SALATIGA MAJALAHGAHARU – Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifudin mengatakan agama tidak mungkin berkonflik karena pada dasarnya agama mengajarkan bagaimana memanusiakan manusia.
‘Semua agama pada dasarnya mengajarkan cinta dan kasih bukan fanatisme hingga bersikap intoleran’ kata Lukman dalam kata sambutannya dalam acara pembukaan sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) di gedung Balairung Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), jalan Diponegoro, Salatiga, Jawa Tengah, Jumat (27/01/2017) petang.
Menurut Menag, agama kerap kali dipakai sebagai landasan untuk mencapai kekuasaan. Oleh karenannya, terkait situasi kondisi bangsa saat ini yang menciptakan konflik antar sesama anak bangsa atas nama agama, sesungguhnya bagian dari upaya kepentingan politik guna mencari dukungan memanfaatkan kelompok fanatisme agama.
‘Selain untuk kepentingan politik seseorang atau kelompok, agama juga dipakai sebagai landasan untuk kepentingan ekonomi’ ungkapnya.
Lebih jauh dijelaskan Lukman, tidak ada agama satu pun agama yang pemahamannya tunggal, masing-masing memiliki pemahaman yang variatif. Dia mencontohkan bagaimana situasi di negara-negara yang ada di Timur Tengah yang memaksakan pemahaman agamannya sendiri berakibat negara tersebut porak poranda oleh perang saudara.
‘Mari kita tanamkan solideritas sesama anak bangsa. Bagaimana menyikapi perbedaan adalah hal penting yang perlu ditanamkan,’ imbaunya.
Lukman yang didaulat membuka secara resmi sidang MPL PGI tersebut mengajak gereja untuk bagaimana kembali dan mengedepankan substansi dari agama tersebut. Dia juga mengapresiasi dan berterimakasih kepada gereja dan umat kristiani yang telah memberikan kontribusi bagi misi kementerian agama.
‘Saya niatkan datang ke sini guna berkesempatan mengucapkan secara langsung mengucapkan ini. Gereja juga ikut menjaga, merawat dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan bangsa kita yang majemuk dan pluralis, solideritas sesama anak bangsa,’ katanya.
Lukman juga merasa prihatin terhadap sikap masyarakat memperlakukan media sosial. Menurutnya, banyak informasi tidak benar (hoax) dianggap sebagai pembenaran menebar kebencian dan fitnah, dia juga menyayangkan sikap masyarakat yang memiliki pemahaman baik menyebarkan berita atau informasi hoax tersebut.
‘Di grup Whatsapps (WA) ya saya miliki saja ada orang yang menyebarkan informasi hoax meski maksudnya meminta klarifikasi. Sebaiknya jangan malah disebarkan,’ imbaunya.
Untuk itu, kata dia, berharap para penyuluh agama untuk mengingatkan umatnya untuk bijak dalam menerima informasi dan untuk tidak bersikap fanatis, menciptakan rasa solideritas sesama anak bangsa.
‘Saya berharap dalam sidang MPL PGI ini menghasilkan program rill berkualitas bukan formalitas seperti yang dianjurkan Presiden bahwa program kerja itu harus benar-benar rill sesuai dengan kebutuhan masyarakat,’ tandasnya. (ARP)