Majalahgaharu.com, Jakarta- “Tidak ada kausalitas deterministik. Semesta itu terkait sebagai akibat dari kuasa Tuhan yang mendahului eksistensinya, tidak sekedar sebab akibat dan kausalitas.” Demikian diktum tesis kuantum yang sangat umum kita kenal. Dus, kalah atau menangnya sebuah negara, tidak selalu dari hukum sebab akibat. Melainkan ada fenomena yang tidak tak terbaca.
Jika sebuah negara hanya beriman pada hukum sebab akibat, niscaya negara tersebut akan sulit bangkit dan menang. Bagaimana cara keluar dari kungkungan takdir itu? Via kuantum teori. Dengan melompat, menangkap vibrasi di luar portal yang terlihat dan terasa, via metascient yang anti fraktal, via persekutuan ilmu rasional dan metarasional.
Kita saling bebas, karena yang satu tidak meniscayakan yang lain. Ini tidak meniscayakan itu dan itu pun tidak meniscayakan ini. Keberadaan sesuatu tidak meniscayakan keberadaan yang lain, pun ketakberadaan yang satu tidak meniscayakan ketakberadaan yang lain. Ini kuncinya. Rasa, peta, zaman dan kisah spiritual adalah metodanya.
Dus, kita berdaulat dan bebas menentukan nasib sendiri. Nasib sendiri bisa diperkuat dengan mental pancasila (bertuhan, berkemanusiaan, berpersatuan, bermusyawarah, berkeadilan) dan konstitusi yang hidup, tertradisi, bekerja plus adaptif serta dikerjakan oleh agensi jenius anti pengkhianat. Anti tipu-tipu. Anti syaitan.
Kebangkitan dan kemenangan ulang yang akan dicapai oleh suatu negara ini tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan keberadaannya secara paralel. Melainkan sering tidak tak tersekenariokan. Sebab dunia paralel adalah konsep yang muncul dari berbagai teori fisika yang mencoba untuk menjelaskan bagaimana alam semesta bekerja, tetapi sampai saat ini, tidak ada bukti yang dapat menunjukkan keberadaan dunia paralel secara ilmiah.
Jadi, selalu ada kesempatan. Bukan titik, tetapi koma. Bukan hari akhir, tapi kebangkitan yang berulang. Kita akan melompat, mengejar dan memenangkan pertempuran dan peperangan di masa depan sebab “selalu ada kemungkinan.” Kitalah kemungkinan dari ketidakmungkinan itu. Tentu via mental dahsyat. Karakter jenius. Tindakan semesta.
Dengan mentalitas pancasila, dengan konstitusi yang jenius, dengan agensi yang crank dan menyempal, pasti akan terjadi. Kita mulai dari kelas-kelas ini. Kita mulai tradisikan terus. Kita yakini dan pastikan peradaban Indonesia raya jaya membahana dengan pancasila.
Ini kelas ke-2 dari lima pertemuan kelas yang Nusantara Centre, Foko dan Pusaka Indonesia merancang kelas yang riang dan dalam. Dengan ratusan buku, film, video, pamflet dan artikel yang dibagi dulu ke peserta didik.
Kegiatan akan berlangsung pada hari Sabtu,10 Juni 2023, pukul 12.00 hingga 16.00 WIB. Untuk kali ini pemateri tunggal adalah Doktor Kun Wardana Abyoto, ahli teori kuantum dan penulis yang brilian. Materinya meliputi Pancasila dan Kuantum Teori. Terdapat 45 peserta dari berbagai kampus dan organisasi di Jabodetabek yang aktif dalam acara ini. (Nusantara Centre, Foko dan Pusaka Indonesia).