Majalahgaharu.com Jakarta Potensi masyarakat Madura sebagai pekerja dan pengusaha yang gigih, ulet dan tangguh merupakan dasar untuk membangun ekonomi Indonesia yang sedang terpuruk dan dilanda badai menuju kehancuran. Warung kelontong Madura yang sempat tranding topik memanas beberapa waktu lalu, karena dianggap meresahkan, toh tidak terbukti, karena hanya menjadi alasan untuk meredam persaingan dengan toko swalayan justru yang bermodal besar.
Kegigihan dan ketangguhan warga masyarakat Madura bekerja dan membuka peluang usaha untuk bersaing secara terbuka yang disemangati oleh model pasar bebas, toh mempunyai efek yang signifikan untuk mempekerjakan sejumlah orang untuk tidak menganggur dan ikut berdesakan memperebutkan kesempatan kerja yang memang sangat terbatas dan tidak mampu disediakan oleh pemerintah dengan mendorong berbagai bentuk usaha yang sifatnya mampu menyerap tenaga kerja secara massal.
Sikap mandiri dan kegigihan wirausaha suku bangsa Madura sungguh dapat ditauladani dalam membangun usaha sendiri dan menciptakan pekerjaan yang tidak banyak diminati banyak orang. Sehingga imfaknya dapat dirasakan secara tidak langsung oleh suku bangsa Indonesia yang lain — yang cenderung bergantung pada pekerjaan formal — baik di pemerintah maupun di wilayah perusahaan swasta.
Kehadiran warga masyarakat Madura di perantauan, dominan menekuni bidang usaha kuliner, baik yang dijajakan dengan cara berkeliling, maupun menempati sebuah kios atau membuat rumah makan khas Madura. Seperti sate ayam dan sate kambing hingga gulai ayam dan gulai kambing, termasuk soto khas Madura yang telah memiliki trade mark populer dan menjadi unggulan di suatu tempat atau wilayah, hingga menjadi kudapan favorit bagi banyak warga sekitarnya.
Menu khas sajian pedagang kuliner asal Madura, tampaknya semakin mengiringi popularitas menu sajian rumah makan Padang yang memiliki varian menunya yang khas dan permanen. Sehingga para pelanggan mendapat semacam garansi untuk memenuhi selera santapannya, kapan pun waktunya selalu tersedia.
Sebagai pengusaha besi bekas, orang Madura telah menjadi garda terdepan dalam pengelolaan bidang usaha yang nyaris tidak menarik untuk ditekuni oleh banyak orang. Boleh dikata, hampir di semua tempat dan kota-kota besar, pengusaha besi bekas dipelopori dan didominasi oleh warga masyarakat Madura.
Kegigihan warga masyarakat Madura dalam pekerjaan dan membangun usaha telah dibuktikan dalam beragam bentuk dan jenisnya. Seperti kuliner, warung kelontong yang dibuka selama 24 jam non stop hingga besi bekas untuk didaur ulang atau dimanfaatkan untuk keperluan lain hingga menjadi relatif murah dan memberi banyak manfaat guna memenuhi kebutuhan dan keperluan dalam upaya membangun bangunan baru yang diinginkan.
Kehadiran warga masyarakat Madura yang energik serta memiliki elan vital perjuangan yang tangguh, pasti masih dapat disinergikan lebih besar lagi untuk ikut membangun bangsa dan Negera Indonesia yang tengah terpuruk dan mengalami kesulitan ekonomi yang cukup parah pada akhir belakangan ini. Setidaknya sejak Covid-19 melantak dan melabrak segenap segi kehidupan bangsa Indonesia. Karena itu, kehadiran warga masyarakat Madura dalam keikutsertaan menata dan membangun bangsa dan negara Indonesia — utamanya dalam bidang pekerjaan dan usaha, sangat diharap memberi nilai tambah untuk dapat ikut meredakan kondisi ekonomi Indonesia dalam tataran global yang tengah memburuk.
Karena itu, peran serta warga masyarakat Madura dalam upaya membangun bangsa dan negara Indonesia dapat terus dimaksimalkan agar dapat ikut meredakan kondisi ekonomi yang semakin memburuk, sebagai gejala global yang tengah melanda dunia agar dapat segera pulih guna menyongsong masa depan yang lebih baik, lebih sejahtera dan lebih meningkatkan kualitas bangsa dan negara Indonesia di masa mendatang.
Oleh : Jacob Ereste
Penulis adalah wartawan sinior dan praktisi sosial politik
Merdeka Barat, 23 September 2024