Jakarta majalahgaharu.com Laku spiritual dan jalan sufi itu adalah upaya untuk selalu mendekat kepada Tuhan. Hingga niat dan perilaku senantiasa pada Tuhan dengan mentaati anjuran dan tuntunannya seperti yang tertuang dalam ayat-ayat langit, dan menjauhi semua larangan yang tidak baik bagi diri sendiri, tidak bagi orang lain dan tidak baik untuk alam jagat dan makhluk lain yang ada di bumi.
Sebagai seorang sufi dan pelaku spiritual yang baik, kalau pun tidak bisa menolong orang lain, cukup baginya tidak mengganggu atau tidak menambah kesusahan siapa pun.
Kalau pun berkehendak sesuatu, tidak akan memaksa untuk orang lain. Andai pun dapat dibantu, tiada pernah akan melupakan, apalagi sampai mengabaikan dan mensia-siakan pertolongan atau bantuan orang lain itu.
Perilakunya untuk mereka yang menekuni laku spiritual tiada pernah meremehkan atau memandang rendah siapapun.
Bila dia menjadi pemimpin — dalam bidang apapun — maka para pelaku spiritual yang matang itu tidak akan pernah memandang rendah atau mengabaikan suara maupun pendapat dari mereka yang dipimpinnya.
Seorang pelaku spiritual seperti kaum sufi yang baik itu akan selalu bijak memilih dan menentukan suatu keperluan bagi orang banyak. Ibarat seorang imam yang bijak, tidak hendak tampil untuk mendapat pujian maupun pencitraan yang semu.
Sehingga tidak akan sombong, atau merasa lebih hebat dari yang lain, apalagi sekedar untuk mengabaikan agar dianggap pintar dan memiliki ilmu yang berlebih dari orang lain.
Karena itu mereka yang melakoni laku spiritual yang benar akan selalu rendah hati. Sudi mengalah demi orang banyak. Dan menyesuaikan diri agar rukun dan harmoni dalam tata pergaulan dengan orang lain.
Jadi tak sombong dan tidak tinggi hati akan menjadi ciri dari mereka yang serius dan benar melakoni laku spiritual atau jalan sufi. Sebab semua tingkah laku dan perbuatan yang dilakukannya semata-mata ibadah kepada Allah. Karena semuanya lebih cenderung pribadi sifatnya, maka kesadaran untuk tidak mengganggu dan mengusik ketebteraman orang lain menjadi semacam pantangan yang tidak boleh dilakukan. Persis seperti sikap usil yang tidak boleh dilakukan kepada siapa pun untuk meyakini suatu agama yang diyakini orang lain itu. Karena kelak, mereka sendiri yang akan menanggung akibat baik maupun akibat dari perbuatan buruk yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan.
Setiap orang tak pernah dijanjikan Tuhan untuk menanggung dosa orang lain. Demikian juga untuk ganjaran kebaikan, tidak pernah dijanjikan Tuhan bisa dibagi untuk orang lain. Sekedar do’a dari seorang Ibu dan B
Ayah sendiri saja hanya bisa mempermudah dan meringankan permohonan tiap orang kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang itu. Demikian pula sebaliknya, do’a seorang anak kepada Ibu dan Bapaknya akan dipermudah oleh Tuhan.
Jadi kalau boleh dikatakan bahwa laku spiritual itu adalah pilihan cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, tanpa harus mempersoalkan agama apa yang Adinda Nurmajati percaya. Sebab penganut agama apapun bisa dan boleh saja menekuni laku spiritual dengan cara dan keinginan sendiri. Karena pada dasarnya, semua agama mengajar dan menuntun umatnya untuk berbuat baik. Bahkan dalam Islam memiliki pemahaman yang sanfat universal sifatnya ialah rachmatan lil alamin.
Lampung-Jakarta, 28 Agustus 2022
* Paparan ini merupakan ekspresi simpati kepada Nurmajati yang bertanya sangat serius tentang sejumlah liputan tulisan yang saya sajikan via whatsapp.
Kendati paparan ini lebih bersifat pribadi, agaknya cukup penting bisa dipahamu oleh pemirsa lain yang juga pernah bertanya dengan topik yang nyaris sama.
Wassalam dan terima kasih