Jakarta- Majalah Gaharu Program Studi Sarjana Terapan Fisioterapi Fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia (UKI) melaksanakan workshop terapi manual pada tulang belakang leher, punggung dan tulang rusuk pada tubuh manusia atau orthopedic manual physical therapy for cervical and thoraric spine and ribcage. Kegiatan dilakukan dari tanggal 3 – 5 Februari 2023 di Ruang Lab Multi lantai 3 Prodi Fisioterapi UKI, Jakarta.
“Dengan mengikuti pelatihan orthopedic manual physical therapy for cervical and thoraric spine and ribcage, peserta dapat mengetahui perkembangan terkini bagaimana cara pemeriksaan dan melakukan terapi terhadap pasien yang memiliki gangguan pada leher, tulang punggung dan tulang rusuk,” ujar Dekan Fakultas Vokasi UKI, Dr. Maksimus Bisa Ladopurab, SKM., SSt. Ft., M.Fis, saat membuka kegiatan.
Maksimus menjelaskan pelatihan ini merupakan kerja sama antara Institute for Physical Therapy Advancement (IPTA) dari Florida, US dengan Program Studi Fisioterapi Fakultas Vokasi UKI. Kerja sama yang sudah berjalan dari tahun 2019 ini merupakan implementasi Tridarma Perguruan Tinggi, terutama di bidang pengajaran. UKI berkomitmen untuk menyelenggarakan peningkatan kompetensi sebagai wujud Life Continuous Professional Education bagi Fisioterapis di Indonesia.
Workshop mendatangkan instruktur, Andrei J. Altavas, PT, DSc, MS, FAAOMPT yang merupakan fisioterapis professional dari Florida, US., yang juga fisioterapis spesialis orthopedi dan Fellow of American Academy of Orthopedic Manual Physical Therapy. Sampai saat ini, Andrei J. Altavas juga masih melakukan praktik professional di NCH Healthcare System Florida, US.
“Diharapkan fisioterapis memiliki sertifikasi kompetensi (lisensi) untuk melakukan terapi manual dengan sentuhan tangan. Kemampuan terapis dengan menggunakan dasar keilmuan dan sentuhan tangan secara manual dapat memperbaiki problematik gangguan gerak dan fungsi tubuh pasien agar wellness. Tidak hanya fit tapi juga harus bugar, artinya dengan kebugaran optimal, kita masih mampu melakukan kegiatan lain disamping kegiatan/aktivitas rutin dengan tidak menimbulkan kelelahan yang bermakna,” ujar Doktor Maksimus.
Ketua Program Studi Fisioterapi Fakultas Vokasi UKI, Lucky Anggiat Panjaitan, S.Tr.Ft., M.Physio, menjelaskan peserta dari pelatihan ini adalah fisioterapis professional. “Beberapa bekerja di Rumah sakit swasta dan negeri, juga dibeberapa klinik di Bekasi, Jakarta, Tangerang bahkan ada yang dari Gorontalo dan Bali. Dan ada beberapa dosen pengajar dari Universitas di Bali,”ujar Lucky Panjaitan.
Pelatihan berstandar internasional ini diadakan karena kebutuhan peningkatan kompetensi fisioterapis di Indonesia semakin meningkat, terutama di bidang terapi manual. Fisioterapis menguasai teknik terapi manual yang diajarkan di kampus, namun perlu ditingkatkan keahliannya agar semakin terampil.
“Selama tiga hari, peserta mendapatkan ilmu untuk pemeriksaan, diagnosis, dan intervensi terapi manual kepada pasien. Dalam pelatihan ini juga fisioterapis akan dilatih menentukan diagnosis dengan lebih detail dan presisi agar terapi yang diberikan tepat sasaran pada kondisi pasien,” tutur Lucky.
Program ini adalah bagian dari satu program Certificate in Orthopedic Manual Physical Therapy (C-OMPT) dan peserta mendapatkan sertifikat kehadiran dari Ikatan Fisioterapi Indonesia dengan 4 SKP (Satuan Kredit Poin), serta Sertifikat dari IPTA.
Dukungan dari Ikatan Fisioterapi Indonesia
Sekretaris Jenderal Ikatan Fisioterapi Indonesia, Muh. Irfan., S.Ft., SKM., M.Fis, mendukung sepenuhnya workshop orthopedic manual physical therapy for cervical and thoraric spine and ribcage.
“Kami sangat mendukung Prodi Fisioterapi Fakultas Vokasi UKI dan berharap hasil dari pelatihan ini peserta memiliki kualifikasi manual therapy yang bagus. Peserta berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Setelah selesai mengikuti pelatihan workshop ini, fisioterapis memiliki kompetensi terapi manual yang mumpuni dan menginformasikan pengetahuannya ke rekan fisioterapi lainnya sehingga pelayanan fisioterapi di rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan yang lain menjadi berkualitas,” ujar Muh.Irfan.
Salah satu rencana Ikatan Fisioterapi Indonesia adalah bersama-sama perguruan tinggi akan melaksanakan program school screening. “Aktivitas ini erat dengan aktivitas penelitian. Dengan mengambil data anak-anak sekolah di Indonesia, lalu hasil pengolahan datanya diberikan kepada pemerintah untuk mengambil kebijakan tertentu, terutama tentang kesehatan anak yang berhubungan dengan fisioterapi dan fisik,” Muh Irfan menjelaskan.
Salah satu data yang bisa diambil adalah tentang derajat kelengkungan tulang belakang. “Anak dengan aktivitas belajar dapat mempengaruhi tulang belakang dan bisa dideteksi dengan screening khusus. Jika tidak ada screening nanti tiba-tiba ada keluhan. Contoh kasusnya adalah skoliosis, masyarakat jarang mendeteksi adanya gejala karena tidak terlihat. Padahal sudah bisa dideteksi sejak dini, salah satunya derajat kelengkungan di luar standar normal dari usianya,” pungkas Muh. Irfan.