Pdt.Dicky Suwarta Ketua Umum Sinode GGP Mencalokan sebagai Dewan Pengawas Mengoptimalkan Peran PGI

Ayo Bagikan:

Majalahgaharu.com Jakarta Sinode Gereja Gerakan Pantekosta (GGP) sekitar tahun 1970 menyatakan bergabung dalam Persekutuan Gereja gereja di Indonesia (PGI). Pdt Dicky Suwarta yang akrab dipanggil Dicky Yo ketua sinode Gereja Gerakan Pantekosta (GGP) menyadari penuh akan pentingnya gereja yang mengembangkan dan bersama dalam gerakan oikumenis tersebut.

Pdt. Dicky Yo mengatakan sebagai pimpinan sinode selalu mengajak kepada seluruh warga jemaat GGP untuk terus mengembangkan keaktifannya dalam gerakan oikumene dengan gereja-gereja lain. Sekalipun diakui itu tidak mudah dalam memberikan pemahaman kepada warga jemaatnya. Karena selama ini banyak yang lebih asyik bermain di internal gereja sendiri.

“Bagi warga GGP sendiri yang sudah menyadari pentingnya kebersamaan (oikumene) dalam satu gerakan dengan gereja-gereja lain masih kecil mungkin kisaran 30 persen dari seluruh jemaat GGP ini”, tandasnya serius.

Terkait keseriusan GGP dalam gerakan Oikumene sudah dibuktikan dengan bergabungnya di tiga lembaga aras atau oieumene. Namun bagi Pdt Dicky sendiri tegaskan jika PGI ini adalah wadah yang paling plural di tataran anggota gerejanya. Di mana dalam tubuh PGI sendiri ada beberapa aliran baik Calvinis, Reform, Pantekosta dan Injili dll. Artinya PGI ini bisa dikatakan lengkap secara keanggotaannya dan bicara ekumenikal sangat tepat.

Apalagi PGI ini sebuah lembaga yang secara resmi diakui keberadaannya oleh pemerintah dan dekat dengan pemerintah sehingga dengan keberadaan PGI ini bisa mempermudah pergerakan dalam pemberitaan injil ke semua kalangan. GGP sendiri sebagai gereja aliran Pantekosta mau menerima keperbedaan dan bersatu dalam pergerakan oikumene tersebut.

Pdt. Dicky Suwarta sebagai salah satu pimpinan gereja aliran Pantekosta saat ini aktif dan mendukung gerakan PGI. Selama terlibat dalam gerakan oikumene di PGI ini, akhirnya Dicky lebih mengenal tentang siapa Ketua umumnya demikian juga sekretaris umumnya. Dari apa yang dilihatnya itu lantas menilai bahwa mereka mempunyai kekuatan khusus bagaimana mengajak gereja-gereja untuk terlibat aktif dalam pergerakan oikumene, terutama mereka yang menjadi anggota PGI, karena setiap anggota PGI memiliki hak yang sama.

Selama ini Dicky merasa khususnya yang aliran pantekosta kurang begitu menonjol padahal mereka menginginkan sebagai anggota PGI harus berdampak dan turut membangun oikumne ini. Kepemimpinan PGI dalam hal ini terwakili Ketua umumnya yakni Pdt. Gomar Gultom nampak sekali sebagai pemimpin yang Oikumenis.

Berangkat dari apa yang dilihat lalu dicoba diamati lebih dalam ternyata kekayaan sebuah gereja akan lebih maksimal ketika gereja menyadari gerakan oikumenis itu. Karena melalui gerakan oikumen tersebut merupakan jawaban gereja untuk menjalankan misi besarnya.

“Kita sering terpaku dengan masalah lokal padahal bicara pergerakan injil itu saat adanya pergerakan Oikumenis tersebut dan bahasa inilah yang selalu didengungkan oleh Ketua Umum dan semua jajarannya”, tukas pria kelahiran Bandung 20 Agustus 1968 ini.

Menyadari akan pentingnya oikumenis itulah Pdt. Dicky tahun ini terpanggil untuk mencoba masuk dalam jajaran kepengurusan PGI (dewan pengawas) ke depan, niatnya itu sudah mendapat restu dengan dikeluarkannya surat rekomendasi dari sinodenya GGP. Tujuannya untuk berbuat sesuatu mengingat gerakan oikumene ini ada kekuatan yang besar sekaligus menyatukan gerakan gereja sehingga menghilangkan kotak-kotak yang ada.

Niatnya terlibat terlibat di dalam PGI sendiri karena melihat ada satu bahasa yang harus keluar bergerak dari gereja lokal. Karena ketika hanya berpikir tentang gereja lokal masalah yang ada dengan jemaat-jemaat mentok disitu saja padahal dengan adanya pergerakan oikumenis ini justru mencairkan masalah yang gereja hadapi karena dihadapi bersama-sama.

Dengan bersama dalam gerakan oikumene Pdt. Dicky menegaskan ketika ada persoalan gereja ataupun ada kerjasama dalam pemberitaan injil itu ada mitra atau tandem sehingga semakin mudah dalam mengerjakannya.

Kembali pada niatnya untuk maju menjadi dewan pengawas PGI, semata ingin berbuat lebih, jujur sebagai gereja GGP selama ini menurut Dicky kurang aktif dalam pergerakan oikumene. Untuk itulah dirinya mencoba bertanya peran apa yang bisa dilakukan untuk memperkuat gerakan oikumenis tersebut. Karena jika masing-masing gereja memiliki kemampuan lalu berkontribusi dalam pergerakan oikumene ini akan menjadi kekuatan yang hebat dan membawa dampak besar bagi bangsa dan negara.

