Berastagi, majalahgaharu.com-Tempo 17 tahun. Bagai sulap, hanya berawal dari 12 jemaat saat Tower of Praise Church dirintis di Kabanjahe, Tanah Karo Sumut, kini telah berkembang menjadi lebih dari 1200 jemaat. Statistik yang cukup mencengangkan itu, adalah buah pelayanan Pdt. Dr. Anton Tarigan, MTh dan Ps. Winna Yusak (isteri) serta para hamba Tuhan yang Bersama-sama mereka. Sebuah kesuksesan dalam pemeliharaan Tuhan.
Mengusung visi yakni membangun jemaat yang teguh dan konsisten dalam Iman, Pengharapan dan Kasih, serta, Hidup dalam karakter Kristus, melayani dan berdampak bagi dunia, membuat Gereja Bethany Tower of Praise Church (TOPC) semakin menjadi berkat bagi jemaatnya dan dunia.
Seperti diketahui, Tower of Praise Church didirikan pada tanggal 17 Agustus 2003 oleh Pdt. Anton Tarigan bersama dengan beberapa sahabatnya di Kaban Jahe, Kabupaten Karo Sumut. Oleh kasih dan karunia Tuhan, maka Gereja yang tadinya berawal dari 12 jemaat, sekarang sudah berkembang menjadi lebih dari 1200 jemaat. Di samping itu pada tahun 2016, telah dibuka cabang gereja baru Bethany Tower of Praises di Salak Pakpak Barat dan pada tahun 2019, satu cabang di Medan. Sekarang Bethany Tower of Praise berpusat di Jalan Jamin Ginting, Kaban Jahe, Tanah Karo.
Adapun Tim Inti Tower Of Praise Church saat ini: Ps. Dr. Ir. Anton Tarigan, MTh, Ps. Winna Yusak , Ps. Emmy Daniaty Kaban, Ps. Fernando Ginting, Ps. Elisabeth, Ps. Leo Ginting, Ps. Ikin Indah Sari, Ps Jaya Ginting dan Ps. Antonius Pane
Dipakai Tuhan dengan luar biasa melayani di Tanah Karo dan umumnya Sumatera Utara tidak membuat Ps. Anton Tarigan berkutat di daerah asalnya saja. Ia terus melangkah dan ikut berperan dalam kekristenan dunia. “Semua itu hanya karena kasih dan kemurahan Tuhan bagi TOPC.”
Sukses Selenggarakan GA WEA
Nama Ps. Anton Tarigan makin mencuat saat dipercaya menjadi Ketua Panitia General Assembly World Evangelical Alliance (GA WEA) di Sentul International Convention Centre (SICC) 7-12/11/2019, Bogor yang berlangsung sukses. Perhelatan akbar bertaraf internasional menghadirkan seluruh gereja-gereja Injili Sedunia. Selain membahas mengenai 3 isu besar (Global, Generation & Gender), dalam persidangan tersebut juga ada agenda untuk melakukan pemilihan kepengurusan WEA tingkat internasional (International Council).
“Tentu saja ini kita patut bersyukur kepada Tuhan,dan berterima kasih kepada panitia yang telah bekerja keras. Sehingga para delegasi dari 92 negara, bukan hanya diberkati lewat pembicara yang melayani firman Tuhan, tetapi sikap kerendahan hati setiap panitia yang sabar melayani dengan tulus, dan melayani dengan senyum. Saya kira itu adalah firman Tuhan yang tidak disampaikan lewat pentas, tetapi disampaikan lewat kehidupan kita ketika berinteraksi selama 7 hari ini,” kata Ps. Anton Tarigan kepada wartawan 2019 lalu. Panitia, mungkin tidak punya waktu untuk tampil di Pentas, tetapi sebetulnya kami sedang berkotbah setiap hari lewat apa yang kami lakukan kepada para delegasi dari berbagai negara. Kami berdoa agar mereka membawa message itu.
“Saya sempat ditemui oleh ketua PGLII-nya Kolombia, beliau mengatakan, datanglah ke Kolombia dan ajari kami untuk menyelenggarakan event seperti ini. Saya pikir mereka tidak hanya melihat dari disiplinnya kita sebagai panitia seperti: menyiapkan makanan tepat waktu, hotel semuanya cukup. Tetapi saya kira lebih daripada itu, bahwa kita melayani dengan sepenuh hati, dengan ketulusan dan keikhlasan. Dan saya bangga dengan tim panitia yang melayani luar biasa,” papar Ps. Dr. Anton Tarigan selaku Ketua Panitia General Assembly World Evangelical Alliance penuh syukur.
Aktif Kiprah Di PGLII
Bagi Ps. Dr. Anton Tarigan bahwa PGLII sebuah lembaga yang establish di Indonesia. Terbukti sudah memiliki aturan main yang jelas dan eksis beberapa decade. Semua itu tak terlepas dari para pendirinya yang tergolong hebat, seperti Pdt. Chris Marantika, Pdt. Petrus Octavianus dan beberapa tokoh lainnya yang rata-rata sudah berkiprah di level internasional.
“Saya melihat PGLII ini sebuah lembaga yang sangat komit terhadap panggilannya, bersekutu dan memberitakan Injil”, terang jebolan salah satu perguruan tinggi Australia ini saat ditemui Selasa 2/03/20, di Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Diakuinya PGLII fokus pergerakannya dalam penginjilan dan tetap konsisten hingga kini. Terlepas orang suka atau tidak, kalau PGLII memang yaitu berjalan dalam visinya dalam ranahnya.
