Lenis Kogoya Melihat dan Mendengar dengan Hati dan Bangun Dalam Kasih Untuk Papua

Ayo Bagikan:

JAKARTA, MAJALAHGAHARU.COM — Perbincangan hangat penuh keakraban sangat terasa ketika GAHARU berjumpa dengan tokoh Papua yang satu ini, Lenis Kogoya pria yang mengaku asli koteka karena asal dari gunung  Kabupaten  Lani Jaya, Papua ini merasa  bangga karena diberi kepercayaan orang nomer satu di republik ini yakni presiden Joko Widodo. “Saya Papua tetapi saat ini bisa masuk istana sekaitan tugas sebagai staf khusus Presiden,” ujarnya tersenyum.  Hal itu disampaikan untuk menjawab pandangan bahwa orang Papua tidak bisa berkarya selain di Papua sendiri. 

Lenis Kogoya tentu saja posisinya sebagai staf khusus presiden merupakan prestasi  cemerlang di mana awalnya hanya sebagai Ketua Lembaga Masyarakat Adat Papua, peran yang  diembannya sejak 2009 silam. Sebagi staf khusus presiden  untuk Papua ketika ditanya tanggapan anggota Komnas HAM asli Papua yang menganggap kunjungan presiden ke Papua tidak perlu, Lenis dengan bijak mengatakan bahwa itu wajar-wajar saja sebagai pendapat dia, namun itu bukan pendapatnya orang Papua, tetapi pendapat orang Papua yang di tinggal di Jakarta, sindirinya tersenyum. Jadi itu pendapat pribadi bukan mewakili orang Papua.

Menurut pria bercambang dan murah senyum ini, mengatakan bahwa orang Papua tak pernah kritik siapapun yang berkunjung ke Papua. Baginya berbicara membangun Papua itu bangun dengan hati, sekalipun orang asli Papua tetapi tidak membangun dengan hati itu menurutnya bukan orang Papua. Tetapi orang Jawa, Batak, Bugis, Thionghoa  datang ke Papua tetapi membangun Papua  dengan hati itulah orang Papua. Prinsipnya membangun Papua itu melihat, mendengar dengan hati dan bangun dengan kasih. Tentu ini selaras dengan ajaran  Tuhan tentang kasih yang tanpa membedakan hitam, putih atau coklat.

LENIS TURUN KE DAERAH PAPUA

 

Mediasi duduk bersama mencari Solusi

Demikian pula negara ini dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu, pun dengan pendiri-pendiri bangsa ini bahwa NKRI itu sudah final. Maka kembali persoalan Papua harus membangun dengan kasih. Dan ini sudah dilakukan presiden mulai saat kampanye hingga sekarang, dan menurutnya masalah keamanan di Papua itu tanggung jawab kepala suku. kondisi apapun di Papua termasuk kelompok-kelompok kekerasan di matanya hingga sekarang tidak ada kekerasan kalaupun ada itu lebih persoalan kriminalitas seperti yang terjadi di wilayah-wilayah lain di NKRI bukan masalah ideologi. Hingga kini yang namanya OPM itu tak bergejolak.

Memang agar pihak keamanan yang dikirimkan ke Papua itu harus dilengkapi dengan pendidikan khusus agar tak terjadi persoalan di lapangan khususnya saat bertugas ke Papua. Maksudnya pendidikan khusus bagi TNI/Polri itu sebelum diberangkatkan perlu diberikan pembinaan secara rohani artinya agar membangun dengan kasih tadi. Makanya kalau ada masalah keamanan di Papua jangan langsung ditembak, tetapi diajak duduk bersama dan ditanya apa masalahnya. Menurutnya penembakan  bukan jalan keluar  tetapi bersama mencari solusinya. “Saya selalu melakukan penyelesaian masalah kekerasan di Papua dengan mediasi tanpa menyombongkan diri sudah banyak yang teratasi, “tegasnya serius.

Jadi apa yang perlu dilakukan adalah dialog, dan Lenis mengaku bahwa kunjungan-kunjungan presiden yang lalu kurang memasukan agenda dialog, untuk itu kedepan Lenis akan memasukan agenda dialog tersebut untuk kunjungan presiden berikutnya. Hematnya dengan dialog itu keluhan dan permasalahan pembangunan akan disalurkan langsung ke presiden selama dialog tersebut. Namun dialog yang dilakukan bukan forum politik tetapi dialog tentang pembangunan, kesehatan, pendidikan, ekonomi dan kesejahteraan.

