Majalahgaharu Semarang “Kebenaran Allah berlawanan terhadap kebenaran manusia. Oleh sebab itu kebenaran Allah jangan diukur dengan kebenaran manusia, kemudian manusia dapat mendekati kebenaran Allah. Kebenaran Allah adalah Injil keselamatan yang diproklamasikan kepada semua manusia melalui Yesus Kristus sebagai kasih Allah yang universal. Kebenaran Allah adalah kebenaran yang direncanakan, dipilih, dituntun, ditanggung dan digenapi oleh Allah.” Demikian yang diungkap oleh Rev. Kim Jim Moo, D.Min pada seminar Hamba Tuhan di Ungaran Jawa Tengah. Seminar dengan tajuk Khotbah Berdasarkan pada Sejarah Keselamatan itu diadakan di STT Kanaan Nusantara 14-16 Agustus 2023 ini, diikuti oleh ratusan para pendeta, guru sekolah dan aktivis gereja.
“Kebenaran Allah adalah ‘kebenaran’ yang menjadikan manusia yang jatuh dalam dosa sebagai anak-Nya melalui penebusan Kristus, oleh sebab itu manusia harus merespon terhadap kebenaran Allah itu hanya dengan percaya,” lanjut Kim Jim Moo yang adalah pastor pada gereja Joongshin di Gwacheon-si, Gyeonggi-do, Korea Selatan ini. “Persyaratan pengkhotbah adalah pengalaman segala misteri sejarah keselamatan sejarah keselamatan Allah yang terjadi di dalam Yesus Kristus. Kalau terlepas dari hal tersebut sebagai rangka Sejarah Penebusan, khotbah menjadi seperti pidato moral. Segala firman Allah di dalam alkitab tidak hanya mengajarkan moral dan perubahan kehidupan manusia,” begitu urai Kim Jim Moo yang adalah Gembala Jemaat gereja Joongshin ini . Pelajaran-pelajaran Kim Jim Moo mengalir lancar dari sessi ke sessi berdasarkan penggalian Surat Roma yang ditulis oleh Rasul Paulus.
Menemukan Raja yang Sesungguhnya
Kim Kwang Ja, Ph.D dalam seminar tersebut memberikan materi bagaimana mempelajari alkitab khususnya Perjanjian Lama dengan asyik. Menurut Kim Kwang Ja, seseorang bisa lebih asyik membaca alkitab jika orang tersebut dapat memahami bahwa alkitab Perjanjian Lama khususnya ini ditulis oleh 40 orang dalam kurun waktu 1600 tahun dan berkisah pada satu tema yakni, menemukan raja yang sesungguhnya.
“Sebenarnya Alkitab adalah sebuah ‘cerita’. Seperti drama, film, musikal, yang mengandung cerita. Kita manusia hidup dalam lautan cerita. Drama, film apa pun menceritakan tentang seseorang dan juga orang-orang yang mendengarnya. Asyik menonton dan mendengar dengan kata ‘Wah-astaga-bisa seperti ini-oh begitu,” demikian urai Kim Kwang Ja yang adalah ibu Gembala Jemaat gereja Joongshin ini.
Kemudian Kim Kwang Ja juga mendemonstraikan bagaimana memahami dan mengingat kitab Perjanjian Lama, mulai dari kitab-kitab Taurat, kitab-kitab sejarah, kitab-kitab puisi dan kitab-kitab nubuatan para nabi dengan alur cerita yang mudah. “Pada akhirnya, kita akan menemukan bahwa cerita utama kitab Perjanjian Lama adalah tentang raja yang sesungguhnya yang adalah Mesias dalam diri Yesus Kristus.” Demikian Kim Kwang Ja.
Kesaksian Hadapi Stres dalam Pekerjaan
Ji Eun, seorang anggota gereja Joongshin yang ikut dalam rombongan ini hadir dalam acara seminar dan memberi kesaksian. Menurut yang ia kisahkan, ibu 3 orang anak ini pernah mengalami stres dalam pekerjaannya. Ia bekerja di sebuah pekerjaan bidangTeknik dan Informatika. Di dalam pekerjaannya itu, dia mendapat tanggung jawab-tanggung jawab yang sulit yang harus ia kerjakan. Meski ia sudah bekerja dengan sungguh-sungguh dan jujur, tetapi atasannya tidak menyukainya dan mencoba mengusirnya tanpa alasan. Merasa sangat tertekan, maka dia hanya beriman bahwa Tuhan Yesus ia yakini akan bekerja untuk kebaikannya dalam situasi yang buruk ini. Ia mengaku bahwa setiap ibadah dan kelompok sel yang ia ikuti di gerejanya ini selalu memberi kekuatan kepadanya.
Di Korea Selatan, katanya biasa jika pekerja pada akhir tahun mengajukan kenaikan gaji bagi dirinya sendiri. Tiba-tiba dia mendapat telpon dari bos perusahaan itu yang memiliki kedudukan sangat tinggi. Atasan yang membencinya diturunkan dari jabatannya. Atasannya yang menginginkan dia keluar malah diberhentikan dari pekerjaannya. Ji Eun sendiri dipertahankan pekerjaannya dan gajinya naik dua kali lipat di perusahan tempat ia bekerja itu.
Bukan Meniadakan tetapi Menyempurnakan
Seorang peserta seminar, Daniel Juliana merasa wawasannya diperbarui, khususnya pemahamannya tentang hukum Taurat dan kedatangan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus hadir tidak mengubah hukum taurat, melainkan menyempurnakannya.
“Keselamatan dimulai dari orang Yahudi, Tuhan Yesus tidak mengubah hukum Taurat, tetapi menyempurnakannya.” Demikian tandas Daniel Juliana yang sehari-hari menjadi staf LPMI Semarang ini. (Suyito Basuki)