Tilas Perayaan HUT Kemerdekaan RI Ke 77 Tahun Masih Membekas

Ayo Bagikan:

Jakarta majalahgaharu.com Perayaan Hari Ulang tahun Kemerdekaan Indonesia ke 77 tahun 2022 ini terasa berbeda. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, Nampak semangat dan antusias masyarakat begitu membuncah. Tiap gang terdengar doa dan dzikir yang syahdu melantunkan permohonan keselamatan bagi bangsa dan negara tercinta.

Kibaran sang saka merah putih serta umbul-umbul beraneka warna berkibar di birunya langit angkasa. Sebagai anak bangsa melihat tingkah anak bangsa yang begitu gempita menyambut HUT RI yang ke 77 sangat membanggakan rasa di dada.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Menandakan bangsa ini bangkit dari penjajahan Jepang dan Belanda serta sekutunya.

Euforia rakyat Indonesia saat menyambut kemerdekaan itu sangat besar dalam sejarah jelas digambarkan bagaimana sikap rakyat dalam menyambut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Selain itu masyarakat juga memberikan semangat untuk melakukan perlawanan untuk mengusir penjajah di berbagai daerah. Sikap bagai mana rakyat berjibaku mempertahankan kemerdekaan yang sudah diproklamirkan tersebut tergambar di beberapa daerah seperti,  insiden bendera di mana orang Belanda mengibarkan bendera Merah Putih Biru di atap hotel.

Kemudian rakyat Surabaya menyerbu hotel, menurunkan dan merobek warna biru pada bendera tersebut untuk dikibarkan Bendera Merah Putih. Di kota Semarang peristiwa pertempuran melawan pasukan Jepang dihadapi oleh TKR dan laskar pejuang lainnya yang berlangsung selama 5 hari.

Dalam pertempuran tersebut ribuan pemuda gugur dan dibuat Tugu Muda untuk menghargai jasa para pahlawan Bangsa.

Demikian pula di Kalimantan Menegakkan hak-hak kemerdekaan dengan mengibarkan Bendera Merah Putih dengan memakai lencana Merah Putih. Meski di larang oleh sekutu, rakyat Kalimantan enggak menghiraukannya.

Menteri Keuangan RI ibu Sri Mulyani saat berjoget bersama Farel prayoga ‘tak saing-saingke’

Mereka berkumpul kurang lebih sebanyak 8.000 orang yang membawa Bendera Merah Putih di depan markas sekutu pada 14 November 1945 di Balikpapan.

Rakyat Indonesia pada saat itu secara langsung dan spontan membentuk Commite van Actie atau Komite van Aksi. Komite ini didirikan oleh Sukarni dan Adam Malik pada tanggal 2 September 1945. Komite van Aksi berisi utusan laskar perjuangan yang terdiri dari berbagai organisasi, seperti Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan Rakyat Indonesia (BARA), dan Barisan Buruh Indonesia (BBI).

Maka sudah selayaknya jika kemerdekaan itu terus harus dijaga, jangan sampai negara yang sudah diperjuangakan dengan tetesan darah dan air mata ini akhirnya hanya mau diakui satu kelompok saja kemudian mau merubahnya menjadi satu warna dengan mengganti dasar negara Pancasila.

Semarak Perayaan Kemerdekaan Meriah

Kembali pada perayaan HUT kemerdekaan ke 77 tahun, rakyat dari berbagai elemen menyambutnya dengan gegap gempita. Seperti apa yang dilakukan kelompok bikers yang tergabung dalam wadah BFCI mereka merayakan dengan mengibarkan bedera merah putih di kawasan Jakarta Pusat, dilanjutkan dengan konvoi motor gede serta mobil antic.

Demikian pula di pinggiran Jakarta, kawasan Lenteng Agung Jakarta Selatan masyarakat mengelar doa lintas agama di sebuah lapangan terbuka, pun Depok Jawa Barat masyarakatnya hampir setiap gang menggelar doa dan selamatan.

Tak kalah juga bagi masyarakat pedesaan tepatnya di desa Ngrumpuk, Sendang Karanggede, Boyolali masyarakat menggelar festival dengan memakai gaya fashion yang unik,  dilanjutkan dengan karnaval yang malam hari sebelumnya di gelar malam tirakatan.