Berbicara Pengurus PGLII sendiri juga sangat terbuka dengan perkembangan jaman itu nampak dalam perekrutan pengurus atau struktur pengurus masa periode Pdt Ronny Mandang yang banyak mengakomodasi anak muda dalam kepengurusan. Bahkan dalam HUT nya yang diadakan di GEKARI tahun lalu, Pdt Ronny tegas mendorong bagi anak-anak muda saatnya untuk maju ke depan berkiprah dengan lebih baik dalam kiprahnya membawa PGLII agar lebih baik.
Lebih jauh menurut Anton, bahwa para senior PGLII selama ini terbukti perannya sangat bisa diterima di semua pihak. Seperti ketika ada hajatan yang dilakukan PGI Unity Of Celebration di situ Pdt Nus Reimas yang merupakan majelis pertimbangan ketua panitia. Belum lagi dalam FUKRI, PGLII sangat aktif dan bisa dikatakan menjadi perekat bagi tujuh lembaga aras dan KWI.
Berangkat dari kiprah nyata ini, Anton menegaskan bahwa PGLII di rekan sepelayaan di kancah nasional bersama dengan aras-aras lain bisa menempatkan diri. Artinya secara gerakan oikumene PGLII bisa dikatakan mumpuni, namun demikian ketika bicara perannya dalam mempersiapkan kader-kader nya ada di eksekutif maupun legislative serta berbagai Lembaga pemerintahan lainnya, masih perlu upaya yang lebih serius lagi.
“Ke depan ini tentu menjadi tugas kita bersama untuk membangun hubungan dengan pemerintah, karena bicara organisasi level nasional pengakuan dari sang pemegang otoritas itu sangat penting, sekalipun secara ekssitensi PGLII tak perlu diragukan perannya”, ungkap konsultan salah satu kedutaan ini.
Mengenai kepemimpinan ke depan jelas bahwa setiap zaman ada pemimpinnya. Soekarno hebat pada masanya, tetapi pertanyaanya apakah tepat di era saat ini? Itulah yang menjadi pertanyaan besarnya. Artinya masing-masing pemimpin itu ada eranya, demikian pula di PGLII masing-masing dari mereka sudah melakukan kepemimpinan yang hebat pada masanya dan di jalaninya dengan baik sejak Pak Octavianus hingga Pdt Ronny Mandang.
Mereka semua sudah menorehkan prestasinya tentu dengan catatan-catatan lainnya. Nah, kalau bicara ke depan siapa pemimpinnya, PGLII itu sudah punya mekanismenya yang sangat jelas dan baik yang diatur dalam AD/ART. Sistemnya sudah ada dan jelas ini juga ciri organisasi yang sudah establish.
Aktif di World Evangelical Alliance (WEA)
Sejak tahun 2020, Pdt. Dr. Ir. Anton Tarigan, MTh diminta langsung oleh Sekretaris Jenderal WEA, Bishop Efraim Tendero untuk menjadi bagian dari WEA, khususnya dalam kegerakan “Decade of Disciple Making” yang baru saja dicanangkan oleh WEA pada bulan November 2019 lalu, Ketika berlangsungnya WEA General Assembly di SICC Bogor. Pdt. Anton Tarigan, Bersama dengan tokoh injili dunia dari berbagai negara bertugas untuk merumuskan konsep pemuridan yang holistic yang selanjutnya akan menjadi acuan bagi gereja-gereja injili sedunia. Tentu saja ini merupakan sebuah kepercayaan yang sangat besar dan juga merupakan kebangga bagi Indonesia.
Kepercayaan yang besar ini, tidak terlepas dari kinerja Pdt. Anton Tarigan yang sudah disaksikan langsung oleh Sekjen WEA, sehingga beliau yakin bahwa Pdt. Anton memiliki kapasitas untuk berkiprah tidak hanya di tingkat local, nasional dan regional, tetapi juga di tingkat dunia.” Ini adalah kepercayaan dan tugas saya adalah menjaga kepercayaan itu sebaik-baiknya. Semoga ini menjadi pintu pembuka bagi PGLII dan kaum injili Indonesia untuk berkiprah di tingkat dunia melalui Lembaga WEA, dimasa-masa yang akan datang”, pungkas nya.
Tidak hanya berhenti pada memimpin Tower Of Praise church, sebagai pengurus pusat PGLII, dan memimpin Team “Decade of Disciple Making” WEA, Pdt. Anton Tarigan juga saat ini memimpin dua Lembaga Internasional di Indonesia yaitu Movement Day Indonesia, yang merupakan afiliasi dari Movement Day Internasional yang berbasis di New York Amerika Serikat. Movement Day Indonesia memiliki empat sasaran utama yaitu melalui kebenaran firman Allah, mentransformasi Bangsa khususnya dalam sektor penanganan kemiskinan, Kesehatan, lapangan kerja dan pemulihan keluarga melalui kasih Bapa. Pdt, Anton Tarigan sebagai Chairman dari Movement Day Indonesia. Sementara itu pada Lembaga Go2020 (www.go2020.world) Pdt. Anton Tarigan ditunjuk sebagai National Coordinator sejak 2019. Lembaga yang berpusat di Swiss ini mempelopori Gerakan penginjilan seluruh dunia.
“Saya hanya alat kecil yang ada ditangan Tuhan yang besar. Biarlah DIA menggunakan alat yang tiada day aini seturut kehendakNYA. Kerinduan saya Bersama istri adalah bisa melayani DIA, sang Raja diatas segala raja sampai tutup usia”, demikian Pdt. Anton Tarigan menutup wawancara dengan Gaharu.