RUANG PUBLIK….

Ayo Bagikan:

Oleh, Thomas Pentury

Beberapa waktu lalu saya menulis sebuah opini yang dimuat oleh beberapa media terkait refleksi kritis terhadap realitas publik.  Tulisan itu bertujuan untuk mendidik publik untuk terlibat dalam ruang-nya (ruang publik), sehingga ruang itu tidak dipenuhi oleh kepentingan dan pemikiran yang cenderung pragmatis dan menyesatkan publik. Dalam waktu yang bersamaan, saya mengikuti dengan seksama perdebatan panjang pada sebuah WA group yang dalam pandangan saya sangat kaya dengan gagasan, makna, bahkan pengertian yang tentu saja memberikan pencerahan bagi warga group dan saya sendiri.

Ruang publik menurut Jürgen Habermas adalah sebuah konsep sosial yang menggambarkan ruang di mana publik dapat bertemu, berkomunikasi, dan berpartisipasi dalam diskusi untuk pembentukan opini publik yang bersifat  demokratis. Habermas mengembangkan gagasan ini dalam  bukunya yang sangat terkenal, “The Structural Transformation of the Public Sphere” (1962). Walau sudah tua, buku ini memuat gagasan yang memberikan banyak inspirasi bagi kita semua. Identifikasi yang dilakukan oleh Habermas terhadap ruang publik memberikan gambaran jelas  di mana individu-individu dari berbagai latar belakang dapat bertemu secara bebas dan setara untuk membahas isu-isu publik dan berpartisipasi dalam dialog yang rasional.

Gambaran ruang publik oleh Habermas sebagai “arena” di mana publik dapat terlibat dalam komunikasi bebas, saling mendengarkan, mempertimbangkan argumen yang baik, dalam kerangka pencapaian pemahaman bersama dengan logika yang benar. Keutamaan pandangan dalam bukunya adalah perubahan struktural yang terjadi dalam ruang publik pada periode modern, dan analisis kritis terhadap perkembangan serta transformasi ruang publik. Ada beberapa point dalam buku itu yang menurut saya perlu untuk disampaikan kepada kita semua dalam memahami ruang publik dan perubahannya.

Transformasi Struktural. Habermas mengidentifikasi bahwa ruang publik mengalami perubahan struktural yang signifikan seiring berjalannya waktu. Ia menyoroti bahwa ruang publik yang semula didominasi oleh diskusi yang terbuka dan rasional, dengan perubahan waktu, ternyata ruang itu telah dipengaruhi oleh kepentingan komersial, dominasi kelompok tertentu bahkan pengaruh media. Sesungguhnya pada  ruang publik harus dibangun argumen yang rasional dan dapat dipertanggung jawabkan, dengan penyajian fakta, pemikiran kritis serta pertimbangan moral dan etik. Pada satu sisi ruang publik bertujuan untuk membentuk opini publik yang demokratis, di mana berbagai perspektif diakui dan dihargai. Pada sisi yang lain opini publik yang terbentuk melalui komunikasi di ruang publik dapat memengaruhi proses pengambilan keputusan, bahkan dapat menjadi sarana untuk membentuk identitas kolektif, memperkuat solidaritas sosial, dan mempromosikan kesetaraan dan kebebasan publik.

Kritik Terhadap Ruang Publik Modern. Kritik terhadap transformasi ruang publik yang semakin tergantung pada kekuatan ekonomi dan kepentingan politik. Ia menggarisbawahi pentingnya menjaga kemandirian, inklusivitas, dan kualitas diskusi dalam ruang publik. Kritik terhadap perubahan struktural yang terjadi, digambarkan sebagai penurunan nilai dan sepertinya publik kehilangan karakter asli  yang berdampak pada demokrasi dan partisipasi publik.

