Jakarta, majalahgaharu.com- Perbedaan adalah kehendak yang telah ditentukan oleh Tuhan. Namun bukan berarti perbedaan dapat dijadikan alasan untuk menyakiti sesama. Maka diperlukan sebuah ruang dialog untuk membangun sebuah pemahaman bahwa ajaran agama apapun tidak memberi ruang untuk kekerasan yang mengatasnamakan Tuhan di muka bumi, melainkan mendorong setiap umatnya untuk mengedepankan nilai kasih, khususnya terhadap sesama umat manusia.
Nilai-nilai perdamaian itulah yang kemudian kembali digaungkan oleh Universal Peace Federation (UPF) Indonesia dalam rangka memperingati perhelatan ke-10 World Interfaith Harmony Week, atau yang lebih dikenal sebagai Pekan Kerukunan Antar Agama Dunia.
Dalam sebuah dialog kerukunan yang dilaksanakan di UPF Center, Jakarta, pada Sabtu (07/03/2020), lembaga yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat itu menghadirkan sejumlah perwakilan umat beragama yang ada di Indonesia, di antaranya Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Kong Hu Cu dan Sikh.
Acara dimulai dengan “Pesan Antar Keyakinan” yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal UPF Asia-Pasifik, Mrs. Ursula McLackland. Dalam sambutannya, Ursula turut mengemukakan secara singkat mengenai upaya dan kegiatan UPF dalam merawat toleransi dan perdamaian di dunia.
Dalam kesempatan itu dirinya juga mengajak sejumlah perwakilan yang hadir untuk bersama-sama meramu kegiatan yang bersifat mempopulerkan nilai-nilai perdamaian di Indonesia.
Ursula McLackland juga menyempatkan diri untuk berbincang dengan beberapa jurnalis yang bertugas. Menurutnya Indonesia sangat beruntung memiliki Pancasila. Secara khusus Ursula mengungkapkan kekagumannya kepada Sila Pertama Pancasila, di mana landasan ideologi negara itu menempatkan nilai keyakinan terhadap Tuhan di posisi tertinggi.
Fakta itu, lanjutnya, berbeda jauh dengan keberadaan masyarakat Eropa saat ini di mana banyak orang sudah meninggalkan konsep keyakinan terhadap Tuhan. “Masyarakat Indonesia beruntung memiliki Pancasila, khususnya ‘Believe in God’. Pertahankan!” ujar perempuan berkewarganegaraan Jerman, itu, menyemangati.
Rangkaian acara dilanjutkan dengan pesan-pesan perdamaian dari para tokoh yang hadir, dipandu oleh dosen Character Building dari Universitas Bina Nusantara, Dr. Petrus Lakonawa.
Kesempatan pertama diberikan kepada Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Dr. Ali Mochtar Ngabalin M.Si. Dalam sambutannya Ngabalin mengemukakan sebuah pesan universal tentang kasih terhadap sesama.
“Tuhan memang mentakdirkan kita harus berbeda-beda. Tuhan yang punya mau. Tuhan yang punya mau untuk menurunkan Zabur, Taurat, Injil dan Al-Quran. Tetapi Tuhan menitipkan satu pesan, “Hanya kasih Tuhan-lah yang mempertemukan kita,” ungkapnya disambut tepuk tangan.
Ngabalin lanjut berkata bahwa penting bagi sebuah bangsa yang majemuk seperti Indonesia untuk terus memperbincangkan konsep perdamaian.
“Ketika kita bicara tentang kasih, maka gugurlah semua (perbedaan) itu. Itulah sebabnya kenapa kita harus berkumpul di sini dan kenapa kita harus bicara tentang sebuah perdamaian, dan konsep ini adalah konsep yang tidak mungkin bisa ditolak oleh siapapun’,” ujarnya lagi.
Yang ikut menjadi penekanan Ngabalin adalah Indonesia mengharuskan setiap warga negaranya untuk hidup bersendikan nilai agama. Namun, fakta tersebut tidak boleh menjadi sebuah alasan bagi lahirnya kekerasan yang mengatasnamakan suatu agama.
“Di negeri ini tidak boleh ada orang yang hidup tanpa beragama. Dia harus hidup beragama. Dan yang kedua, tidak boleh ada orang yang membuat, melakukan kekerasan atas nama agama. Tidak, tidak boleh,” tegasnya.
Menurutnya Indonesia telah diberkati dengan keindahan dan kekayaan alam yang luar biasa. Namun yang turut menjadi identitas dari bangsa Indonesia yang majemuk ini adalah semangat persatuannya.
“Tuhan mentakdirkan ‘patahan surga’ yang sengaja dijatuhkan ke benua Asia, seperti di Indonesia, untuk kita hidup damai dan tenteram. Karena itulah berkali-kali kita selalu berteriak tentang kenapa ‘Unity in Diversity’ itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah kebesaran kita bersama,” ungkap pria kelahiran Fak Fak, 25 Desember 1968, itu.
Wakil Ketua UPF Indonesia Prof. Dr. Payaman. J. Simanjuntak menjelaskan kepada wartawan bahwa kegiatan di sore itu merupakan langkah yang efektif dalam mendukung komunikasi antar umat beragama di Indonesia.
“Jadi bahwa dengan acara seperti ini merupakan pertemuan dari pimpinan antar agama, dan itu sangat bagus, dan itu akan membangun komunikasi antar pimpinan-pimpinan agama,” paparnya.
Bicara dalam kerangka kerukunan, mantan pimpinan lembaga Zending HKBP ini kemudian memberikan pemaparannya soal prinsip perdamaian yang bersumber dari ajaran kasih, yang turut pula dikenal di dalam ajaran agama lainnya.
“Jadi seperti tadi dijelaskan bahwa agama Islam ada beberapa prinsipnya, ada beberapa dogmanya. Tetapi mereka tetap bersumber kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dan intinya juga adalah untuk saling mengasihi. Jadi ajaran Kristen juga seperti itu, bahwa kita memuja Tuhan Yang Maha Kuasa pencipta langit dan bumi dengan segala isinya. Dan wujud dari penciptaan Allah itu adalah mengasihi manusia melalui kematian Tuhan Yesus di kayu salib. Jadi intinya adalah juga Hukum Kasih, yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan jiwa, dan mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri,” urai Payaman.
Payaman Simanjuntak juga berharap, pertemuan seperti itu akan makin mendekat sesama pemeluk agama dan keyakinan di Indonesia. Menurutnya UPF Indonesia akan terus berupaya merawat semangat toleransi dan perdamaian, melalui sejumlah program yang telah mereka rancang ke depan.
“Antara lain akan ada nanti pertemuan antar kelompok, tetapi kelompok profesi. Jadi seperti yang sudah dibangun di sini, yaitu asosiasi dari anggota parlemen dari berbagai lintas agama. Dan nanti akan ada juga interreligious for peace and development,” pungkasnya.
World Interfaith Harmony Week atau Pekan Kerukunan Antar Agama Dunia pertama kali digagas oleh Raja Abdullah II dari Yordania melalui Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang dihelat pada 23 September 2010. Usulan itu kemudian diterima baik oleh PBB. Penyelenggaraannya jatuh pada tanggal 1 hingga 7 Februari, setiap tahunnya. Di tahun 2020 ini UPF Indonesia mengangkat tema ‘Interfaith Harmony in the Spirit of Binneka Tunggal Ika’.