Jakarta, MajalahGaharu.com- Politisi PDI Perjuangan yang juga Anggota DPR RI mengakui bahwa dirinya pertama mengenal Sabam Sirait dari putranya, Maruarar Sirait. Mengingat-ingat pertama ketemu Sabam Sirait terjadi tahun 1985. Zaman kuliah, karena idola waktu itu kebanyakan politisi berasal anggota DPR dari PDI seperti Bang Sabam Sirait, Aberson Sihaloho dan lainnya.
“Saya sering datang ke Jakarta. Suatu waktu Bang Sabam Sirait bicara tentang waduk Kedungombo kepada wartawan yang berkerumun mengelilinginya. Saya curi dengar, luar biasa pembelaannya pada wong cilik. Namun, saya jadi heran ketika baca berita media esoknya, jauh sekali dari apa yang dibicarakan Bang Sabam waktu itu. Mungkin situasi itu berita diedit,” kisahnya mengenang persinggungan pertama dengan pendiri PDI itu ketika tampil jadi pembicara dalam Diskusi Sabam Sirait, Kebebasan Pers dan Relevansinya Kini di Aula Press Room DPR RI, Kamis, 24 Maret 2022.
Sabam Sirait adalah orang yang memahami Res Publica yakni keadilan dan kebenaran, dengan kasih. Waktu kuliah S2 di Jerman, Andreas diajarkan politik sebagai panggilan profesi dari pandangan Max Weber. Itu sangat populer dan pegangan mahasiswa Eropa dan dunia dalam belajar politik waktu itu.
“Sekarang banyak hanya gimmick, kalau mau lihat perjalanan Pak Sabam, itu dilakukan selama perjalanan hidupnya. Tahun 2005 saat saya dilantik PAW menggantikan Novianti Nasution, Pak Sabam ddilantik juga bersamaan. Dia bilang Andre, kau jangan belajar pemimpin tapi kau harus berani belajar pengikut, itu luar biasa baru kali ini saya dengar sungguh saya resapi kata-kata it,” kata dosen ini.
Sabam Sirait mengajarkan bahwa berdemokrasi itu tidak hanya pemimpin tapi belajar jadi pengikut.
“Kalau politik itu suci. Ini tidak banyak lagi dihayati politisi-politisi sekarang, termasuk saya, tidak seperti Pak Sabam, yang menjadikan politik panggilan hidup. Seluruh hidup diberikan dan muncul dalam perilaku,” tandasnya.
Ketika Sabam Sirait interupsi di Sidang Umum MPR 1992 dia bukan untuk populer, itu luar biasa. Interupsi ini dilihat seluruh dunia, belum ada sejarahnya waktu itu berani melawan Orde Baru di DPR.
Istimewanya Sabam Sirait itu setiap diskusi dengan siapapun selalu memperlakukan semua dengan baik. Dia selalu memperjuangkan keterbukaan informasi, ini penting, tidak boleh banyak pengecualian. Ini relevansinya seperti tema judul Diskusi ini.
“Bang Sabam selalu mengingatkan itu. Waktu itu mitra pemerintah lwan berdebat kita membahas UU Keterbukaan Informasi adalah Menhukham Hamid Awaliddin dan Menkominfo Sofyan Djalil, kedua meski reformis tapi waktu itu berdebat panas. Bang Sabam bilang Andre kau yakin betul UU ini akan memberi keleluasaan untuk menulis khsusnya pers. Saya jawab ya Bang. Beliau bilang belum tentu Andre, bebas wartawan menulis. Kan ada Pemred, belum tentu bebas dari pemodal. Pokoknya selesaikan UU Keterbukaan Informasi dengan baik,” pesannya waktu itu.