
MajalahGaharu.com – Pimpinan Pondok Pesantren Syekh Al-Zaytun Syekh Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang merayakan ulang tahun ke-79 berlangsung di Mesjid Al-Zaytun dihadiri sahabat dan tamu undangan dari berbagai daerah di Indonesia.
Di depan ribuan hadirin di Mesjid Rahmatan Rahmatin lil Alamin, Syekh Panji Gumilang bebicara kilas balik pengalaman masa kecilnya saat masuk sekolah. Dulu saat daftar SD pernah ditolak terpaksa menunda sekolah hanya karena tangan belum bisa memegang kuping dari atas kepala. Umum syarat masuk sekolah waktu itu. Ketika masuk, orang tua dulu sudah menyuruhnya untuk bebas mengajar di kelas.
“Orangtua kita mendidik dengan mengatakan jadi petani tetapi maksudnya tidak sekadar petani saja tetapi harus jadi memanej pertanian. Demikian juga untuk ekonomi, suruh juga memanej semua jenis dagangan,” tutur Syekh mengenang kilas balik sebagai anak laki-laki satu-satunya.
Jadi SD sudah terlambat masuk pendidikan hal ini terjadi lagi saat masuk sekolah menengah, saat masuk Ponpes Gontor. “Yang pertama saya beli buku adalah Buku Dibawah Bendera Revolusi. Sampai sekarang buku itu yang saya pegang hingga saat ini. Itu tanda cinta dengan Ir. Soekarno. Walau buku jadul kalau membaca agak merenung dulu,” jelasnya.
Ketika memutuskan melanjutkan sekolah ke Jakarta, menurut Syek waktu itu ukuran di kampung susah digapai ia tetap maju. Tahun 1965, saat berangkat naik kereta menuju Jakarta masih dihentikan di berbagai tempat untuk tanya identitas. Syekh hanya bisa menunjukan kartu pramuka dan bisa lolos, kalau tidak ada kartu identitas tidak bisa melanjutkan.
“Setelah perjuangan akhirnya Masuk IAIN Ciputat, saat itu sudah masa pengenalan. Tapi dekan Prof Bustanif Abdul Gani memanggil dan langsung menguji suruh baca Arab dan langsung disuruh masuk dan bisa kuliah meski sudah terlambat,” paparnya.
Syekh Panji Gumilang bersyukur pada Tuhan karena dilemparkan untuk pendidikan. Sekarang membangun Al-Zaytun dari nol. Umur ke-79 ini masih tetap berurusan bidang pendidikan. Kapan Indonesia bisa titik sentral yang nanti dihadiri dan dibicarakan orang tentang kemajuan pendidikan.
“Sekarang dari masyarakat pendidikan rendah sampai tinggi menginginkan kuliah di Amerika dan Eropa. Maka ketika datang ke Indonesia usai lulus Pancasila sudah ditinggalkan,” kritiknya.
Indonesia bisa dibangun melalui investasi pendidikan yang hanya 15 tahun bisa berdampak langsung untuk kemajuan. Harus dengan gaya Indonesia pendidikan Indonesia. Bisakah Indonesia abadi kalau pendidikan seperti sekarang ini?

“Investasi pendidikan harus revelusioner tinggal 20 tahun lagi menuju Indonesia emas 2045. Indonesia 500 bahasa, bisa dibayangkan jika satu sekolah tiap-tiap daerah sudah 500 sekolah yang memiliki asrama dan berapa dampak kemajuannya,” ujarnya mengingatkan bahwa janji kita (semua rakyat Indonesia) Indonesia abadi.
Lebih jauh kata Syekh, Ponpes Al-Zaitun ini swasta. Mengapa negara tidak membangun yang seperti ini. Sekolah berasrama menurut kami itu sangat bagus.
Sahabat Syekh, Harianto seorang jurnalis mengatakan bahwa beberapa model pendidikan yang suskes berdampak antara lain Al Azhar, John Hopkins University, UT dan salah satunya Al Zaytun sangat luar biasa di Indonesia di luar kampus negeri.
Sementara Rektor STT IKAT Pdt. Dr. Jimmy Lumintang, MTh, MBA mendapat kehormatan untuk memberikan kado ultah untuk Syekh Panji Gumilang berupa Plakat, Sertifikat dan kue ulang tahun.
“Saya dan STT IKAT mengucapkan selamat ulang tahun untuk Syekh Panji Gumilang. Semoga panjang umur dan Tuhan memberkati. Terimakasih sudah dua kali berkunjung ke STT IKAT,” ujarnya singkat.
Hadir juga Ketua Umum Pewarna Indonesia Yusuf Mujiono dan rombongan 10 orang. Juga dari Sinode GPRY Rumondang Sitompul dan Ketua Umum API Pdt. Harsanto Adi dan rombongan.

