Indramayu, Majalahgaharu.com. Ditengah kunjungan kasih Persatuan wartawan Nasrani Indonesia ke Indramayu sepanjang perjalanan menuju lokasi sebuah Gereja Kristen Pasundan Blok Rehobot Indramayu disuguhi hamparan sawah mengering dengan padi yang layu dan kering, penasaran akan kondisi sawah dengan padi yang seperti itu maka jiwa wartawanpun ingin bertanya.
Arya Darma yang juga ketua Majelis jemaat GKP Tamiyang menytakan bahwa semua itu akibat diserang virus misterius, petani di Indramayu, Jawa Barat mengalami kerugian, dimana hasil panen sawah mereka tidak mencapai target yang diharapkan. Akibat kondisi tersebut, sekarang ini warga beralih menanam Semangka. Adapun buah Semangka yang mereka tanam hasilnya berbentuk seperti Timun Suri, warnanya merah dan rasanya manis sekali. “Sekali panen bisa 15 Ton,” kata Arya Darma (52 Tahun), warga blok Rehoboth, desa Jaya Mulya, Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat,
Terkait panen padi yang merugi, menurut Arya, biasanya para petani, dengan luas sawah 1 batu atau sama dengan 7.000 meter persegi, bisa menghasilkan padi sebanyak 3 sampai 4 ton sekali panen, namun kali ini hanya menghasilkan padi 8 kwintal saja.
“Tanaman padi kami di sawah tumbuh tidak bisa meninggi yang menurut seorang insinyur pertanian lulusan IPB yang saya kenal, akibat virus yang dia tidak ketahui jenis dan sumber atau penyebabnya,” kata Arya di halaman gereja GKP Tangiyang, Kamis (17/08/2017).
Dikatakan Arya, virus yang menyerang sawah warga di seluruh Kabupaten Indramayu adalah virus yang tidak pernah ada sebelumnya. “Insinyur IPB tersebut, yang tinggal ngak jauh dari rumah saya itu telah meneliti dan mengatakan bahwa dia pun tidak pernah kenal dengan virus tersebut dan tidak tahu darimana datangnya,” tambahnya lagi.
Yang paling menderita kerugian panen, lanjut dia, adalah sawah di wilayah Kecamatan Bangas, Banjatan dan Kandang Huni yang hanya menghasilkan panen 1-2 Kwintal padi per 1 batu luas sawah.
Arya pun berharap agar pemerintah daerah setempat memberi perhatian dan mencarikan solusi dan penyebabnya. “Ya Pemda khan bisa meminta bantuan ke pusat, ke Kementerian Pertanian misalnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang darimana sumber adanya virus tersebut,” harapnya.
Saat ini, kata Arya, warga di Indramayu, khususnya di desanya tengah menanam Jagung dan Semangka. “Sekali panen semangka bisa 15 ton,” tambahnya.
Diketahui, umumnya pertanian di Indramayu adalah sawah tadah hujan. Tidak ada irigasi atau sumber air lain yang bisa diandalkan untuk mengairi sawah mereka. “Saat ini warga mengandalkan air tanah untuk pertanian mereka,” tutur Arya. (ARP)
“Diketahui, umumnya pertanian di Indramayu adalah sawah tadah hujan”
Pernyataan tersebut adalah informasi yang salah, karena tahun 2016 saja 85% lahan sawah Indramayu adalah sawah irigasi, sedangkan hanya 15% nya adalah sawah tadah hujan. Permasalahan terkait pengairan pertanian di Indramayu bukan didominasi oleh tidak adanya irigasi, tapi irigasi yang telah dibuatkan, tidak dirawat dengan baik oleh petani, sehingga terjadi pendangkalan, penyumbatan oleh sampah, dll. Selain itu, yang membuatnya lebih parah lagi adalah dengan pemangkasan anggaran dari pemerintah pusat pada tahun 2016, baik untuk perbaikan irigasi, maupun pembangunan irigasi baru, dari 56 M menjadi hanya 8 M saja, juga menjadi masalah, karena dari total 400 titik irigasi yang sudah direncanakan akan dibangun ataupun diperbaiki, menjadi terhambat atau bahkan dibatalkan.