“Saya siap menjadi salah satu pengerja di PGI sesuai dengan keahliaan yang saya miliki. Saat ini ada kekuatan finansial dimiliki PGI dan itu dibutuhkan pengawasan yang baik agar apa yang dimiliki PGI ini semakin digunakan seoptimal mungkin, tepat sasaran agar banyak membantu gereja dan umat”, ungkap Dicky yakin.

Untuk itu jika Tuhan ijinkan akan masuk di badan pengawas karena dengan pengalamannya selama ini dibidang keuangan dan kekayaan dan perbendaharaan di sinode GGP sendiri, merupakan modal yang dimiliki untuk diaplikasikan ilmu dan pengalamannya untuk kebaikan dan masa depan PGI agar lebih berdampak.

Ketika ditanyakan tentang kiprah PGI selama kurun waktu lima tahun ini, Pdt. Dicky yo melihat bahwa sebetulnya dengan kemampuan kepemimpinan ketua umum harusnya masih diberikan kesempatan kembali untuk lima tahun ke depan. Melihat prestasinya membawa PGI mengoptimalkan dalam pergerakan oikumene, namun karena ada batasan aturan sehingga tidak bisa melanjutkan lagi kepemimpinan lima tahun ke depan tentu sangat disayangkan.

Biasanya dalam kepemimpinan butuh proses waktu bagaimana menjalankan program agar berdampak sementara jangka waktu yang diberikan sangat pendek. Di mana orang bekerja itu butuh waktu periode pertama itu beru penyesuaian dan meletakan dasar-dasar kebijakan baru kemudian periode keduanya mengeksekusi program artinya untuk mengukur keberhasilan itu butuh waktu.

Namun demikian karena tidak dimungkinkan lagi ya tentu harus dicarikan pemimpin ke depan yang bisa melanjutkan dengan menyesuaikan kondisi kekinian.

Terkait dengan sistem pemilihan kepengurusan di PGI Dicky melihatnya unik di mana masing-masing pengurus dipilih terpisah, disisi lain pengurus memiliki legalitas kuat namun disisi lainnya akan sedikit mengganggu dalam tim kerja. Bagaimanapun tim itu membutuhkan kekompakan dan saling mengenal antar satu dengan yang lain artinya satu visi nah dengan dipilih sendiri-sendiri inilah membutuhkan penyesuaian yang cukup.

Sebagai ketua sinode Dicky mencoba mengusulkan ke depan dalam sidang raya nanti yaitu adanya peran yang sinergi antara PGI dan PGI Wilayah. Hematnya PGIW ini sebagai perpanjangan tangan PGI sehingga keanggotaan dari PGI W sendiri harusnya sama dengan anggota PGI. Sehingga kehadiran PGIW ini benar-benar sebagai presentasi dari PGI. Tidak seperti sekarang ini kebijakan PGI W ini berbeda lebih independen sehinga pusat tidak bisa intervensi. Diakui seperti apa format dan kebijakannnya ke depan itu yang harus diputuskan dalam sidang raya kali ini.

Terkait sidang raya PGI kali ini tahun 2024 sebagai pesta rohani untuk itu Dicky mengajak untuk semua anggota persidangan bersukacita bergembira antara satu dengan yang lain, sekalipun ada perbedaan dan kompetisi di dalamnya tetapi apapun itu menjadi sebuah kekuatan agar tetap bersatu bersama membangun PGI ke depan. Terpenting siapapun nanti yang terpilih mari kita dukung jangan berpisah dan jangan berbagi tetapi tetap kompak.

Sidang Raya di Toraja Sulawesi Selatan ini akan menjadi terobosan untuk PGI yang akan datang mengingat tahun-tahun ke depan akan semakin menghadapi berbagai persoalan. Baik banyaknya usia produktif atau usia kerja semakin bertambah dan ini perlu mendapatkan bimbingan dan arahan tersendiri. Demikian juga persoaan sosial serta tehnologi dan informasi yang semakin modern ini dibutuhkan gaya pendekatan dan kecakapan tersendiri.

Dengan kondisi tersebut Dicky berharap Ketua umum terpilih nanti mampu membekali semua pengurusnya agar bergerak satu tujuan. Kehadiran Sekretaris Umum sendiri ke depan harus menjadi motor organisasi, sehingga dibutuhkan orang yang menguasai medan bukan sekedar admistrasi tetapi mumpuni di segala bidang dan tentu bisa berkerjasama dengan ketua umumnya untuk membawa PGI lebih berdampak bagi gereja bangsa dan negara.

Facebook Comments Box
Ayo Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

Dating Palembangan Berharap PGI dengan Pimpinan Baru Turut Aktif Memberi Kotribusi Nyata Kepada Jemaat  

Wed Nov 13 , 2024
Majalahgaharu.com Toraja Sidang Raya Persekutuan Gereja Gereja Indonesia (PGI) Ke- XVIII mengangkat tema Hiduplah Sebagai Terang yang Membuahkan Kebaikan, Keadilan, dan Kebenaran.berlangsung sejak tanggal 8-13 November 2024 di Rantepao, Toraja Utara, Sulawesi Selatan. SR PGI Ke XVIII di gelar di kawasan wisata Kete Kesu yang dihadiri lima ribuan jemaat, tamu […]

You May Like