Pdt Dr Mulyadi Solaeman Ingatkan Gereja dan Hamba Tuhan Bahaya Politik Transaksional

Pdt Mulyadi Politik transaksional
Ayo Bagikan:

Majalahgaharu.com Jakarta Terkait situasi politik saat ini banyak pihak yang berselancar untuk meraup keuntungan dalam situasi ini, tanpa memperhitungkan posisinya, entah itu rakyat jelata, aktivis dan para pendeta atau kaum rohaniawan.

Melihat realitas semacam ini pertanyaan yang mengemuka di mana posisi gereja dan hamba Tuhan bersikap dan bertindak menyikapi tahun politik yang akan sangat menentukan kepemimpinan lima tahun ke depan.

Pendeta Mulyadi Soleman mantan Ketua Sinode GSPDI dan saat ini menjadi Anggota MPR di aras Persekutuan Gereja Pentakosta Indonesia (PGPI) ini mengatakan bahwa gereja melihat politik sejak zaman dulu itu menjadi bagian dari kegiatan gereja. Sayangnya istilah politik itu acapkali di konotasikan negative. Konotasi itulah yang akhirnya membuat tabu kalau gereja dan politik harus terpisahkan bahkan diajuhi sebagian orang Kristen.

Padahal lanjut Pak Mul begitu disapa, gereja harus memainkan peran penting di tahun politik ini dengan cara melakukan pendampingan pada jemaat yang akan maju dalam ranah politik. Gereja harusnya memberikan pembekalan tentang moral dan etika berpolitik bagi jemaat yang masuk dalam politik praktis tersebut.

Gereja juga harus mendorong mereka yang masuk pelayanan di bidang politik dengan memberikan ruang untuk diskusi serta memberikan pembekalan kepada mereka dengan penuh kasih dalam segala kegiatan politik. Artinya gereja harus menyiapkan mereka untuk menjadi wakil rakyat dan pemimpin dengan nilai-nilai kristiani.

Terkait hubungan politik dan agama itu sendiri Pdt. Mulyadi mengatakan bahwa politik membutuhkan agama untuk legitimasinya, demikian pula agama untuk membutuhkan politik untuk penyebaran agamanya. Jadi hubungan politik dan agama bersifat simbiotik. Persoalannya ketika ada masalah ada politisasi agama untuk kepentingan-kepentingan yang negative, biarlah gereja dan umat tetap menjunjung tinggi nilai-nilai agama yang universal seperti kasih,perdamaian keadilan, persaudaraan dan persatuan sebagai bangsa.

“Jangan terjebak dalam retorika yang memecah belah tetapi hendaknya menekankan pentingnya gotong royong dan kebersamaan sebagai bangsa Indonesia yang sudah bertahan selama 78 tahun ini”, tandas gembala jemaat GSPDI House of Filadelfia Belezza Permata Hijau Jakarta Selatan ini

Kemudian bicara kreteria calon pemimpin, Mulyadi mengatakan bahwa gereja tidak memberikan kreteria khusus bagi calon legeslatif, namun gereja mengharapkan para caleg yang terpilih memiliki integritas dan komitmen untuk melayani masyarakat, memiliki kejujuran serta memiliki prinsip-prinsip moral yang kuat serta membawa nilai kristiani. Sehingga mereka bisa menjadi terang dan garam di manapun Tuhan tempatkan.

Tugas gereja dan hamba Tuhan yang memberikan pengertian dan penyadaran kepada umat akan bahayanya politik transaksional. Umat memilih dengan hati Nurani,memilih pemimpin yang memiliki integritas , memiliki visi yang jelas dan berkomitmen memajukan kesejahteraan Masyarakat. Gereja harus mampu memberikan arahan akan dampak negative akan politik transaksional ini

Terkait pemilihan presiden sebagai umat percaya meyakini bahwa Tuhanlah yang menetapkan pemimpin siapapun dia, apakah menurut kita baik atau tidak baik tetapi Tuhan bisa merubah yang tidak baik menjadi baik. Adapaun Upaya yang bisa dilakukan para tokoh agama dengan memberikan saran kepada umat agar memilih presiden yang memiliki integritas memiliki visi yang kuat untuk membangun Indonesia. Tak kalah pentingnya presiden yang memiliki komitmen melayani Masyarakat dengan adil dan menjauhkan diri dari hal hal yang sangat sensitive seperti korupsi.

Sebagai hamba Tuhan dan umat perlu mendoakan agar presiden yang terpilih adalah presiden yang dikehendaki Tuhan. Lalu kita juga harapkan capres yang memilki integritas tentu, kepimpinan yang kuat dan penglaman yang relevan dan mampu mempersatukan rakyat dan melayani semua golongan, tetap mempertahankan NKRI yang berbhineka tungga ika, pncasila sebagai ideolgo serta UUD 45.

Tentang adanya kampanye di rumah ibadah, pendeta Mulyadi berharap kampanye tidak dilakukan di rumah ibadah, walaupun UU memperbolehkan. Karena jangan lupa setanpun bisa menggunakan cara memecah belah. Dengan adanya berbedaan dan kemampuan mengolah kata dari para juru kampanye, dari masing-masing pihak dan inilah yang  seringkali mengacaubalaukan pendapat atau pikiran jemaat.

Faktor inilah mengapa sebaiknya tidak dipakai untuk kampanye. Sementara biaalah tugas jemaat mendoakan para caleg para calon presiden dan biarlah kasih karunia dan kehendak Tuhan yang jadi di Tengah bangs aini.

Dalam kesempatan ini Pdt. Mulyadi Solaeman mengahadapi tahun politik ini berharap pemilu bisa berlangsung jujur dan adil dalam suasana yang kondusif, sehingga betu-betul menjadi pesta demokrasi yang menyatukan bangsa yang besar ini dan memilih orang atau anak bangsa yang terbaik. Berharap juga Tuhan hadir di bangsa ini pada waktu pemilu yang akan datang, sehingga ada damai Sejahtera, pungkasnya.

Facebook Comments Box
Ayo Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

Hakim Ad Hoc Hubungan Industrial Dikukuhkan Sebagai Doktor Hukum dari UKI

Fri Sep 29 , 2023
Majalahgaharu.com, Jakarta- Program Studi Doktor Hukum pada Program Pascasarjana Universitas Kristen Indonesia (UKI) kembali mengukuhkan doktor di bidang hukum. Gelar doktor hukum diberikan kepada Hakim Ad Hoc Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Bandung, Promovendus Raden Yosari Helenanto, S.H., M.H, usai menjalani Ujian Terbuka Sidang Promosi Doktor di gedung Program Pascasarjana […]

You May Like