Selain itu, virus yang menyerang juga bukan virus misterius, adalah virus tungro yang menyerang tanaman pertanian di Indramayu, karena faktor hama wereng yang sudah menyerang tanaman sejak masa tanam. Hal tersebut harusnya bisa dicegah sejak awal. Gagal panen tersebut disebabkan kurang sigapnya petugas dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam memprediksi dan menangani permasalahan terkait hama sejak dini.
INDRAMAYU (CT) – Dana Alokasi Khusus (DAK) pada sektor pertanian Kabupaten Indramayu mengalami penurunan drastis, ini terlihat pada APBD 2016, yang sebelumnya DAK untuk pertanian sebesar Rp. 56 milyar menjadi sekitar Rp. 8,3 milyar.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu , Firman Muntako menilai dengan adanya penurunan drastis pada DAK tersebut, Kabupaten Indramayu merasa kurang diperhatikan dan diperlakukan tidak adil oleh pemerintah pusat.
Menurut dia, kebijakan pemerintah pusat tidak seiring dengan dukungan anggaran terhadap Pemkab Indramayu yang memiliki luas lahan pertanian yang besar. Dia pun mengaku tidak mendapat penjelasan dari pemerintah pusat mengapa terjadi penurunan DAK begitu drastis.
“Saya kan bingung, ini DAK malah diturunkan. Saya lapor ke ibu (bupati) bahwa saya hanya dapat segini (Rp 8,3 miliar), saya juga enggak tahu, enggak ngerti,” tuturnya, Selasa (17/11).
Dia memandang diturunkannya nilai DAK ini tidak berbanding lurus dengan tuntutan pusat perihal peningkatan produksi padi. “Pemerintah pusat ini apa maksudnya? Saya lihat pemerintah pusat tidak mendukung. Minta dinaikkan produksi, tapi perbaikan infrastruktur irigasi tidak dipenuhi,” keluhnya.
Padahal, ungkap Firman, Kabupaten Indramayu memiliki lahan sawah paling luas se-Jawa Barat. Bahkan, luas lahan pertanian Indramayu lebih luas ketimbang Provinsi Bali, Riau, dan Jambi. “Provinsi Bali kan habis, tapi pusat tidak sungguh-sungguh memperbaiki infrastruktur meski tahu petani Indramayu menjerit, DAK-nya malah jatuh,” ujarnya.
Selain itu, Firman menilai, rendahnya DAK ini berbanding terbalik dengan arahan dari Kementerian Pertanian bahwa indeks luas baku dan sasaran produksi yang menjadi acuan besaran DAK. Jika kedua hal tersebut menjadi acuan, semestinya Kabupaten Indramayu mendapat lebih besar dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten tetangga, seperti Cirebon, Majalengka, dan Subang yang luas lahannya di bawah Indramayu.
Dengan DAK sebesar Rp. 8,3 miliar, Firman mengkalkulasikan, jika dibuat embung saja yang pembuatannya Rp. 2 miliar per unit, itu hanya cukup untuk empat titik. Padahal, pihaknya sudah menyiapkan persyaratan pembuatan 40 embung, sedangkan kabupaten lain belum siap.
Berdasarkan informasi internal dari biro perencanaan Kementerian Pertanian, kata Firman, mereka tidak pernah dilibatkan dalam penyusunan anggaran DAK. “Yang menyusun itu Kementerian Keuangan, sedangkan kementerian tidak dilibatkan,” katanya.
Disinggung mengenai dampak menurunnya DAK tahun ini, Firman mengaku sulit menjamin peningkatan produksi seperti yang diharapkan pusat. Dia menyebutkan, target musim 2015-2016 sama dengan musim sebelumnya, yaitu 1,7 juta ton.
Dengan minimnya perolehan DAK, Firman mengaku berat untuk mencapai target tersebut. Seperti diketahui, target produksi padi 2014-2015 minus 400.000 ton dari target 1,7 juta ton karena El-Nino dan penggenangan Waduk Jatigede. (Dwi Ayu)
source: http://indramayu.cirebontrust.com/anggaran-dak-2016-sektor-pertanian-di-indramayu-menurun.html