Johan Tumanduk, SH,MM, M.Min, M.Pd.K Untuk Putus Rantai Penyebaran Corona Perlu Dibentuk Tim Invetigasi Intern GPIB

Ayo Bagikan:

Jakarta, majalahgaharu.com-Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil telah mengumumkan empat Cluster titik penyebaran Covid 19 di wilayah Jawa Barat.  Antara lain Seminar Syariah di Hotel Dharmawan Babakan Mandang Kabupaten Bogor, kedua,  Pertemuan Sidang Tahunan (PST) GPIB di Hotel Aston, berikutnyaPertemuan GBI di Lembang dan Seminar HIPMI di Karawang.

Terkait PST GPIB Hotel Aston di Bogor  yang diduga menjadi salah satu epicentrum penyebaran corona dan telah memakan korban, Johan Tumanduk SH, MM, MMin., MPd.k menyerukan perlunya dibentuk tim investigasi intern GPIB. Menurutnya,  itu penting dalam rangka memutus mata rantai penyebaran corona di Indonesia.

“Setahu saya  mereka  baru melakukan sifatnya  informatoris berupa himbauan. Seharusnya dilakukan investigasi dalam rangka  memutus mata  rantai penyebaran. Bisa bentuk mode gugus tugas terdiri dari berbagai elemen. GPIB memiliki potensi dalam hal itu. Gugus tugas ini perlu melakukan  investigasi mendalam. Ini bukan dalam rangka  menyalahkan orang tetapi untuk menyelusuri  apa yang terjadi di PST dengan makin bertambahnya  kasus  positif. Sekali  lagi investigasi penting bukan  menutup diri begitu,” tegasnya pria yang baru dipercaya  mengemban tugas  Sekretaris Umum Pengurus Yayasan UKI ini.

Lebih jauh kata Direktur Institute Conrad Supit Center ini, masalahnya adalah  kita ini harus lebih pro aktif dan cermat untuk melakukan  penanggulangan virus corona  bukan defensif dan pasif. Dengan melakukan investigasi mendetail maka   kita sudah  aktif memutus rantai.

“Saya mau mau sampaikan bahwa saya tidak asal mengangkat masalah ini ke permukaan tetapi sebelumnya  sudah melakukan penelitian,  jadi paling tidak memiliki data,” beber  eks Direktur BPK Gunung Mulia ini.

Menurut pengkotbah yang banyak diundang lintas gereja ini, sebenarnya mudah memetakan titik awal dan titik akhir penyebaran,   kalau sudah ditelusuri mendalam.  Di mulai menelusuri siapa-siapa yang terlibat dan  menjadi korban, dari PST Bogor.

Ditanya keterkaitan PST GPIB dengan penyebaran yang  sama di pertemuan GBI di  Lembang karena alm Pdt David Djakra disebut-sebut  hadir sebagai peninjau di PST, Johan Tumanduk mengaku tidak tahu soal kepastian itu. Ia belum menemukan informasi masih perlu penyelusuran lanjut. Kalau itu terkait bisa saja saat hadir di pertemuan Baranangsiang  memang dilakukan di GBI sana.

Seperti diketahui pemerintah menyebut tiga cluster,  seminar dan pertemuan di Kabupaten Bogor dan Bogor terdapat positif corona. Cluster Babakan  Mandang Hotel Dermawan, kedua Hotel Aston   (GPIB) dan GBI Baranangsiang.  “Akan saya cek apakah benar info tersebut,” tutur lulusan Fakultas Sastra UI dan FH UKI ini.

Menanggapi prokontra ibadah gereja diganti ibadah rumah yang melahirkan dua kubu saling berseberangan akibat kebijakan dan imbauan pemerintah,  melahirkan antara jemaat beriman dan berhikmat,  Johan Tumanduk meminta semua pihak agar jangan mempertentangkan iman dan hikmat.  Keduanya jangan sekali-sekali di dikotomikan.

“Begini,   hikmat itu  dari  Tuhan, iman dari Tuhan juga.  Jangan petantang-petenteng dan nekat,  sembrono. Sebaliknya jangan terlalu kuatir dan ketakutan. Analoginya seperti orang yang panik dan ketakutan adalah pegang nasi panas, nasinya di bawa ke dokter untuk diobati. Sementara ada yang nekat dan sembrono dengan mengatakan corona ciptaan Allah dan seterusnya. Kalau ada beralasan bilang Corona adalah ciptaan Allah, saya tanya  mau nggak, karena harimau ganas juga ciptaan  Allah, mau tidak tinggal  dikarengkeng dengan harimau?” Johan bertanya balik.

Kalau karena kesembronoan kita minta libatkam Tuhan dan hasil kebodohan  kita,   itu sama sekali tidak fair.  Harus melakukan dengan baik. Tuhan kasih  kita akal budi dan hikmat. Saat ini bukan main-main lagi penyebarannya sudah meluas di Indonesia khususnya Jabodetabek. Karena itu jangan anggap remeh. Kita bisa melihat bagaimana Tiongkok, Italia, Amerika juga menghadapi persoalan yang sama.

“Mungkin terlalu jauh sampai ke sana, terus terang  konsen saya adalah menyangkut soal  nyawa dan  penghentian penyebaran virus  Corona. Penyelamatan orang salah satunya dengan memilih gereja rumah. Kita semua harus bahu membahu saling menjaga dan tolong menolong agar terhindar dari penyakit virus ini.   Pandemi harus di atasi segera. Ini wabah dan tidak bisa disalahkan orang lain,” urai alumni SMA 6 Bulungan Jakarta Selatan ini.

Ditanya peran aktif dirinya menyuarakan secara vocal di media sosial terkait penanganan corona khususnya keterkaitan dengan gereja, Johan mengaku  bisa memahami kalau ada yang tidak senang dan  menyerangnya balik.

“Saya sih nggak perlu menanggapi balik, karena saya punya data. Lumayan banyak data saya miliki. Istilahnya kalau menyerang saya mari  adu data saja,  itu lebih baik. Sehingga tidak terjebak dalam polemik belaka,” tutupnya. JN/RM

Facebook Comments Box
Ayo Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

Teknologi Digital Sebagai Penopang E-Learning dan E-Office selama Pandemi Covid-19  

Fri Mar 27 , 2020
Jakarta, majalahgaharu.com- Pandemi virus corona (Covid-19) memaksa jutaan masyarakat Indonesia mengoptimalkan teknologi digital untuk melakukan pelbagai jenis pekerjaan dari rumah masing-masing, demi menjaga perputaran roda perekonomian negara. Keadaan ini harus terjadi seiring datangnya anjuran dari pemerintah agar masyarakat melakukan kegiatan seperti bekerja dan belajar dari rumah, juga beribadah di rumah. […]

You May Like