuhnya.
Pria kelahiran Bandung ini juga berharap para jurnalis kristen memiliki sikap progres yang selalu menginginkan pembaharuan, cepat tanggap pada pembaharuan dan inovatif akan menjadi jurnalis yang diperhitungkan dan bergema kepada bangsa.
“Salah satunya adalah tidak memuncul kan idealisme dalam ranah yang sebatas pengetahuan para jurnalist, Tapi selalu membuka diri, telinga dan ikhlas menerima masukan serta pandangan orang lain demi menebarkan kebersamaan dalam perbedaan,
Cepat tanggap terhadap sebuah perubahan dan pergeseran-pergeseran yang begitu cepat karena faktor perkembangan teknologi yang akan membawa manusia pada era perangkat “robotic” menjadi dinamis, progres
dan inovatif sehingga dapat diperhitungkan bukan hanya dalam kancah jurnalistik, nasional tapi menggema kepada bangsa,” terang dia.