Menurut salah satu aktivis media suasana ini didorong karena beberapa tahun belakangan terkena pandemic. Suasana setelah teratasi pandemic membuat masyarakat mengucap syukur, rasanya bak keluar dari kerangkeng penjajahan,karena saat pandemic melanda masyarakat tidak bisa berkegiatan keluar rumah.

Terlepas dari itu semua bahwa perayaan HUT yang meriah, tak dipungkiri adanya suasana bathin yang menindasnya. Dikarenakan adanya gelombang gerakan transnasional yang akan membawa Indonesia ke arah satu warna dengan adanya gerakan yang berupaya  menggantikan ideology, gerakan ini sangat menyengat aromanya.

Padahal jika dilihat bagaimana proses kemerdekaan jelas bukan hanya hasil perjuangan dari satu kelompok tetapi semua masyarakat lintas agama, suku dan golongan dengan bahu membahu demi terbentuknya negara kesatuan republic Indonesia.

Maka kalau perayaan kemerdekaan tahun ini sangat membekas tilasnya, bisa dimaklumi rakyat bangkit kembali ke identitas bangsa seperti kibarkan merah putih yang melibatkan ribuan pemotor salah satu buktinya.

Gelaran budaya bangsa seperti gereja Kathedral Jakarta yang menggelar wayang kulit semalam suntuk bukti dari rasa syukur atas negeri tercinta. Dan yang paling seru saat upacara bendera di istana negara gegap gempita karena penyanyi cilik Farel Prayoga dari Banyuwangi Jawa Timur, diundang untuk menyanyi di depan para tamu undangan yang hadir.

Dengan kepiawaiannya bernyanyi, seluruh yang hadir saat upacara bendera  mereka turut berdendang bersama. Mungkin baru kali ini suasana upacara bendera di mana para tamu undangan dari pejabat hingga pengunjung menari dan berjoged bersama. Sehingga suasana yang biasanya sakral dan penuh keheningan seketika berubah menjadi pesta kegembiraan.

Sekalipun sikap pemerintah terutama presiden yang menghadirkan Farel melantunkan tembang “ojo dibanding-bandingke” ini juga menuai protes dari beberapa pihak, antaranya Pasha Ungu yang mengkritisi lebih pada sikap menyayangkan anak-anak yang melantunkan tembang dewasa. Menurut Pasha karena kekurangan lagu untuk anak-anak.

Demikian juga kritik datang dari ekonom Rizal Ramli yang mengatakan suasana upacara bendera kok dijadikan ketoprak seperti yang dilansir dari pikiranrakyat.com.

Namun tak sedikit para pejabat yang merasa surprise dengan kedatangan penyanyi di upacara bendera seperti yang ditulis menteri Keuangan Sri Mulyani

“Farel Prayoga penyanyi cilik dari Banyuwangi menyanyikan lagu “Wong Ko Ngene Kok Dibanding-bandingke” – lagu berbahasa Jawa. (menuliskan lirik lagu Ojo dibandingke). Itu lirik lagunya yang membuat saya dan Bu Menlu @retno_marsudi dan bu Menaker @idafauziyahnu dan pak Menhan @prabowo joget di halaman Istana. Belum pernah terjadi sebelumnya,” tulis Sri Mulyani.

Oleh Yusuf Mujiono aktivis media

 

 

 

 

 

Facebook Comments Box
Ayo Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

Jacob Ereste : Laku Spiritual Sebagai Salah Satu Cara Mendekatkan Diri Kepada Tuhan

Mon Aug 29 , 2022
Jakarta majalahgaharu.com Laku spiritual dan jalan sufi itu adalah upaya untuk selalu mendekat kepada Tuhan. Hingga niat dan perilaku senantiasa pada Tuhan dengan mentaati anjuran dan tuntunannya seperti yang tertuang dalam ayat-ayat langit, dan menjauhi semua larangan yang tidak baik bagi diri sendiri, tidak bagi orang lain dan tidak baik […]

You May Like