Jakarta, majalahgaharu.com – Konflik internal di tubuh GKSI (Gereja Kristen Setia Indonesia) masih belum menemukan titik temu. Berbagai cara untuk mendamaikan, formal maupun informal, masih terus dilakukan. Bahkan tim rekonsiliasi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) belum membuahkan hasil yang diharapkan dalam upaya meyakini pimpinan PGI. Tak heran bila salah satu pihak yang berseteru menganggap jangan-jangan PGI juga ‘bermain’ dengan menggantung keputusan perihal status GKSI di keanggotaan PGI.
Tim Rekonsialisasi yang digagas PGI adalah Pdt, Dr. Albertus Patty (Ketua Tim, Ketua PGI), Pdt. Dr. Bambang H. Widjaja (Anggota, Ketua PGI), Nikson Gans Lalu, MH. (Anggota, Komisi Hukum PGI), Pdt, Manuel E. Raintung, STh, MM. (Anggota, Ketua Umum PGI-W Jakarta), Pdt. Shephard Supit (Anggota, Kabid. Marturia PGI-W Jakarta) dianggap ‘tak bergigi’ untuk menyatukan GKSI. Dualisme kepemimpinan GKSI dibawah Pdt. Marjiyo S.Th dan GKSI-nya Pdt. Dr. Matheus Mangentang masih terus beradu argumen. Selama ini kehadiran dua kubu yang diundang dalam forum-forum PGI berstatus sebagai Peninjau.
Usai pelaksanaan Sidang Majelis Persidangan Lengkap (MPL) Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) yang berlangsung di Resort Safari Garden Hotel, Cisarua, Bogor pada 27-31 Januari 2019 yang disebut adanya kejadian pemukulan oleh salah satu kubu pada hari ke dua di area parkir RSGH hampir saja memunculkan polemik baru. Gerak cepat kubu Marjiyo untuk melakukan klarifikasi sebagai upaya meredam meluasnya dugaan kejadian tersebut merupakan langkah tepat menepis adanya pemberitaan yang mungkin saja ingin ‘menggoreng’ untuk kepentingan yang tidak jelas. Digelarnya konperensi pers bukan untuk melakukan pembelaan terhadap adanya dugaan kasus pemukulan, tetapi ada ucapan Sekretaris Umum PGI Pdt. Gomar Gultom di forum sidang MPL-PGI yang mengatakan bahwa menyayangkan sekali adanya gereja-gereja yang mengalami konflik internal membawa kasusnya ke ranah hukum.
Yus Selly S.Pdk (Plt. Sekum GKSI pimpinan Pdt. Marjiyo) akhirnya mengundang beberapa media Kristen untuk menjelaskan sikap GKSI terhadap PGI yang selama ini dianggap ingkar dan tidak konsisten, sepertinya PGI belum bisa memastikan kepengurusan siapa (dari dua kubu) yang berhak menjadi anggota tetap PGI. Tudingan bahwa PGI diduga turut ‘bermain’ dalam kasus ini mengemuka setelah mengamati dan mengikuti sidang-sidang, PGI hanya berjanji menuntaskannya, dan janji-janji ini tidak ada yang dibuktikan. Lain ucapan, lain pula perbuatan.
Yus Selly menyebutkan, “Kekecewaan kami tidak konsistennya PGI memperjelas status GKSI di PGI melalui janji-janji terus,” Meski Yus Selly jujur mengakui bahwa tim rekonsiiliasi telah bekerja keras dan maksimal dalam memediasi dua belah pihak. Menurut Plt Sekjen GKSI versi Marjiyo ini, ada indikasi bahwa PGI berusaha ‘cuci tangan’. “Tim Rekonsiliasi itu mereka yang bentuk. KaIau berjalan berdasarkan harapan-harapan dan janji mereka, masalahnya sudah selesai. Kami hanya ingin kejelasan status. Kalau sudah diputuskan statusnya, baru kami akan pertimbangkan apakah menerima atau melanjutkan ke ranah hukum.”
Pada Sidang MPL PGI Parapat 2016, ketika terjadi deadlock saat itu ditegaskan bahwa siapa yang datang pada pertemuan di PGI maka pengurus ini yang akan disahkan. “Sepulang dari Parapat kami selalu datang, dan ketua umum hadir. Kubu mana yang datang harusnya itu yang diakomodir, janji itu kami pegang. Kami ikuti semua janji PGI ternyata sampai Sidang MPL di Salatiga ya sama saja, janji yang sama,” gugatnya. “Yang ingkar itu siapa, dan yang inkonsisten selama ini siapa?”
Kelanjutan pertemuan dua kubu GKSI terjadi pada tanggal 5 Januari 2018. Di akhir pertemuan tim rekonsiliasi menyampaikan bahwa kesepakatan hari ini akan diputuskan dalam sidang MPL-PGI di Palopo, Sulawesi tengah. Dan lagi-lagi, apa yang dijanjikan “Sampai hari ini PGI tidak menepati apa yang dijanjikannya.” Bahkan tim rekonsiliasi berucap, siapa yang setuju untuk rekonsiliasi, dialah yang akan diakomodir oleh PGI. Ketika itu, kami dari pihak Marjiyo serentak katakana bahwa kami setuju rekonsiliasi, dan pihak MM menyatakan menolak rekonsiliasi. “Dari sini saja kalau bersikap tegas dan konsisten, PGI harusnya sudah punya keputusan mana yang diakomodir dan mana yang tidak diakomodir. Kalau sampai sekarang belum ada keputusan juga, patut kami pertanyakan ‘ada apa dengan PGI’, bukan begitu? ” jelas Yus Selly.
“Dikarenakan ada janji PGI seperti itu, tentu kami berharap,” sambung Selly. “Makanya hasil sidang MPL-PGI di Palopo hasilnya sangat mengecewakan karena tetap tidak ada kejelasan. Sekali lagi, kami tidak meragukan hasil kerja tim rekonsiliasi yang sudah bekerja dengan baik, dan mereka komitmen kuat hasilnya disampaikan ke pimpinan PGI. Kalau kemudian kami menduga bahwa pimpinan PGI yang tidak mau melaksanakan apa yang dilaporkan tim rekonsiliasi sebagai rekomendasi, jangan-jangan ada permainan di balik ini,” kritiknya tegas. Dalam konperensi pers yang digelar Yus Selly, pihaknya memberikan penawaran untuk mempertemukan FA dan MM. “Kami selalu ingin yang terbaik bagi GKSI dan FA siap bertemu dengan MM dimana saja selama 24 jam, ini masalahnya MM yang selalu menolak dengan berbagai alasan.” [RA]