MajalahGajaru.com – Pihak Yayasan Sosial Kesehatan Kristen (Yaskrista) lewat kuasa hukumnya, Jumat (22/08) siang telah melakukan pengukuran dengan petugas BPN dan memasang spanduk peringatan di lahan Jalan Keramat Baru, Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat. Yayasan yang dinaungi Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) bahkan membawa rombongan untuk tujuan mengosongkan lahan. Kuasa hukum Yaskrista Irwan Carter dan Rekan menyampaikan bahwa Yayasan sebagai pemilik lahan akan mengadakan pengukuran lahan dan meminta dikosongkan.
Sementara kuasa hukum keluarga Haposan Siregar adik alm Tio Minar Siregar, Johni Sirait, SH, MTh meminta agar dilakukan penyelesain di pengadilan. Di sana ada ruang mediasi dan bisa dibicarakan baik-baik dengan semua pihak yang terkait. Apalagi Yaskrista yayasan Kristen yang tentu mengedepankan kasih tentu tidak boleh ada pemaksaan atau intimidasi.
“Ayo kita selesaikan baik-baik. Kalau pihak Yaskrista memberikan kompenisasi sesuai kesepakatan kepada client kami, hari itu juga akan meninggalkan lahan ini. Atau kompenisasi dititipkan di pengadilan, seperti berlaku biasa maka client akan patuh. Apapun putusan pengadilan kami akan patuh,” tegasnya.
Keluarga alm Tio Minar Siregar, selaku ahli waris, Haposan Siregar yang menempati sebagian lahan dari 5.000 persegi. Dijelaskan Haposan Siregar pihak Yaskrista tidak ada etikat baik menyelesaikan kompensasi yang sudah disepakati bersama di depan akta notaris pada tahun 2018.
“Jadi kami sudah berada di lahan ini satu tahun lebih ya dari bulan Maret tahun lalu karena dulu yang ada di sini Kakak kami alm Tio Minar Siregar kakak dari suami saya,” ungkap Sabarati Barus kepada awak media yang hadir sore itu.
Seperti diketahui Tio Minar sudah lama bekerja di lahan yayasan ini dan sampai penanggung jawab. Sebelum pindah dari Senen (tukar guling), Tio Minar sudah jadi karyawan Rumah Bersalin Dharma Kasih (di bawah naungan Yaskrista) sejak tahun 1980. Dengan berjalannya waktu tidak aktif lagi karena adanya kasus malapraktek, RB Dharma Kasih ditutup.
Karena Tio Minar Siregar sudah lama mengabdi dan menjaga lahan ini maka si pihak yayasan memberikan semacam penghargaan kompensasi kepada Tio Minar dalam bentuk tanah dari lahan ini sebesar 500 meter persegi.
“Itu dituangkan dalam akta perjanjian perdamaian yang dikeluarkan di tahun 2018. Nah setelah Tio Minar meninggal dan tidak ada keturunan maka sesuai isi perjanjian damai di Pasal 11 maka berlaku dengan ahli waris masing-masing,” bebernya.
Atas dasar itu, menempati tempat ini untuk melanjutkan mengurus lahan yang sudah diusahakan berpuluh-puluh tahun yang lalu oleh alm Tio Minar Siregar bersama Sudiyono.
“Kami merasa pihak yayasan ini betul-betul tidak punya etika baik karena sewaktu almarhum meninggal kami menunggu sebenarnya, mana pihak yayasan karena kami diserang oleh orang yang tidak berkepentingan pada 2 Juni 2024. Sampai hari ini pun tidak ada satupun pihak yayasan yang menghapus hak almarhum dan tidak ada sama sekali. Jadi kami menunggu,” kisahnya.
Haposan Siregar yang didampingi istrinya Sabarati Barus mengungkapkan pada tahun 2013-2014 sudah disomasi juga tetapi alm Tio Minar waktu itu mempertahankan haknya yang harus diberikan dulu oleh Yayasan baru bersedia meninggalkan lahan sesuai kompenisasi yang sudah disepakati bersama di depan notaris.
“Tapi sampai akhirnya Kakak kami meninggal kompensasi itu tidak dibayarkan oleh Yayasan. Kami pun sama menunggu artinya kami yang ada di sini yang diwariskan oleh almarhum itu menunggu. Kami berharap etiket baiknya dari Yayasan. Kalau sudah diberikan detik ini kami akan meninggalkan lahan. Selama ini tidak dipenuhi kami ahli waris Tio Minar akan berjuang atas haknya. Sekarang Yayasan bersama kuasa hukum dan rombongan ujug-ujug datang untuk mengosongkan ini,” tegasnya menyesalkan pendekatan yang intimidatif.
Sementara Wakil Ketua Yaskrista Jemmy Mekolensang yang juga hadir siang itu di lokasi menyarankan agar langsung meminta keterangan kepada Ketua Yaskrista Pdt. Jacklevyn Manuputty. Coba dihubungi MajalahGaharu.com lewat WA, Pdt. Manuputty menjawab bahwa Yaskrista di bawah naungan PGI.
Sementara Uliman Sihotang dari keluarga meminta agar Yaskrista mengedepankan dialog damai dalam menyelesaikan masalah ini. “Kita minta agar masalah diselesaikan baik-baik dengan dialog tidak perlu bertindak memaksa, intimidatif apalagi Yaskrista yayasan Kristen dan orang-orang didalam (pengurus) pasti mengedepankan kasih. Kita tahu Pak Jacky Manuputty, selain Ketua Yayasan Yaskrista beliau ini khan Ketua Umum PGI juga pasti mengendepankan kemanusian dan kebaikan,” ujarnya.