JAKARTA, MAJALAHGAHARU.COM — Masa kecil yang lucu dan indah penuh kenangan tentu saja dambaan setiap anak kecil. Apalagi dicintai, disayangi plus dimanjakan oleh orang di sekeliling, terutama keluarga pasti berkesan. Harmoni ini dapat membantu pertumbuhan seseorang terutama dalam membentuk karakter kelak hingga dewasa. Namun tidak semua orang bisa mendapatkan pengalaman seperti itu, sekalipun lahir dari keluarga berada.
Setidaknya seperti dialami Veren dari Bandung. Gadis cantik yang mirip-mirip bintang Korea ini memiliki pengalaman berbeda dari kebanyakan anak kecil lain, yang biasa tumbuh sarat dengan kasih sayang. Veren kecil terbiasa sendiri dan kurang perhatian. Akibatnya ketika tumbuh remaja sikap menyendiri berlanjut bahkan menjadikannya bersikap keras. Meski demikian Veren tetap tumbuh dengan baik tanpa terjebak dengan anak-anak yang sarat masalah. Rahasianya bisa demikian karena sejak kecil Veren terbiasa berbicara dengan Yesus meski hanya lewat gambar yang tertempel di kamar kakaknya.
“Saya berasal dari keluarga Kristen. Sejak kecil sudah ke gereja bahkan sejak kandungan ya,” tutur Veren berbagi kisah sambil tersenyum ramah. Sayangnya, kata Veren, sejak kelas satu SD sudah jarang ketemu dengan orang tua. “Ya dari pagi hingga sore jarang ketemu Ayah dan Bunda. Juga kakak-kakak saya. Hari-hari saya lalui sendiri tak ada yang bisa diajak ngomong,” kisahnya mengenang masa kecilnya yang kurang perhatian.

Apalagi, tambah Veren, ketika duduk kelas dua SD, kakak tertuanya menikah. Tiga tahun kemudian, saat duduk di kelas empat, sang kakak kedua juga menyusul menikah. Jadilah hari-hari Veren berlalu dengan kesendirian tanpa kasih sayang keluarga. Karena renggang dari keluarga maka Veren, sang gadis belia akhirnya asik dengan dunianya sendiri.
“Saking tidak adanya teman ngobrol saya ngobrol sendiri lho. Kebetulan ada foto Yesus di kamar kakak saya. Saya selalu ajak ngomong foto itu. Cerita apa saja, saat saya kesal dan senang selalu ngomong ke foto itu,” tutur Veren tersenyum mengenang masa kecil yang tidak lazim itu. Sebagai anak bungsu dari empat bersaudara, Veren terpakasa menjalaninya.
Keterpurukan Veren makin menjadi-jadi mana kala di sekolah dirinya kerap di bully teman-temannya. Sejak SD hingga SMP dirinya sering dibully karena banyak hal yang kadang tidak diketahuinya juga. “Dari kelas tiga sampai kelas enam SD tidak bisa apa-apa, tidak punya apa-apa dan seringnya di bully terus,” paparnya.