Perubahan Interaksi Fisik. Transformasi ruang publik modern mencakup perubahan dalam interaksi fisik antar individu. Teknologi telah mempengaruhi cara kita berinteraksi dalam lingkungan fisik, bahkan ketergantungan pada teknologi dapat mengurangi interaksi langsung dan membuat komunikasi menjadi lebih individualistik.  Munculnya identitas kelompok dan pergerakannya sebagai dampak kemajuan teknologi telah membawa perubahan pada ruang publik. Diskusi mengenai isu-isu seperti doktrin semakin mendominasi perdebatan publik sebagai dampak kemajuan teknologi pada ruang publik. Hal ini memperluas cakupan ruang publik dan memberikan platform bagi kelompok tertentu untuk mengekspresikan diri secara lebih terbuka dan rasional. Tentu saja perubahan ini menunjukkan kompleksitas dan tantangan dalam menjaga ruang publik yang harus inklusif, partisipatif, serta demokratis. Akan sangat berbeda jika diskusi pada ruang publik masih dapat dilakukan dengan pertemuan fisik yang secara psikologis akan mempengaruhi individu dalam interkasinya.

Inklusivitas dan Kesetaraan. Inklusivitas dan kesetaraan dalam ruang publik menjadi hal yang sangat penting. Bahwa semua anggota masyarakat harus memiliki akses yang sama dan dapat berpartisipasi dalam ruang publik tanpa diskriminasi. Inklusivitas dan kesetaraan memungkinkan beragam pandangan dan perspektif untuk diungkapkan dan diperdebatkan. Habermas menggarisbawahi pentingnya menjaga independensi ruang publik dari kekuasaan politik, ekonomi, dan sosial. Ruang publik harus relatif bebas dari intervensi dan dominasi kekuatan luar agar partisipasi publik dapat berlangsung secara bebas dan otonom. Kritik terhadap hegemoni media karena pengaruh yang besar dan berdampak pada pembatasan pluralitas pendapat serta kontrol narasi yang dapat diakses oleh publik, juga terjadi pembatasan akses terhadap sudut pandang yang beragam. Dalam konteks seperti ini  partisipasi masyarakat dalam diskusi rasional dan pembentukan opini publik telah digantikan oleh konsumsi pasif informasi dari media sosial.

Fragmentasi dan Pemecahan Ruang Publik. Ada catatan bahwa terjadi  fragmentasi ruang publik menjadi kelompok-kelompok kecil dengan minat dan sudut pandang yang berbeda. Bahwa ruang publik modern cenderung terfragmentasi berdasarkan kepentingan spesifik, sehingga mempengaruhi kemampuan untuk mencapai pemahaman bersama dan diskusi rasional yang inklusif. Perubahan dalam ruang publik modern dapat mempengaruhi keragaman, kualitas, dan independensi ruang publik. Bahwa melalui pemahaman dan refleksi kritis terhadap transformasi ini, masyarakat dapat memperkuat dan memulihkan peran ruang publik dalam mendukung demokrasi dan partisipasi publik yang sehat. Buku  “The Structural Transformation of the Public Sphere“, lebih berfokus pada analisis perkembangan sejarah dan transformasi ruang publik pada periode modern. Lanjutanya adalah  “The Theory of Communicative Action” dan “Between Facts and Norms“, Habermas lebih memperluas kritiknya terhadap pengaruh komersialisasi dan dominasi media dalam ruang publik. Pertanyaanya adalah apakah lima point utama pikiran Habermas dapat menolong kita memahami diskusi yang lebih rasional dalam ruang publik?…… wallahualam.

Facebook Comments Box
Ayo Bagikan:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

MENJADI MEDIA YANG MAWAS DIRI DI TENGAH VIRUS POST TRUTH

Wed Jul 12 , 2023
Oleh : Yulius Aris Widiantoro Majalahgaharu.com Jakarta Slogan slow news, no news yang melekat kuat pada CNN menjadi penanda bagaimana media berpacu dan bersaing secara ketat dalam menyampaikan informasi kepada publik. Kecepatan penyampaian berita menentukan eksistensi media (elektronik maupun cetak) di mata publik ke depannya dan juga rating sebagai bagian […]

You May Like