,
Jakarta, majalahgaharu.com. Sekitar 13 hari lagi, Pemilihan Umum Legislatif 2019 dan Pemilihan Presiden 2019 akan di gelar serentak di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, semua warga Negara yang sudah berusia 17 tahun dan sudah menikah di pastikan untuk menyampaikan hak politiknya di Tempat Pemungutan Suara, tidak terkecuali umat Kristiani, juga memiliki hak dan kewajiban untuk menentukan pilihannya ke para peserta pemilu ( calon Legislatif : DPRD DKI Jakarta, DPD RI dan DPR RI) serta juga memilih dua pasangan Presiden-Wakil Presiden, namun demikian pesta demokrasi ini, memunculkan fenomena memprihatinkan, membingungkan, menakutkan dan bahkan di indikasikan di kalangan umat Kristiani, terjadi intervensi politik dari hirarki maupun Pimpinan Jemaah terhadap kedaulatan hak politik umat, akibatnya gereja mulai terseret dan terjebak dalam politik praktis, demikian di katakan Yohanes Amos Manurung (25) ketua Perhimpunan Generasi Milineal Kristiani Indonesia ( PGMKI) kepada pers, saat di temui di sekitar Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 4/3/2019.
“Gereja bukan suatu institusi politik. Namun, tidak dapat dihindari bahwa peran dan kehadiran Gereja memiliki muatan politis. Yang perlu diketahui ialah tugas gereja dalam bidang politik ada dalam tatanan moral dan iman, artinya Politik Gereja bukan dukung mendukung caleg ataupun pasalon Presiden-Wakil Presiden, ini berbahaya.”ucap Yohanes Amos Manurung.
Menurutnya, Generasi Milineal sekarang ini yang juga merupakan anggota Gereja, memandang bahwa hirarki, pimpinan jemaah atau siapapun yang di percaya umat/jemaat sebagai pejabat, maupun pengurus Gereja, baik di umat Kristen Protestan atau Pantekosta dan juga Katolik, janganlah melibatkan diri ke dalam politik praktis dengan membawa nama gereja ini gereja itu, mendukung caleg ini caleg itu, mendukung pasalon capres-cawapres ini pasalon capres cawapres itu, karena jika sudah melibatkan diri baik langsung ataupun tidak langsung, dapat menyebabkan umat bingung, umat ketakutan dan lebih parah lagi terjadi polarisasi, ini yang tidak kami inginkan.
“Oleh karena itu, hasil pembicaraan kami dengan teman-teman dari kalangan generasi milineal dari gereja Protestan, Pantekosta, Adven dan juga dari gereja Katolik, kami berkumpul tanpa membawa nama dari gereja ini itu, kami secara individu sepakat untuk melakukan aksi menyelamatkan gereja dari upaya pihak-pihak yang ingin menjebak Gereja larut dan hayut ke dalam politik praktis.”ungkap Yohanes Amos Manurung ( 25) yang juga mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta Barat.
Adapun aksi damai ini, bukanlah aksi politik, melainkan aksi moral untuk menyelamatkan kemartabatan gereja yang di saat menjelang Pemilu Legislatif dan Pilpres 2019 mendatang, dijadikan klaim lumbung suara politik bagi peserta pemilu, yang di duga melibatkan hirarki ataupun pimpinan jemaat, padahal sesungguhnya Gereja harus berada di tengah-tengah, netral dan tidak berpihak pada kepentingan politik siapapun.
“ya, Minggu Depan, kami akan gelar Aksi Bela Gereja yang melibatkan generasi Milineal dari kalangan warga Kristiani, dengan aksi ini, kita ingin Gereja Netral, dan bersih dari anasir anasir pencari kekuasaan baik di legislative maupu di Eksekutif, kami sebagai generasi milineal terpanggil untuk menyelamatkan gereja,”tandasnya.
Yohanes Amos Manurung juga menambahkan bahwa aksi Bela Gereja ini rencananya akan di gelar di PGI, KWI dan Dubes Apostolik Vatikan di Indonesia, mereka akan menyampaikan aspirasi agar PGI dan KWI menindak tegas oknum klerus, oknum awam dan juga oknum pimpinan jemaah yang memanfaatkan gereja untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan politik pribadi caleg ataupun dari pihak pasangan Capres-Cawapres.
“Ya, kami juga sampaikan aspirasi tersebut, kami punya datanya, agar mereka ini diberikan sanksi tegas non aktif sebagai penggembala umat atau jemaat, jangan sampai gara-gara mereka, Gereja larut dan hanyut dalam politik praktis, dan akhirnya Gereja di tenggelamkan oleh kepentingan politik pragmatis kekuasaan, intinya Aksi Bela Gereja untuk Pancasila, untuk Persatuan, Perdamaian dan untuk Bebaskan gereja dari anasir pencari kekuasan,tentunya Aksi ini juga untuk sukseskan Pemilu 2019 dan Pilpres 2019 yang langsung umum bebas rahasia jujur dan adil”pungkasnya.
Hal senada juga di katakan Yosepha Indriani Waraow (24) kaum muda di kalangan gereja Pantekosta di Jakarta Selatan, menurutnya, ia juga memandang bahwa saat ini kondisi umat di gereja sudah nampak fenomena terpolarisasi, dan parahnya ada indikasi Kaum Gembalanya ( pendeta/Pengurus Gereja) juga ikut-ikutan untuk mengarahkan domba-dombanya atau jemaatnya ke suatu kepentingan politik sesuai selera kaum gembala tersebut, sehingga tidak ada kebebasan jemaah menyampaikan hak politiknya di Pemilihan Legislatif dan Pilpres 2019 mendatang.
“Ya, Situasinya jelang Pileg & Pilpres 2019, jemaah sudah tidak berdaulat atas hak politiknya, ini yang kita kuatirkan dapat mengakibatkan Gereja terbelah, Gereja dapat dilecehkan, TerindikasiGereja di perjual-belikan suara jemaatnya ke para pencari kekuasaan, kami sebagai generasi muda, yang juga sebagai generasi penerus gereja, Tidak menginginkan hal itu terjadi, secara pribadi kami punya hak dan kewajiban untuk menyelamatkan gereja, karena itu kami bersama teman-teman akan ikut Aksi Bela Gereja gabung bersama teman-teman dari Perhimpunan Generasi Milineal Kristiani Indonesia,”ucap Yosepha Indriani Waraow (24) kepada pers, saat di temui di kawasan Jakarta Selatan, Rabu, 3/3/2019.