Ada pandangan orang Papua sendri yang mengatakan bahwa orang Papua tidak pernah dilibatkan, tetapi mungkin itu dulu sekarang tidak, seperti contohnya dirinya sebagai orang Papua masuk Istana, ada yang juga jadi menteri dan hampir 200-an anak Papua masuk dalam kementerian. Disini berarti keterlibatan orang Papua di Indonesia sudah ada. Jadi tak ada lagi alasan bagi orang Papua untuk ditinggalkan. Belum lagi saat upacara kemerdekaan di istana orang Papua ikut juga masuk dalam meramaikan HUT kemerdekaan. Makanya diperlukan dialog untuk orang Papua agar memahami keberadaan orang Papua kalaupun ada kekurangan itulah yang perlu dievaluasi dan diperbaiki ke depan.

Perhatian tentang kesetaraan sudah dibuktikan pemerintah dengan menyamakan harga BBM di mana harga bensin di Papua sama dengan daerah lainya. Belum lagi harga kebutuhan pokok juga sama harganya antara Papua dan Jawa serta daerah lainnya. Dengan kebijakan seperti itu tidak ada lagi perbedaan dengan satu harga. Kemudian berbicara pendidikan memang ini menjadi kendala banyak guru yang tak bertahan apalagi di pedalaman, beruntung ada program Indonesia cerdas yang di gagas pendeta Shepard Supit ini sangat membantu sekali dan perlu didukung.

Kemudian berkaitan tugas dari ayah empat anak ini bahwa sebagai staf khusus bukan saja mengurus Papua tetapi juga keseluruhan nusantara dari Sabang sampai Merauke, seperti program e-warungnya bersama kemensos. Program E- warung ini sudah ada di Malang dan daerah lainnya dengan harga murah tentu diperuntukkan masyarakat miskin atau tidak mampu yang memiliki kartu miskin dari kemensos dengan batas belanja per hari Rp. 200 ribu. Dengan E-Warung ini sangat membantu masyarakat yang tidak mampu, dan mereka semangatnya luar biasa merespon program E-Warung ini.

LENIS MENDAMPINGI PRESIDEN JOKO WIDODO

Untuk Papua Lenis menggunakan kartu I Love Papua bekerjasama dengan salah satu Bank, disini fungsinya sama  untuk alat transaksi belanja. Kartu ini ada dua umum bisa dipakai dimana saja dan khusus untuk masyarakat miskin warna merah putih. Program kartu I Love Papua bekerjasama dengan Bulog, Kemensos dan BNI.

Menjawab adanya beberapa negara yang mengungkit untuk membawa masalah  HAM Papua ke PBB, Lenis berujar saat ini bukan saatnya mencari siapa yang salah siapa yang benar, terus bukan lagi jamannya saling menyalahkan. Dan saat ini harusnya berbicara bagaimana Papua ke depan yang selama ini ada harapan bagaimana keterlibatan orang Papua agar memiliki hak yang sama serta  pembangunan wilayah ujung timur di Papua, toh saat ini sudah pemerintah lakukan. Demikian pula dengan pendidikan anak-anak Papua saat ini sudah ada seribu hingga dua ribu anak diajak keluar Papua agar mendapat pendidikan yang terbaik, ini sudah juga dilakukan. Belum lagi berapa anak Papua yang disekolahkan ke luar negeri. Lenis yakin bahwa lima hingga sepuluh tahun ke depan anak Papua akan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi hingga rasa nasionalisme akan terbangun. Karena SDM-nya sudah siap untuk kembali membangun Papua dan bangsa ini. Untuk itu jangan dipengaruhi masalah-masalah HAM untuk di bawa ke PPB itu lebih baik stop saja.

Akan lebih baik bagi masyarakat Papua tidak saling menyalahkan dengan tetap focus ke depan merdeka dari kebodohan dan keterbelakangan, jadi merdeka dari pendidikan, merdeka dari kesehatan serta merdeka untuk kesejahteraan. “Berikan waktu kami untuk bekerja dan memperbaiki dengan lima tahun ini janganlah menganggu,” pungkasnya berharap. Dengan demikian niscaya dengen keseriusan pemerintah di bawh presiden Jokowi Papua akan lebih baik ke depan.

 

 

Facebook Comments Box
Ayo Bagikan:

One thought on “Lenis Kogoya Melihat dan Mendengar dengan Hati dan Bangun Dalam Kasih Untuk Papua

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

Taufik Damas Pluralisme menghadapi Ujian

Sat Jan 14 , 2017
JAKARTA, MAJALAHGAHARU.COM — Taufik Damas tokoh intelektual muda NU ini ketika dihubungi majalahgaharu.com berkaitan dengan kondisi pluralisme bangsa ini mengatakan “Saya kira ada sebagian orang yang saat ini sedang mengalami ujian yang sangat lumayan”, bebernya ketika itu. Artinya memang ada sebagian orang yang belum memahami benar makna pluralisme itu, dan […]

You May Like