Jakarta, MajalahGaharu.com – Berbicara kiprah Sabam Sirait dalam politik tidak terlepas masa-masa Orde Baru. Pada saat itu luar biasa dinamika dan represifnya penguasa Orde Baru. Apalagi pandangan NKRI, Pancasila dan demokrasi, pandangan dengan Presiden Soeharto sedikit berbeda. Demikian diungkapkan Bambang Harimurti ketika menjadi narasumber di Diskusi Sabam Sirait, Kebebasan Pers dan Relevansinya Kini di Press Room DPR RI Senayan, Kamis, 24 Maret 2022.
“Pak Sabam mengajarkan politisi itu mencari kompromi, tapi kalau bicara prinsip tak bisa diubah. Ia memilih berjuang di dalam. Waktu itu Pak Sabam ditangkap terkait dengan penolakan TMII dan dia “difinah” karena bilang tentara kelompok pasif. Tapi saya kira benar juga sih. Mungkin tidak bilang semua tapi oknum tentara,” ungkap Bambang Harimurti.
Ketika Sabam Sirait bicara politik itu suci, mantan petinggi TEMPO ini mengatakan sangat senang. Sebab orang muda sekarang merasa bahwa politik itu kotor. Dengan politik suci, seperti diajarkan Sabam Sirait, kita bisa mengusir penjajah, mengisi dan membangun Indonesia.
Meski demikan tetap ada batas, kalau sudah berusaha segala macam kompromi tidak tercapai, dia memilih menghormati pandangan yang banyak itu.
Memang tadinya masa fusi partai, Sabam Sirait mau partai agama sendiri, sayangnya Parkindo dan Katolik tidak terpenuhi, sehingga bergabung nasionalis.
“Ketika PDI di bawah Soerjadi konflik, dibuktikannya, kalau sudah bicara prinsip Sabam Sirait tidak kompromi, dia keukuh mendukung Megawati Soekarnoputri tapi ia tetap berjuang sesuai konstitusi,” beber mantan Anggota Dewan Pers ini.
Di akhir perjuangan, Sabam Sirait telah mempersiapkan penerusnya, Bung Ara. Menarik, Sabam Sirait terkenal displin dan dulu banyak Komite Displin.
“Selamat Jalan Bang Sabam Sirait, politisi tiga jaman. Yang mengajarkan kita berpolitik dengan beradab. Berbeda berdebat itu terhormat. Kalau sekarang debat nyerang pribadi. Sabam Sirait politisi negarawan beradab, ia kerab berdebat di panggung atau mimbar tapi setelah itu tetap teman minum,” kata pendiri Koran Tempo ini.
Sosok Sabam Sirait adalah keteladan luar biasa, dekat PKS dan urusan Palestina, kita harus tanya apakah Andreas Pariera apa berani sertia dia? Kalau itu kemaslahatan bangsa kita dukung. Para wartawan harus terus mengawasi wakil kita (DPR) agar bisa mencontoh Bang Sabam Sirait dalam berpolitik. Bila penting, sebaiknya dibuat patung kecil dengan model Sabam Sirait, jadikan Sabam Sirait Award untuk keberanian. Penghargaan itu diberikan tiap tahun untuk anggota DPR.
“Kalau mendukung Sabam Sirait jadi Pahlawan nasional, ya saya yakin kita semua di sini pasti mendukung dan memang layaklah ya,” tukas wartawan senior ini.
Sabam Sirait sering beda pendapat, tapi ya sering kalah suara. Contoh terkait pembubaran komunis dia setuju harus sesuai UU.